Quantcast
Channel: Miracle Perfection
Viewing all 18 articles
Browse latest View live

{KyuNara Scene} Definitely Ours #1 —Stupid—

$
0
0

***

#recommended song : Juniel ft Jung Yonghwa – Stupid

***

Role player?”

Kyuhyun mengalihkan pandangannya dari PSP berwarna hitam miliknya dan berganti menatap Nara yang sedang memfokuskan perhatian ke arah layar laptopnya. Di layar laptop itu kini terdapat beberapa baris kotak yang tersusun secara vertikal dan sangat Kyuhyun hafal bentuknya ; twitter. “Kau bilang kau sedang..apa?”

Role Player, Cho Kyuhyun yang tampan,” balas Nara seadanya tanpa mengalihkan perhatiannya sedikitpun dari layar laptopnya. Posisi Nara kini sedang duduk di lantai dengan laptop yang ia letakkan di meja berwarna coklat yang ada di ruang tamu. Tangan kirinya ia gunakan untuk menopang dagu sedangkan tangan kanannya sedang ia gunakan untuk menggerakkan pointer mouse laptopnya. “Aish, kok belum dibalas, sih?”

Kyuhyun yang awalnya sedang asyik memainkan PSP-nya sambil berbaring santai di salah satu sofa ruang tamu yang ada tepat di belakang posisi Nara, akhirnya merasa penasaran dengan ucapan kekasihnya itu. Ia mem-PAUSE game yang sedang ia mainkan lalu memfokuskan perhatiannya pada hal yang sedang dilakukan oleh Nara. “Role Player? Memangnya apa it— CHANGMIN?”

Mata Kyuhyun langsung membelalak tak percaya saat melihat username twitter yang terpampang di layar laptop Nara. Disitu terdapat username @changminshim88 dan juga avatar yang bergambarkan wajah sahabatnya di Kyu-Line itu. “Ya! Sejak kapan si raksasa itu punya twitter? Kenapa dia tidak mengatakan apa-apa padaku?”

Nara tertawa kecil, merasa geli dengan ucapan polos kekasihnya itu. Ia melirik ke belakang —posisi Kyuhyun kini sedang duduk di sofa yang ada tepat di belakangnya— dan menjitak kepala Kyuhyun pelan, “bukankah daritadi sudah kubilang, ini namanya Role Player.”

Role player?” lagi-lagi Kyuhyun mengulangi kalimatnya itu, entah untuk keberapa kalinya. Kini ia turun dari sofa yang ia duduki dan beralih duduk di lantai, tepat di samping Nara. Matanya kini menatap ke arah Nara dengan ekspresi wajah bingung, “role player itu..apa?”

Nara menaikkan satu alisnya, sedikit tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Kyuhyun. “Kau serius tidak tahu role player?”

Eung,” Kyuhyun mengangguk kecil.

Cish. Kampungan sekali,” ejek Nara sambil terkekeh sinis dan segera membuat Kyuhyun memukul kepala kekasihnya itu dengan sedikit kencang. “Ya!” seru Nara sembari mengelus kepalanya yang kini terasa perih karena pukulan Kyuhyun tadi, “kenapa kau memukulku?”

“Siapa yang kau bilang kampungan, hah?” desis Kyuhyun sambil memajukan posisi kepalanya kearah Nara, seakan memberikan tantangan bagi gadis itu. “Memangnya role player ini termasuk ke dalam sejarah negara yang harus diingat, hah?”

Nara memundurkan tubuhnya secara perlahan-lahan saat wajah Kyuhyun semakin mendekati wajahnya. “Ya! Cho Kyuhyun, menjauh dariku!” ucap Nara sambil tetap mundur perlahan untuk menjauhi Kyuhyun. Namun Kyuhyun tetap mendekatkan wajahnya, bibirnya juga tetap mengeluarkan ucapan tajam kepada Nara sebagai pembalasan atas celaan yang diberikan oleh gadis itu tadi.

“Apa? Memangnya role player bisa disamakan dengan posisi Presiden Lee Myung Bak? Apa role player ini sepopuler Super Junior? Memangnya role player ini memiliki peran khusus dalam kemerdekaan Kore—AAWW!”

Kyuhyun langsung mengusap-usap dahinya yang kini terasa sangat perih. Rupanya Nara sudah menyentil dahi Kyuhyun dengan sangat kencang hingga meninggalkan bekas lingkaran merah di dahi maknae Super Junior itu. “Ya! Gadis iblis! Sakit, tahu!”

Tetapi dengan wajah polos tanpa merasa berdosa sedikitpun, Nara hanya mengedipkan matanya sekali dan mengacungkan kedua jari telunjuk dan tengahnya hingga membentuk huruf V. “Mian,” ucapnya singkat dengan nada datar, sama sekali tidak terdengar nada penyesalan sedikitpun. “Lagipula ‘kan sudah kuperingatkan untuk menjauh, tapi kau malah terus mendekat.”

“Jadi..bukan salahku, ‘kan?” tanya Nara lagi dan segera dibalas dengan decakan kesal dari bibir Kyuhyun.

“Aku benar-benar sudah gila,” desis Kyuhyun pelan, namun tetap bisa terdengar oleh telinga Nara. “Bagaimana bisa aku tahan berpacaran selama empat tahun dengan gadis iblis sepertimu, hah? Aku pasti sudah gila.”

Nara hanya terkekeh dan mengangguk kecil. “Kau memang gila,” ucap Nara dengan santai. Kini ia memiringkan kepalanya ke arah kanan dan tersenyum manis hingga membuat eye-smilenya terlihat jelas, “tapi gadis iblis dengan eye-smile sepertiku ini hanya ada satu di dunia ini, ‘kan?”

Kyuhyun bisa merasakan jantungnya berdesir hebat dan wajahnya menjadi panas saat melihat senyuman manis ditambah dengan eye-smile gadis dihadapannya itu. Sialan, Kyuhyun tak akan pernah bisa menang jika harus melawan kedua hal itu.

“Hiiiy.” Sedetik berikutnya, Nara langsung menggerakkan bahunya dan menggeleng ngeri sembari menepuk-nepuk pipinya beberapa kali. “Sejak kapan aku bisa ber-aegyo ria di hadapanmu seperti tadi? Hiiiy!” ucapnya dengan memasang ekspresi wajah jijik, tak percaya dengan hal yang baru saja ia lakukan. “Aku pasti sudah gil— eh, wajahmu memerah semua.”

Perkataan Nara itu langsung membuat Kyuhyun dengan refleks menyentuh kedua pipinya. Tangannya kini terasa panas karena aliran suhu dari pipinya. Tanpa perlu diragukan lagi, wajahnya sekarang pasti sudah semerah sop tomat.

Aishh, apa-apaan ini?” desis Kyuhyun sambil mengusap-usap pipinya beberapa kali, berharap cara itu dapat mengembalikan kembali warna kulit wajahnya.

“Memangnya jitakanku tadi sangat kencang, ya?” tanya Nara dengan sedikit heran. Ia rasa sentilannya di dahi Kyuhyun tadi tidak begitu kencang, tapi kenapa wajah kekasihnya itu kini menjadi merah sempurna?

           Aneh.

“Sudahlah,” tukas Kyuhyun setelah berhasil membuat ekspresi wajahnya ke sedia kala. Jari telunjuknya kini mengarah ke layar laptop Nara, “sekarang coba jelaskan tentang role player tadi.”

Aigoo,” Nara menggeleng-gelengkan kepalanya lagi, kali ini merasa sedikit prihatin sekaligus iba. “Aku memang tahu kalau kau sibuk, tapi tak kusangka kau sangat ketinggalan jaman.”

Kyuhyun mendelik tajam ke arah gadis di sampingnya itu. “Kau mau berperang lagi, hah?” tanya Kyuhyun dengan suara rendahnya, bersiap untuk mengangkat senjata apabila kekasihnya itu kembali mengibarkan bendera perang padanya.

Tetapi Nara hanya memutarkan bola matanya dengan jengah dan berkata dengan nada malas, “jadi mau kujelaskan, tidak?”

Akhirnya Kyuhyun menelan semua rasa kesalnya dan memilih untuk mengikuti ‘kuliah-singkat‘ yang akan diberikan oleh Nara. Karena ukuran layar laptop Nara yang tidak begitu besar, Kyuhyun merapatkan jarak diantara dirinya dengan Nara. Namun Nara malah langsung berkata dengan nada waspada, “mau apa kau? Kenapa jadi dekat-dekat seperti ini?”

Kyuhyun mendengus kecil. “Kalau kau tak mau dekat-dekat denganku, sana beli laptop dengan layar 72 inchi!” celetuknya dan membuat Nara menggembungkan pipinya dengan sebal. “Layar laptopmu kecil! Mataku minus! Memangnya kau pikir alasan apalagi yang membuatku mau dekat-dekat denganmu, hah?”

“Lagipula, tak ada yang bisa kusentuh dari tubuh datar sepertimu,” lanjut Kyuhyun dengan suara yang (sangat) pelan. Namun tetap saja telinga kelelawar Nara tetap bisa mendengar ucapan Kyuhyun tadi. “Kau bilang apa tadi? Da-tar?! Apanya yang dat—”

Kyuhyun langsung menutup mulutnya rapat-rapat dan mengarahkan wajah Nara untuk menghadap ke layar laptop. “Ya.Ya.Ya. Ayo silahkan dimulai kuliahnya, Nara seonsangnim.

“Cish,” Nara menggembungkan pipinya sekilas sebelum akhirnya memulai penjelasannya. “Role Player itu…”

Nara menunjuk layar laptopnya dan berkata dengan santai, “..yang seperti ini.”

Kyuhyun baru saja berpikir untuk menerjunkan tubuh gadis di hadapannya itu dari air terjun Niagara, kalau saja ia tidak segera menyadari bahwa itu adalah tindakan yang melanggar hukum. “Mwoya?” tanya Kyuhyun dengan nada gemas. “Kalau begitu ‘sih, aku juga tahu!”

“Ya baguslah kalau kau sudah tahu,” balas Nara dengan nada ringan. Kini ia mengalihkan pandangannya dari Kyuhyun dan memilih untuk kembali fokus terhadap akun twitter miliknya, “jadi aku tidak usah menjelaskannya padamu lagi, ‘kan?”

“Kwan Nara,” nada suara Kyuhyun kini berubah menjadi berat dan menimbulkan suasana serius yang tercipta secara tiba-tiba. Nara melirik secara perlahan kearah Kyuhyun dan langsung terlonjak kaget saat melihat evil smirk yang sudah terkembang sempurna di wajah pria itu. “Kau mau menjelaskan dengan benar atau mendapatkan hal yang ‘benarbenarjelas’ dariku?”

ARASSEO!” Nara langsung berseru kencang dan menutup matanya rapat-rapat. Namun biarpun begitu, bibirnya tetap berucap lantang. “Role player itu adalah saat kau berperan sebagai artis yang kau idolai dan bertingkah seakan-akan kau memang adalah artis itu. Tapi hanya lewat twitter!”

“Oh, begitu,” gumam Kyuhyun setelah memahami penjelasan dari Nara. “Tapi itu berarti, orang yang memiliki akun role player itu bukan si artisnya sendiri, ‘kan?” tanya Kyuhyun, menjadi semakin penasaran mengenai hal yang baru saja didengarnya ini.

Nara membuka matanya perlahan-lahan, “kau..tidak akan melakukan hal yang ‘benarbenarjelas’ kepadaku, ‘kan?” tanyanya hati-hati dan segera dibalas dengan gerakan tangan Kyuhyun yang kini mengacak-acak rambutnya dengan gemas. “Tidak akan, Kwan Nara sayang.”

“Ayo, cepat jelaskan lagi,” pinta Kyuhyun lagi. Kali ini ia sudah meletakkan dagunya diatas lipatan tangannya, seperti benar-benar siap mendengarkan penjelasan dari Nara. “Jadi yang memiliki akun role player itu bukan artis aslinya, ‘kan?”

Nara mengangkat bahunya. “Entahlah,” jawabnya singkat. “Biasanya saat kita menjadi role player, kita tidak boleh mengungkit hal mengenai kehidupan asli kita,” jelas Nara dan dibalas dengan anggukan paham dari Kyuhyun. “Pokoknya kita curahkan segala perhatian kita pada peran role player yang sedang kita lakukan dan lupakan kehidupan aslimu, begitu singkatnya.”

Setelah memahami penjelasan dari Nara, kini Kyuhyun mengalihkan perhatiannya kearah layar laptop. “Pantas saja ada nama Changmin disini, padahal setahuku dia belum pernah membuat twit— APA INI?”

Mata Kyuhyun langsung terbelalak lebar saat melihat deskripsi biodata dari akun twitter yang ada di layar laptop Nara. Disana terdapat beberapa nama akun lain yang dicantumkan beserta dengan penjelasan tak berarti. Namun yang paling membuat Kyuhyun terkejut adalah sebuah akun yang diberi penjelasan deskripsi secara menakjubkan.

“ @2PMwooyoungjang’s lover?!” seru Kyuhyun dengan lengkingan nada tingginya. Kini ia beralih menatap Nara yang sedang tersenyum kikuk sambil menggaruk kedua pipinya, “LO-VER? LOVER?!”

“Hehehe,” Nara hanya tertawa kecil, tak tahu harus mengatakan apa.

“ Kau..selingkuh di depanku?” tanya Kyuhyun dengan nada (sok) dramatis. Pandangan matanya terlihat sayu saat menatap gadis di hadapannya yang hanya tersenyum kikuk, “YA! Kau memang gadis iblis dari bagian neraka yang terdalam, Kwan Nara!”

Aish,” Nara menjitak kepala Kyuhyun sekilas sebelum akhirnya menunjuk kembali layar laptopnya. “Kau baca dulu semua penjelasan dari biodatanya, Cho Kyuhyun yang tampan.”

Dengan menahan semua rasa kesalnya, akhirnya Kyuhyun memilih untuk mengikuti ucapan Nara supaya membaca ulang deskripsi biodatanya. Akhirnya setelah selesai membaca, mulut Kyuhyun bergerak pelan. “IU?”

Nara mengangguk singkat. “Yup,” ucapnya ringan. “Aku menjadi role player IU disini.”

“Kau tahu ‘kan bahwa IU adalah pasangan syuting Wooyoung di drama Dream High? Yah, jadi wajar saja jika disini aku berpasangan dengannya,” jelas Nara. “Lagipula, ini ‘kan hanya candaan di twitter. Ayolah, jangan bersikap berlebihan seperti itu.”

“Apanya yang ‘hanya—di—twitter’, hah? Tetap saja kau berpacaran dengan pria lain di luar sepengetahuanku! Apalagi namanya kalau bukan selingkuh, hah?”

“Ya Tuhan,” Nara menggaruk kepalanya dengan bingung, tak tahu harus bagaimana lagi menjelaskan menganai hal ini terhadap seorang Cho Kyuhyun. Lagipula, sejak kapan pria ini menjadi sangat pencemburu seperti ini? Aneh.

“Cho Kyuhyun yang tampan,” Nara memutuskan untuk meredam emosinya dan mencoba untuk berbicara secara baik-baik terhadap kekasihnya itu. “Sudah kubilang ‘kan bahwa disini kita merahasiakan mengenai kehidupan asli kita yang sebenarnya? Jadi kita sama sekali tidak tahu apakah yang memainkan role player itu adalah wanita atau pria. Mungkin saja ada kemungkinan bahwa yang memainkan role player Wooyoung ini adalah wani—“

“Itu malah lebih parah!” lengkingan suara Kyuhyun kini semakin meninggi hingga membuat Nara yakin bahwa kini ada beberapa kaca jendelanya pasti sudah ada yang retak. “Kalau dia wanita, berarti kau berselingkuh dengan wanita! Ya! Kwan Nara, dimana akal sehatmu, hah?!”

Nara hanya bisa mengerjapkan matanya beberapa kali, tak tahu lagi harus menjelaskan apalagi terhadap pria di hadapannya ini. Di dalam otak Nara, role player ini hanyalah sebuah candaan semata. Kalaupun ia mendapatkan Wooyoung sebagai pasangannya di role player ini, itupun tak pernah dianggap serius oleh Nara. Ia hanya sekedar ingin membayangkan akan bagaimana jadinya jika IU —karakter role player yang dimainkannya— berpasangan dengan 2PM’s Wooyoung. ‘Toh selama ini  pun Nara adalah seorang Lollipops —julukan bagi penggemar Wooyoung & IU couple— maka tak salah ‘kan jika ia bertindak seperti ini?

Tetapi yang menjadi masalah saat ini adalah ; bagaimana caranya menjelaskan hal tersebut kepada pria keras kepala yang satu ini?

Okay. Okay,” akhirnya Nara mengalah dalam hal ini. Bagaimanapun juga, biarpun hanya sekedar candaan, Nara memang berada di posisi yang (sedikit) bersalah karena merahasiakan hal mengenai couple-ing dengan Wooyoung ini dari Kyuhyun. “Mulai besok aku akan putus dengan Wooyoung,” putus Nara. Sedetik kemudian, Nara menjadi sedikit merinding sekaligus heran. Kenapa ini seperti sebuah kejadian dimana dia benar-benar berselingkuh dari Kyuhyun? Padahal ini ‘kan hanya role player semata.

“Kenapa besok?” tanya Kyuhyun lagi, biarpun nada bicaranya sudah tidak setajam dan setinggi beberapa waktu yang lalu namun tetap saja masih terdengar raut emosi dari suaranya. “Lakukan sekarang!”

“Sekarang?!” ulang Nara tak percaya. “Ya! Bagaimana bisa aku memutuskannya semudah it—“

“Bukannya kau yang bilang bahwa ini semua hanya candaan semata, Kwan Nara sayang?” sela Kyuhyun sambil menatap mata Nara dengan tatapan tajamnya dan langsung membuat Nara tak mampu berkata-kata. “Kalau ini memang sekedar candaan semata, maka mudah saja untuk mengatakan PUTUS, ‘kan?” tanya Kyuhyun, kali ini dengan menekankan kata putus di dalam kalimatnya barusan. “Putuskan dia di depan mataku, SE-KA-RANG.”

Nara semakin merasa bingung dengan kejadian yang sedang terjadi saat ini. Bukan bingung dalam artian tidak tahu harus berbuat apa, melainkan bingung karena sekarang ia benar-benar seperti berada di pihak orang yang ketahuan basah sedang berselingkuh. Apa-apaan ini?

“Iya. Iya!” akhirnya Nara menyerah dengan pergumulan alot dan sama sekali tak masuk akal ini. “Aku akan kirim direct message kepad— YAA! MAU APA KAU, CHO KYUHYUN? KEMBALIKAN LAPTOPKU!”

Nara langsung memberontak dan berseru kencang saat tiba-tiba Kyuhyun meraih laptop miliknya dan menariknya sehingga kini benda persegi itu sudah ada di hadapannya. Kyuhyun menahan tubuh Nara supaya tidak mendekatinya dengan menggunakan kakinya yang jenjang, sehingga gapaian tangan Nara yang ‘mungil’ tidak mampu untuk merebut kembali laptop itu dari tangan Kyuhyun.  “Kenapa mesti lewat direct message jika kau bisa melakukannya secara terang-terangan, hah?” gumam Kyuhyun sambil mengetik beberapa kata di keyboard laptop Nara dengan sangat cekatan dan lihai. Kurang dari waktu lima detik, kini satu tweet dari akun role player milik Nara sudah tersampaikan pada @2PMwooyoungjang.

 “@2PMwooyoungjang  Wooyoung Oppa, kita putus ya? ^^”

“CHO KYUHYUUUUN!!!” Nara langsung berteriak tidak terima saat membaca rangkaian kalimat dari tweet yang dikirimkan oleh Kyuhyun. Sementara itu, Kyuhyun hanya tertawa puas dengan nada penuh kemenangan. “YA! BAGAIMANA JIKA DIA MAR— EH! DIBALA—“

Ucapan Nara lagi-lagi terhenti saat Kyuhyun kembali dengan sigap merebut kembali laptop milik Nara dan menahan tubuh Nara dengan kakinya (lagi). Nara hanya bisa berusaha menggapai-gapai laptop yang kini berada bebas di tangan Kyuhyun, biarpun ia sendiri tahu bahwa hal itu sama saja dengan percuma karena tangan dan kaki Kyuhyun sangatlah jenjang sedangkan tangannya sangat..mungil.

@jieunlee_IU eh? Kenapa tiba-tiba seperti ini, Jieun-ah?

“Cish,” Kyuhyun hanya mendengus kecil saat membaca tweet balasan yang dikirimkan oleh role player Wooyoung itu. “Apanya yang tiba-tiba, hah?” desisnya kesal dan segera mengetikkan beberapa kalimat di laptop milik Nara.

“Cho Kyuhyuuun!!” merasa bahwa usaha menggapainya tidak akan pernah berhasil, kini Nara mulai mencabuti satu demi satu bulu kaki Kyuhyun. Namn tetap saja, pria itu sama sekali tidak bergeming. “YA! SERAHKAN LAPTOPKU ATAU KUGIGIT JEMPOL KAKIMU SAMPAI HABI—“

“Jeng jeng~” seakan tidak mengindahkan ancaman Nara, kini Kyuhyun malah dengan penuh rasa bangga menunjukkan layar laptop di tangannya itu kepada kekasihnya itu. “Masalah selesai!”

Nara langsung merebut laptop miliknya itu dari tangan Kyuhyun dan membaca baik-baik isi tweet yang dikirimkan oleh Kyuhyun.  Namun detik berikutnya, Nara langsung berteriak histeris dan menatap Kyuhyun dengan tatapan membunuh miliknya. “CHO KYUHYUNN! APA YANG TELAH KAU LAKUKAN?!”

            @2PMwooyoungjang  aku sudah menemukan pria yang jaaaauh lebih tampan dan mempesona daripada Oppa. :33 pria itu adalah..SUPER JUNIOR CHO KYUHYUN ^^ Mianhaeyo, Wooyoung Oppa :’(

Sementara itu, Kyuhyun hanya tersenyum lebar kemudian segera mengeluarkan i-phone miliknya dari dalam saku celana jeans. Wajahnya kini terlihat sangat bahagia, berbanding terbalik dengan Nara yang terlihat seperti mau menangis. Nara masih mengelus-elus layar laptopnya dengan penuh rasa sayang dan menggumam lirih, “Wooyoung Oppaaa~”

Kyuhyun seperti tidak mempedulikan racauan tak jelas dari mulut Nara dan kini malah sibuk menggerakkan jari-jarinya dengan lihai diatas layar handphonenya. “Hei, kira-kira username apa yang bagus untukku? @Kyuhyuntampan? @Kyuhyuncool? @heavenvoiceKyuhyun? @simanisKyuhyun? @sexyKyuhyun? Atau @Kyuhyun_dambaanparawanita?“

“Huwaaa. Wooyoung Oppaaa~”

***

-END-

Oke, sumpahlah ini gaje banget banget sebanget bangetnya banget (–__–)

Mian ya readers, sekalinya icha balik malah bikin certa gaje kayak gini.

Tapi cerita ini dibuat dengan ‘memperhatikan’ trend role player yang sekarang lagi menjaaamur di twitter :3

Pokoknya kalo ada title KyuNara dgn tambahan “Definitely Ours”, itu tandanya KyuNara scene itu adalah cerita geje dan perlu diwaspadai! Hahaha :3

as usual , comment & like are love ^^

p.s : karena sekarang lagi liburan, icha usahain balesin komennya satu-satu.

Tapi komennya tentang isi cerita ya (peace), jangan yang singkat-singkat aja /you know what i mean/ ^^

oh, iya..kemaren ada yang nanyain twitternya Icha :3 yang mau kenal sama Icha d twitter, silakan follow @rizkiarisa_

Thank you,

Icha.



{NamSoo Ficlet} The Day When I Miss You

$
0
0

Kim Myungsoo atau L mungkin dimasa hidupnya dulu adalah seekor koala yang terlantar.

Kenapa begitu ? Jika kau ingin tau definisi dari clingy itu apa, Myungsoo adalah contoh yang sangat tepat. Ia selalu saja memeluk para member INFINITE jika setiap ada kesempatan.

Itulah apa yang dipikirkan gadis ini. Namun setelah kejadian ini, ia mulai mengganti definisi dari seorang Kim Myungsoo. Mungkin pria itu bukan hanya suka memeluk para member INFINITE tetapi dirinya juga.

Bang Namgyu tengah sibuk mengetik beberapa lembar skenario untuk tugasnya. Daritadi siang hingga sore ini ia masih belum juga menyelesaikan tugasnya ini walaupun ia sudah sengaja bangun hingga larut malam untuk mengerjakan tugas ini namun belum juga selesai. Lelah. Gadis berambut cokelat gelap itu merenggangkan otot-otot nya sambil menguap. Pandangan nya mengitari ruangan sepi tempat ia berada. Kapan mereka pulang ?

Baru saja gadis itu ingin melanjutkan tugasnya, pintu masuk dorm itu terbuka membuat perhatian Namgyu penuh terhadap pintu itu atau lebih tepatnya pria-pria yang sedang berdiri disitu sambil melepaskan sepatu mereka. Matanya menangkap raut kesal dan risih sang maknae, Lee Sungjong. Sedangkan disisi lain Kim Myungsoo tengah memeluk leher sang maknae dari belakang dengan wajah yang mengantuk.

Ketujuh pria itu memasuki dorm. Sang leader dengan otomatis sudah berbaring tepat disebelah Namgyu sedangkan Howon sudah sibuk menukar channel yang menarik. Dongwoo dan Sungyeol berjalan kearah dapur untuk mencari sesuatu yang dapat mereka makan.

Namgyu menoleh kearah Woohyun yang sudah duduk disebelahnya –membaca skenario yang sedang ia tulis.

“Kenapa Sunggyu oppa terlihat begitu capek ? Bukankah tadi kalian keluar untuk bermain-main ya ?” Tanya sang gadis dengan tatapan bingung kearah pria yang ada di sampingnya.

Woohyun mengalihkan pandangan nya dari laptop lalu ke gadis itu, ia terkekeh pelan. “Tadi kita olahraga sebentar, padahal cuma olahraga ringan kok,” jawab Woohyun santai.

Sunggyu yang tadinya sedang berusaha untuk mendapatkan energinya kembali dengan pelan segera melempar buku yang ada disampingnya kearah sang Main Vocal itu. “Kau bilang ringan ?”

“Sunggyu oppa! Itu buku milikku!” Teriak Namgyu yang kini sudah mengambil buku tebal yang baru saja dilemparkan Sunggyu.

Sunggyu langsung tersenyum kaku sedangkan Woohyun dan Howon yang berada disitu tertawa.

“Aish. Myungsoo hyung! Berhenti memelukku seperti ini. Kau berat!” Omel sang maknae dengan kesal, dari tadi ia berusaha untuk menahan emosinya namun akhirnya keluar juga.

Sungjong berjalan kearah Woohyun dan segera duduk disampingnya –seolah meminta perlidungan dari hyung nya itu, sedangkan Myungsoo malah berjalan kekamar miliknya, Sungyeol dan Dongwoo. Namgyu menatap pria itu dengan bingung. Belum sempat ia menanyakan nya pada Sungjong pria itu sudah mendahuluinya.

“Bang Namgyu. Bilang pada kekasihmu itu untuk berhenti terus-terusan memelukku seperti tadi. Dia itu berat,” tutur Sungjong.

“Eh ?”

“Sepertinya ia merindukanmu dan kebetulan uri maknae kita ini menjadi pelampiasan nya karena bisa dibilang Sungjongie ini seperti yeo-” ucapan Sunggyu terpotong ketika ia mendapat tatapan tajam dari sang maknae, ia bisa merasakan bulu romanya berdiri. Entah kenapa sejak maknae satu ini menginjak umur 20 tahun, ia menjadi lebih manly dan bisa dibilang err –menakutkan jika ia marah.

Sunggyu tersenyum kaku, sedangkan yang lain nya hanya bisa berusaha menahan tawa. “-yeollie, itu maksudku,” lanjut Sunggyu yang lalu menghembuskan nafas lega –berpikir ia sudah lepas dari makane itu.

Sang maknae hanya tersenyum sinis. “Yeah, right,” ucapnya sarkastis.

“Tapi oppa, ada apa dengan si Mr. Huffish ?”

“Kau lihat saja sendiri,” ucap Howon ringan dengan senyuman penuh arti lalu kembali menukar channel TV.

Merasa keempat pria tersebut tidak akan bisa membantu, Namgyu memutuskan untuk mencari tahu sendiri. Ia bangkit dari duduknya lalu berjalan ke kamar milik Myungsoo. Sedangkan itu keempat pria tersebut saling bertatapan dengan senyuman penuh arti. Sungyeol dan Dongwoo yang baru saja keluar dari dapur ikut duduk diantara mereka.

Sungyeol meneguk cola nya lalu meletakkan nya dilantai. “Hei, apa Namgyu akan baik-baik saja dengan raja skinship itu ? Aku khawatir pria itu melakukan sesuatu pada Namgyu,” ucap Sungyeol dengan sedikit cemas.

“Ya~ tidak mungkin itu terjadi, lagipula Namgyu itu kekasihnya ‘kan ? Ia tidak mungkin melakukan hal-hal yang aneh pada Namgyu. Lagipula menurutmu apa yang akan ia lakukan ? Selama ini yang aku tahu, mereka bahkan jarang berpegangan tangan.” Woohyun merebut cola milik choding itu.

Kisseu ?” Tebak Dongwoo dengan polosnya yang langsung membuat perhatian semua member padanya.

Woohyun segera menutup kedua telinga sang maknae yang kebetulan disebelahnya sedangkan Sungjong menatapnya kesal. Hey, bagaimanapun juga ia ini sudah 20 tahun, ia sudah bukan anak kecil lagi. Seharusnya hyung nya ini tahu akan hal ini dan berhenti memperlakukan nya seperti anak kecil.

Howon terkekeh mendengar ucapan sahabatnya itu sedangkan Sungyeol menggelengkan kepalanya. “Itu tidak mungkin,” gumam nya berkali-kali.

Sang leader mengusap dagunya dengan senyuman penuh arti. “Well, kita biarkan saja mereka. Sepertinya akan sangat menarik jika apa yang Dongwoo bilang benar-benar terjadi.”

“Wah, Sunggyu hyung, kau memang harus mencari kekasih secepatnya, sepertinya kau sangat membutuhkannya,” Sungjong mengedipkan matanya dengan polos.

Woohyun sudah terpingkal-pingkal sambil berguling-guling dilantai mendengar ucapan itu sedangkan Howon dan Dongwoo berusaha menahan tawa mereka dan Sungyeol ? Ia malah tertawa sangat puas melihat reaksi Woohyun. Benar-benar choding.

Sunggyu menatap mereka dengan kesal. “Diam kalian!”

Namgyu memasuki kamar Myungsoo dengan hati-hati –takut mengganggu pria itu yang sedang beristirahat. Gadis berambut cokelat gelap itu berhenti lalu duduk bersandar di tempat tidur milik Sungyeol dan Myungsoo. Pria yang dicarinya sedari tadi, tengah berbaring diatas tempat tidur milik Sungyeol –sepertinya ia terlalu malas untuk pindah ke tempat tidurnya di atas.

“Mr. Huffish, kau baik-baik saja ?” Tanya gadis itu ringan sambil pandangan nya sibuk membaca majalah fashion dekat dirinya.

Sunyi. Tidak ada jawaban dari pria tersebut.

Ia mulai berpikir sang visual tersebut sudah tertidur namun nafasnya langsung berhenti seketika, saat ia merasakan sepasang tangan sudah melingkar dilehernya –memeluknya dari belakang. Namgyu yakin bahwa Myungsoo sudah berada tepat dibelakangnya dan pria itu menyandarkan kepalanya diatas bahu Namgyu. Gadis itu dapat merasakan nafas hangat milik Myungsoo yang semakin membuat detak jantungnya berkerja tidak normal.

“Bang Namgyu,” bisiknya pelan. Namgyu menahan nafasnya ketika pria itu memanggil nama aslinya bukan wonsungi. Cukup terkejut dengan sikap pria aneh itu yang tiba-tiba, Myungsoo tiba-tiba mengatakan sesuatu yang tidak terduga. “.. 보고 싶,” lanjutnya pelan namun dapat terasa nada tulus didalam suara itu.

Gadis berambut cokelat itu mengedipkan matanya berkali-kali –bingung sekaligus kaget dengan apa yang baru saja ia dengar. Merasa tidak mendapatkan respon apa-apa dari kekasihnya yang malah duduk mematung, Myungsoo menguatkan pelukan nya lalu kembali berbisik, “aku sangat merindukanmu.”

Fiuh. Rasanya Namgyu ingin meleleh ketika mendengar pria itu mengucapkan 3 kata itu. Ia menarik nafas perlahan –berusaha untuk menguasai dirinya. Ia berdeham, “Mr. Huffish, apa kau sakit ? Tidak biasanya kau berkata hal seperti ini,” ucapnya dengan nada sesantai mungkin.

Myungsoo melepaskan pelukan nya perlahan membuat Namgyu sedikit lebih tenang walapun ia merasa sedikit kecewa. Pria itu menempatkan dirinya tepat disebelah Namgyu. Ia menyentuh rambut cokelat gelap milik sang gadis lalu mulai memainkan nya dengan pelan.

“Waeyo ? Apakah salah jika aku merindukanmu ?”

“Tidak sih, hanya saja kau tidak pernah seperti ini sebelumnya.”

Tiba-tiba Myungsoo berbaring lalu menempatkan kepalanya di atas paha gadis itu –membuat Namgyu benar-benar terkejut. Myungsoo memberikan senyuman termanisnya yang dapat membuat ribuan gadis jatuh hati padanya –termasuk Namgyu. Ia meraih pipi gadis itu yang sangat terlihat memerah.

Jinjja ? Kalau begitu, mulai sekarang aku tidak akan lagi menyembunyikan perasaanku padamu, otthe ?”

Jantung Namgyu kembali berkerja tidak normal, ia memejamkan matanya sambil berusaha untuk memfokuskan dirinya. Jinjja, Kim Myungsoo! Sejak kapan kau menjadi seperti ini ? Spertinya kau terlalu sering bergaul dengan Nam Woohyun.

Bagaimanapun juga, Namgyu menganggukan kepalanya pelan –membuat Myungsoo tersenyum.

“Hei, bagaimana jika kau menginap di dorm ini untuk hari ini saja, sudah lama kita tidak bertemu seperti ini. Okay ?” Pinta Myungsoo seperti anak kecil yang meminta ibunya untuk dibelikan mainan.

Namgyu tersenyum simpul lalu mengangguk. “Arraseo.”

Sedangkan itu, tepat didepan pintu kamar milik Myungsoo, Sungyeol dan Dongwoo. Tampak dua orang tengah serius memperhatikan scene sepasang kekasih itu dengan saksama.

“Uwah, sejak kapan Myungsoo seperti itu ?” Ucap Sunggyu sedikit kaget.

Di sisi lain, Woohyun terkekeh puas. “Ajaranku sangat berguna~”

Sungjong yang sedang duduk bersama member yang lain nya, menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan sikap kedua hyung nya itu. “Jinjja. Kedua hyung itu memang benar-benar membutuhkan kekasih. Secepatnya,” gumam nya.

….

/waves. haaaiii semuanya! entah kenapa saya malah ngepost ini cerita, mian kalo aneh dan random abis -__-

abisnya saya lagi hilang inspirasi buat nulis lanjtan namsoo nya jadinya malah nulis ficlet ini deh. cerita ini sih ga ada hubungan nya sama cerita namsoo biasanya soalnya disini mereka tuh udah pacaran .__.

oke deh, aku harap dapet respon positif deh. byeee~! /kabur sama myungyeol <3333

 


{Junrim SongFic} “The Day You Rest”

$
0
0

Baby… What are you doing tomorrow?

You have nothing? I have work..

What’s the point of meeting your friends?

What about just resting at home?

{Yong Junhyung, to…. Raisly Kim}

—-

Yong Junhyung dengan cekatan mengganti handuk basah yang menempel di dahi Seorim untuk kesekian kalinya dalam sehari ini. Ia beralih mengambil termometer kecil di atas meja dan memasukan benda medis itu kedalam mulut Seorim yang sudah terbuka manja sejak tadi. Beberapa lama, ia lalu mengeluarkan termomoter itu lagi dan mengibas-ngibaskannya sebentar, kemudian melihat ukur suhu yang terbaca disana.

“Sudah turun, kan?” tanya Seorim, suaranya masih terdengar lemah.

Junhyung mengangguk-angguk kecil sambil meletakkan termometernya, “Tapi kau harus tetap istirahat untuk beberapa hari ini..”

“Beberapa hari?” ulang gadis itu dengan dahi berkerut protes, “Aku hanya demam, Yongie… Tidak perlu terus istirahat di kamar sampai ‘beberapa hari’. Aku harus segera ke kantor untuk-”

“Lembur lagi?” potong Junhyung, sengit. Sepasang manik matanya menyipit kearah Seorim yang masih tergeletak di ranjang sambil mendengus, “Apa kau tidak punya otak?”

“……”

“Nona Kim!!!” Junhyung mencubit pipi gadis itu dengan gemas.

“Sakit!!” protes Seorim yang disambut angkatan tangan Junhyung. Gadis itu langsung mengusap-usap pipi kanannya yang tampak semakin kurus sejak jatuh sakit dua hari ini dengan jengkel.

Kenapa Junhyung tiba-tiba menjadi over protectif seperti ini? Seorim hanya demam biasa. Bukan sebuah sakit yang parah. Harusnya Junhyung tidak perlu sepanik itu mengatur-ngaturnya. Ia baik-baik saja. Walau badannya masih terasa lemas dan kepalanya masih terasa berat, tapi ia baik-baik saja. Lagi pula panasnya juga sudah turun, kan? Setidaknya begitu yang dipikirkan Seorim.

“Normalnya, seorang gadis itu akan menjadi manja pada kekasihnya saat sedang sakit. Tapi kenapa kau malah menjadi keras kepala seperti ini?” sindir Junhyung sambil meraih sekaleng cola dingin yang sejak tadi diabaikannya di atas meja buffet.

Terdengar lebih sinis dan menjengkelkan dari biasanya? Entahlah, Junhyung sendiri tidak tau ada apa dengan dirinya. Bagaimana bisa ia yang biasanya cenderung tenang itu tiba-tiba berubah menjadi tukang atur dan mengomel seperti ini? Apa karena ia terlalu cemas saat kemarin Hyosun memberitahunya bahwa Seorim sakit?

“…….”

Pria itu menghentikan tegukan panjang yang hampir menghabiskan separuh Cola dinginnya, kemudian kembali menatap Seorim yang saat ini hanya diam sambil menarik selimutnya lebih rapat. Kali ini dengan tatapan yang melunak dan lebih hangat, “Beberapa hari~ saja, Rimmy. Apa kau benar-benar tidak bisa menghilangkan semua hal tentang ‘jurnalistik’ dari otakmu untuk beberapa hari saja?”

Seorim menggeleng polos, “Tidak.”

Yong Junhyung mengusak rambutnya dengan frustasi, “Ya!! Berhentilah menjadi jurnalis muda yang gila kerja! Kau bisa te-”

“Memangnya kau tidak gila ker-YAAAA!! DINGIN!” Seorim nyaris melonjak bangun dan segera menggosok-gosok pipinya yang serasa membeku sejak beberapa detik lalu.

Sementara Junhyung hanya menjauhkan kaleng cola dinginnya dari wajah Seorim sambil terkekeh tanpa rasa bersalah, “Aigoo… jangan memotong ketika orang lain sedang bicara, Mrs.Coffee.”

Seorim mendesis sebal, “Kau bukan ‘orang lain’, Mr.Cola..”

“Benarkah?” alis kanan Junhyung terangkat.

“O~” Seorim mengangguk kecil sambil setengah bersungut,

Junhyung tersenyum hangat, ia menarik naik selimut abu-abu Seorim, dan merapatkan kain tebal itu untuk menghangatkan tubuh gadisnya yang masih terbaring lemah di atas ranjang, “Kalau begitu, dengarkan aku…”

“…….”

Diam. Kim Seorim hanya bisa bergeming sambil mengatur detak jantungnya saat Yong Junhyung tiba-tiba mencondongkan badan mendekat kearahnya. Dengan gerakan yang amat pelan, wajah pria itu semakin mendekat ke wajahnya, diiringi sentuhan halus jemari-jemari hangat yang memainkan juntaian rambut coklat di samping telinganya,

Dekat..

Semakin dekat..

Hingga kemudian kedua dahi mereka bersatu, hangat -Ya, walau masih terhalang oleh handuk basah yang melekat di atas dahi Seorim-. Cukup hangat, sampai kemudian satu kecupan manis dari Junhyung mendarat lembut di pipi kanan gadis itu.

“Istirahat dan tidurlah dengan nyenyak, Baby..”

***

Kim Seorim mengerjapkan matanya beberapa kali. Remang. Gadis itu menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan mulai menegakkan punggung. Sebelah tangannya terangkat memijat-mijat pelipis, mencoba mengurangi pening yang masih tersisa di kepala. Sementara sepasang mata coklatnya samar-samar tertuju pada sebuah jam dinding starbucks di sebelah kanan figura fotonya bersama Junhyung.

“19.30..” gumamnya, pelan.

Perlahan, ia bangkit dari ranjang dan menyambar sweater hijau toska di dekatnya. Gadis itu mulai berjalan menuju pintu kamar sambil mengikat rambut seadanya. Keluar. Ia butuh udara segar, terlalu lama berkutat di kamar remang yang pengap ini hanya membuatnya semakin terkulai lemas, begitu pikirnya.

‘Kreeekkk…’

“Oppa, kau menuangnya terlalu banyak!”

“Kenapa memangnya? Susu itu kan sehat, lagi pula takaran gelasnya memang segini.”

“Tapi kalau sebanyak itu, nanti Eonni bisa gemuk.”

“Ya! Kau tidak lihat betapa kurusnya dia sekarang?”

Sebuah drama sambutan aneh bagi seorang gadis yang baru saja bangun dari tidur ‘sakit’nya. Namun, pertengkaran kecil dua orang yang tengah mengacak-acak dapur  sambil berargumen tentang takaran susu itu, seolah menjadi pemandangan yang menyenangkan bagi Seorim. Gadis itu bahkan tersenyum tanpa sadar sambil bersandar pada kerangka pintu kamarnya..

Hhhh.. Rasanya sakit pun akan menyenangkan jika 2 orang yang kau sayang bisa selalu ada di sekelilingmu. Seperti saat ini. Jung Hyosun, dan.. Yong Junhyung.

“Jangan hanya senyam-senyum disana, cepat kemari..” tegur Junhyung -tanpa menoleh sama sekali- yang langsung disambut desisan sebal Seorim. Bagaimana bisa pria itu menyadari keberadaannya padahal ia belum menimbulkan suara sama sekali?

“Nde..”

Sementara Junhyung masih sibuk mengaduk-aduk segelas susu di meja dapur,  Hyosun sudah membalik badan dengan ekspresi setengah terkaget, ia langsung berjalan kearah meja makan dan menarik satu kursi, “Hooaa.. Eonni! Ayo cepat duduk!”

“Ya! Jung Hyosun! Jangan memerintahku!”

Hyosun menghela nafas sambil mengusap dada menanggapi respon Seorim, “Aigoo.. Eonni itu sedang sakit, jadi berhentilah mengomel.”

Seorim menarik kursi yang lain dan mendudukkan diri di atas sana sambil berjengit menatap Hyosun di seberang meja, “Yak! Teori macam apa itu, hah? Memangnya ada aturan tentang itu di UU Negara? Kenapa aku harus me-”

‘teenggg….’

Suara nyaring sendok yang beradu dengan sisi luar gelas kaca itu berhasil memotong kalimat Seorim. Gadis itu memanyunkan mulutnya sambil menoleh ke samping, tepat pada sosok Yong Junhyung yang tengah memiringkan kepalanya sambil membawa segelas susu coklat hangat, “Ada masalah, Mrs.Coffee?”

Seorim menggeleng pelan.

“Bagus..” Junhyung tersenyum sambil mengusak rambut Seorim dengan sebelah tangan, sementara tangan yang lain terulur menyodorkan segelas susu ke atas meja, “Kalu begitu, berhentilah berteriak, dan minum susunya. Arra?”

“Arraseo.”

Sementara Kim Seorim sudah sibuk meminum susu coklatnya, di seberang meja, Jung Hyosun tampak bersungut menyangga dagu dengan kedua pipi yang menggebung sebal. Kadang-kadang ia ingin berguru pada seorang Yong Junhyung tentang kiat-kiat menjinakkan gadis buas bernama Kim Seorim itu. See? Bahkan saat sakit pun, gadis itu masih bisa mengomelinya..

“Yongie~” panggilan Seorim terdengar manja.

“Eung?” Yong Junhyung hanya menyahut singkat tanpa menoleh. Ia tampak cekatan memotong-motong apel merah di hadapannya dan memasukkannya kedalam mangkuk melamin. Entah sejak kapan pria itu mulai terbiasa menyibukkan diri di dapur minimalis apartement ini.

“Hanya susu?” tanya Seorim sambil menggoyang-goyangkan gelas susunya yang masih tersisa setengah, “Bukankah kopi susu itu lebih baik?”

“Eonni, kopi itu tidak baik untuk kesehatan..” komentar Hyosun, “Lihat, sekarang saja Eonni jatuh sakit sampai 3 hari seperti ini..”

“Aku sakit karena kelelahan, Hyo.. bukan karena kopi.”

“Tapi tetap saja kopi itu akan merusak kesehatan!” keras Hyosun.

“Ahhh.. Benar! Benar! Jangan minum kopi dulu!” Junhyung langsung menimpali setuju untuk setiap kalimat yang terlontar dari mulut Hyosun.

What? Ini penyiksaan!

Tidak adil!

Kim Seorim langsung melirik jengkel pada sosok Junhyung yang masih acuh tak acuh. Pria itu terus sibuk meramu ‘entah apa itu’ sambil sesekali meneguk sebotol kecil cairan gelap bersoda, “Lalu bagaimana dengan cola?”

“Uhhhukkk….” Junhyung langsung tersendak, air cola memuncrat keluar dari mulut dan membuatnya terbatuk selama beberapa saat. Tawa Hyosun langsung pecah tanpa toleransi, dan detik berikutnya, Seorim langsung menggetok kepala gadis itu hingga diam denga sendok.

“Yongie.. kau tidak apa-apa?” Seorim meringis tidak enak.

Junhyung mengelap sisa-sisa air cola di mulutnya dengan tisu dapur dan langsung mengangkat tangan, mengisyaratkan bahwa ia baik-baik saja. Lalu beberapa detik kemudian, ia sudah meraih botol colanya lagi dan melempar benda itu bersama isinya ke dalam tong sampah, “Oke, aku juga tidak akan minum cola selama kau tidak minum kopi! Deal?”

Seorim tersenyum puas, “Deal..”

Sedang di sisi lain, Jung Hyosun masih mendengus sambil mengusap-usap kepalanya yang masih terasa nyeri karena pukulan sendok besi Seorim, “Mereka ini pasangan macam apa sih..”

Seorim tiba-tiba menoleh cepat, “Kau mengatakan sesuatu, Jung Hyosun?”

“Eh? Tidak!” Hyosun langsung mengelak cepat dan bangkit dari kursinya, “kurasa aku harus belajar lagi untuk ujian masuk Kyunghee akhir bulan ini. Hehe… annyeong!”

Butuh waktu kurang dari semenit saja, sampai tiba-tiba gadis mungil bermarga Jung itu sudah melesat hilang di balik pintu kamar dengan stiker ‘Hyo & Doo’ bermotif warna-warni plus gambar Piglet dan Pooh yang selalu dianggap ‘kekanak-kanakan’ oleh Seorim. Bagaimana bisa gadis berusia 18 tahun yang sudah nyaris menjadi mahasiswa itu punya selera yang-

“Jjaa!! Rofuet apple..”

Semangkuk kecil soup sallad khas Denmark yang tiba-tiba disajikan Junhyung di hadapannya, langsung membuat pikiran Seorim tentang ‘pintu kamar Hyosun’ teralihkan. Seulas senyum lebar lagi-lagi kembali terlukis di wajahnya yang masih tampak pucat, “Daebak!! Sejak kapan kau tau makanan Denmark?”

“Saat kau membuka hatimu untukku.” Sahut Junhyung seraya menarik kursi di samping Seorim. Ia mengambil sendokan kecil Rofuet dan menyuapkannya makanan itu perlahan ke mulut gadisnya, “Saat itu juga aku membuka diriku untuk lebih mengenal apa-apa tentangmu..”

“Apa apa tentangku?” ulang Seorim, sedikit tak percaya. “Apa pun?”

Junhyung mengangguk kecil sambil menyeka sisa saus kentang yang menempel di sudut bibir Seorim, “Apa pun. Apa pun tentang seorang Raisly Kim.”

“Apa itu mudah?”

“Menurutmu?”

“Pasti mudah!” sahutnya, cepat. Ia mencomot sepotong apel di dalam mangkuk dengan telunjuk dan ibu jarinya, dan menyodorkan buah berkulit merah itu di depan mulut Junhyung, “Kau kan memiliki semacam kekuatan untuk membaca pikiranku..”

Yong Junhyung terkekeh kecil sambil mengunyah apel suapan Seorim, sementara sepasang matanya mulai mengunci mata gadis itu dalam tatap lamat, “Kau benar. Dan aku juga bisa menebak bahwa kau sedang berencana mengerjakan project-project baru untuk Ceci dalam seminggu ke depan!”

“……”

Kim Seorim langsung melengos.

“Hei… Benar, kan?”

Seorim menghela nafas berat dan langsung memasang senyum selebar-lebarnya, “Aigoo… kenapa uri Yongie ini pintar sekali?”

Yong Junhyung berjengit, sebelah matanya menyipit sinis, dan tangan kanannya langsung terulur mencubit hidung gadis ‘bandel’ itu, “Ya! Mrs.Coffee! Lupakan tentang project dan segala hal kejurnalistikanmu itu untuk seminggu ini!”

“Waey?” protes Seorim, ia langsung menyentak tangan Junhyung sementara hidungnya sudah mengernyit jengkel.

“Kau butuh istirahat, Rimmy..” ujar Junhyung, sepasang mata teduhnya menghardik Seorim dengan lembut. “Berhenti memforsir waktumu untuk pekerjaan! Berhenti bertemu rekan bisnis dan mengontrol studio! Stay di apartement, atau paling tidak habiskan waktumu untuk bersantai bersama teman-teman. Setelah ini, aku tidak mau mendengar lagi bahwa kau jatuh sakit atau apa, mengerti?”

“Kalau aku tidak menurutimu?” tantang Seorim.

“Ishhh… benar-benar..” Junhyung mendesis gemas sambil kembali menyuapkan sesendok rofuet kedalam mulut Seorim, “Memangnya kau tega membuatku khawatir saat sedang sibuk menyiapkan Comeback?”

“Kalau begitu jangan Comeback..” rengek Seorim dengan pipi menggembung penuh rofuet.

“Baik..” lugas Junhyung sambil kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, “Aku akan telfon Jintaek hyung dan meminta agar mini album kali dibatalkan.”

“Ya! Yong Junhyung! Apa kau gila??” Seorim langsung memekik histeris dan segera merebut benda tipis putih yang mulai dimainkan pria itu.

Junhyung berjengit bingung, “Jadi, kau mau Beast comeback… atau tidak?”

“Iya..”

“Good girl..” kekeh pria itu sambil mengusak rambut Seorim dengan sayang.

“Tentu saja..” timpal Seorim, ia memutar-mutar ponsel Junhyung di atas meja makan, “Aku belum ingin dibantai dan dibunuh jutaan B2uty di luar sana karena membuat comeback idola mereka batal.”

Junhyung tersenyum kecil. dibantai? Dibunuh? Alasan macam apa itu? B2uty adalah fandom yang baik dan terkenal bersahabat. Ia baru saja akan menyangkal kata-kata Seorim, tapi bibirnya terkatup saat melihat mulut mungil Seorim kembali bergerak.

“Lagi pula kau sudah berusaha mempersiapkan mini album kali ini kan? Aku tau seberapa sering kau tidur di studio saking lelahnya berkutat dengan alat-alat mixing itu. Aku tau seberapa antusias kau ingin membuat perubahan dalam diri Beast tahun ini. Buckaroo juga begitu… ia bahkan belajar lebih keras kali ini untuk mengembangkan kemampuannya. Kau juga bilang kemampuan dance Yoseob sedang pesat-pesatnya, kan? Beast, akan semakin berkembang tahun ini! Aku percaya itu…” Seorim tersenyum tulus sambil setengah menunduk, terus memutar-mutar ponsel Junhyung di atas meja, tanpa cukup berani untuk bertemu mata dengan si pemilik ponsel, “Hanya saja, kau harus mengingatkan Kwangie mouse, Yongie. Dia tampak semakin kurus belakangan ini..”

Terhenyak diam. Yong Junhyung terlalu terkejut saat mendengar baris kalimat-kalimat panjang itu meluncur dari bibir pucat Seorim. Ia tidak pernah tau bahwa gadis itu benar-benar peduli. Tidak hanya padanya, tapi juga pada Beast, keluarganya. Ia tidak pernah tau bahwa gadis itu diam-diam mengamati dan mendukung mereka lewat sisi yang berbeda dari kebanyakan orang. Ia tidak pernah tau. Tidak pernah tau bahwa gadisnya bisa sehangat dan sepeduli itu.

“Yak! Mr.Cola! Bisakah kau berhenti memandangku seperti itu?” pinta Seorim.

“Geurae,” Junhyung tersentak sadar sambil tersenyum kecil, kemudian beralih menempelkan punggung tangannya ke dahi Seorim. Panas, tapi gadis itu sama sekali tidak mengeluh sejak tadi. “Kalau begitu, janji padaku bahwa kau akan banyak beristirahat selama aku sibuk menyiapkan mini album baru Beast?”

“Bagaimana kalau aku lupa untuk beristirahat?”

“Tidak akan!” tukas Junhyung, cepat. “Aku…. pasti mengingatkanmu.”

Dahi Seorim berkerut bingung dengan satu kata terakhir yang terdengar janggal dalam kalimat singkat itu, “Mengingatkanku?”

***

Seorim meraih 2 pil berwarna putih di atas meja dan memasukkannya sekaligus kedalam mulut, disusul dengan tegukan segelas air putih yang kemudian mengalir membasahi kerongkongannya. Gadis itu mengecek arlogi di tangan kirinya, masih sekitar satu jam lagi. Ia ada janji dengan Chansung yang akan mentraktirnya minum kopi siang ini,

Kopi?

Ya, ayolah, hanya sekali ini saja. Ia sudah hampir seminggu tidak menyentuh minuman berampas itu karena perjanjian anehnya dengan Mr.Cola.

“Ada titipan!”

“Heh?”

Seorim berjengit bingung saat mendapati seorang pria berkaos oblong putih sudah berada di dalam kamarnya dan melempar sesuatu ke atas kasur. Kapan ia datang? Tidak tau sopan santun. Tapi untuk kali ini Seorim tampak tidak terlalu peduli pada tingkah sembrono pria itu. Ia malah memungut benda persegi tipis yang saat ini tergeletak di atas bed covernya. Hanya sekeping CD?

“Apa ini?” tanya Seorim. Ia menoleh bingung pada pria yang saat ini tengah merapikan rambut di depan meja riasnya itu.

“Entah, putar saja..”

“Yak! Ini bukan kaset blue film kan, Jung Ilhoon?” selidik Seorim.

Pria yang ternyata adalah Ilhoon itu langsung memutar duduknya dengan sepasang mata yang membulat kaget, “Memangnya Junhyung hyung penggemar blue film?”

Seorim menghela nafas, “Dari Yongie?”

Ilhoon mengangguk-angguk cepat.

Seorim tersenyum simpul sambil menimang-nimang benda yang ternyata dari Yong Junhyung itu, “Yasudah, cepat sana keluar..”

Ilhoon menggeleng polos, “Aku ingin lihat.”

“Eh?”

“Noona, apa isinya benar-benar blue film?”

“……..”

“……..”

“JUNG ILHOON! CEPAT KELUAR DARI KAMARKU!!”

—-

Ia memasukkan kepingan CD itu kedalam laptop dan memutarnya. Hanya ada satu file yang terbaca disana. Sebuah file musik dengan judul  “The Day You Rest – Beast 5th Mini Album”. Seulas senyum Seorim terkembang. Lagu macam apa ini? Dari judul saja sudah terlihat bahwa itu ditunjukkan untuknya..

“Childish..” gumam gadis itu dengan setengah tersipu.

Perlahan, jemarinya kembali memainkan kursor, dan mendouble klik pada file kecil yang terlihat manis itu. Memutarnya. Hingga sebuah alunan musik bonk electric ‘khas gubahan Yong Junhyung’ mulai terdengar. Sebuah intro unik berhiaskan gumaman-gumaman aneh sang rapper yang suka sekali eksis..

Woo baby naeil mweohae shindago nan il ittneunde
chingun mannaseo mweohae jib-eseo jom swineun ge eottae

(Woo baby What are you doing tomorrow? You have nothing? I have work
What’s the point of meeting your friends? What about just resting at home?)

Wae geureohke maleul an deuleo nareul ddo hanage mandeuleo
niga nae yeop-e eobseumyeon keokjeong-i dwaeseo geurae yeah

(Why don’t you listen to me? Why do you make me mad again?
It’s because I worry about you if you aren’t next me yeah..)

Geurae geureom nagaseo iljjik dorawa-ya hae (dorawa-ya hae)
naega bulanhaehaji anhge alaseo jalhae

(Okay then go out and come back home early (You have to come back)
Don’t make me nervous, do well on your own..)

Jamkkanman geunyang jib-e isseum an dwae haruman chamajumyeon andwae
Oh baby ireon nae mameul wae molla..

(Hold on, can’t you just stay home? Can’t you just hold it in for a day?
Oh baby why don’t you know how I feel?)

Oneuleun niga swineun nal waenji moreuge bulanhae jjajeungnage
charari niga babbasseum chohgesseo nan baby..

(Today is the day you rest, I don’t know why but I’m nervous for no reason it’s making me frustrated..
I wish that you were busy instead baby.)

Niga swimyeon nan waenji moreuge beogeoweo,
nae chaeksang-e ssahin ildeul-i jabhijiga anha ah..

(When you rest, I don’t know why, but I feel oppressed.
I can’t focus on any of the work piled up on my desk ah)

Oneuleun miga swineun nal mulga-e naenoeun a i-cheoreom,

neomu neomu shingyeong sseuinda,
Nuga bwado areumdaun neoraseo cheoum boneun saram-i malirado geolmyeon eojjeona

(Today is the day you rest and like a child left out in the water,

I’m so, so worried because you are so beautiful,

What if you never met someone decides to talk to you)

(ireon nae mameul) neon aneunji moreneunji..

(ilbureo nareul) deo aetae-uneun geoji..

neol jumeni-e Cellphone cheoreom gajyeo danigo shipeo Everywhere I go..

(How I feel) I don’t know if you know

(Or on purposely) you are trying to worry me
I want to carry you like a Cellphone Everywhere I go..)

(Beast – The Day You Rest)             

                             

Kim Seorim bahkan tak sadar bahwa senyumnya terus terkembang hingga dentuman terakhir musik dalam lagu ini. Manis. Untaian lirik yang terlalu manis dari Mr.Cola untuknya. Ia tidak menyangka rasanya akan sebahagia ini saat seseorang yang ia sayang mempersembahkan sesuatu untuknya.

Tiap bait liriknya, begitu menggambarkan bagaimana pria itu sangat peduli dan mencemaskan keadaannya. Tiap untai kata sederhana yang terangkai disana, terdengar begitu lembut dan hangat. Melindungi. Sebuah bentuk over protektif khas Yong Junhyung yang tidak pernah memaksa dan mengekangnya.

Dan bolehkah ia jujur bahwa ia sangat menyukai beberapa kalimat hiperbolis dalam lagu itu? Saat pria itu meluncurkan rappnya dan mengatakan ingin selalu membawanya kemana pun seperti ponsel, bolehkah ia jujur bahwa diam-diam ia tersipu?

Suka.

Benar-benar suka.

“Terimakasih, Yongie..” lirihnya.

Entah kenapa ia tidak ingin pergi sekarang. Bahkan ia tidak lagi ingin minum kopi diam-diam bersama Chansung siang ini. Lagu itu sudah mengingatkannya, bahwa ia harus beristirahat dan memulihkan kesehatannya secara total. Mungkin tidak untuk dirinya sendiri, tapi untuk Yong Junhyung, agar pria itu tak terlalu mencemaskannya.

Ia mengerti sekarang, mengerti dengan maksud sebuah percakapan kecilnya dan Junhyung di ujung petang beberapa hari yang lalu.

…………………

“Kalau begitu, janji padaku bahwa kau akan banyak beristirahat selama aku sibuk menyiapkan mini album baru Beast?”

“Bagaimana kalau aku lupa untuk beristirahat?”

“Tidak akan! Aku…. pasti mengingatkanmu.”

…………………

“Mengingatkanku?” Seorim terkekeh kecil. Gadis itu meraih ponsel di atas meja buffetnya. Mulai menekan serentetam nomor yang sudah ia hafal di luar kepala, kemudian menempelkan benda tipis itu ke telinga, menunggu nada sambung…

‘tuutttt……. tuutttt….’

“……”

“Mrs.Coffee?”

“YAA!!! MR.COLA! Tidak bisakah kau membuat musik yang lebih manis, hah? Kau pikir aku ini gadis club yang suka berdansa tidak jelas di lantai pub?”

‘tutttt…..’

-&^*($#@!-

 

Jjaa!! Orin back… Orin back.. *anak Infinite nyanyi She’s back :p*

Akhirnya saya free 2 minggu ini. Hoho.. semua urusan OSPEK di kampus FIS UNY telah usai, resmi jadi mahasiswa Jogja, jadi anak kos, tinggal menunggu Escrapt awal September nanti di kaliurang.. \^o^/

Ini apa ya? Apaan sih ini? Songfic macam apa? Bukannya nerusin kisahnya Junrim, malah bikin FF random kayak begini. Hahaha..

Semuanya gara-gara artikel berjudul ‘Apakah lirik lagu yang Junhyung tulis ditunjukkan untuk Goo Hara?’ yang bertebaran di blog2 K-pop dan B2uty, dan sukses bikin aku di bully ama anak-anak T-ara, eh… anak-anak G2st.

Jadi intinya, ini FF klarifikasi #halah.. lirik yang ditulis Junhyung itu ceritanya buat Seorim. Ya? Buat Seorim aja deh, daripada buat Hara -___-V *salam damai buat Junhara shipper*

Dan ini ngambil setting waktunya antara akhir Juni sampe awal Juli gitu deh ya. Jadi pas waktu ini itu Junrimnya udah resmi jadian… *nyalain petasan*. Tapi ntar Junrim series tetep lanjut kok, tenang aja.. ;)

Oke. Sekian ya, malu nih jadi author yang paling sering curhat nyampah di FF. Nyahaha.. Like & Coment ditunggu..

Yang jadi Silent Reader dosa loh, puasa2 kok bikin authornya jengkel karena liat statt ama coment yang nggak imbang jauh. :p

 

P.S: Yang coment panjang di doain masuk Surga  #Amin…


{KaiYeon} Into Your World – Unexpected You

$
0
0

Although I have trouble expressing my self, I’m very warm hearted. I want to treat people well, but I’m not good at expressing it – Kai (from ‘the star’ interview)

 

Into Your world – [part 6] unexpected you

 

08:08 AM. Nayeon’s room, Seoul..

Kim Nayeon membuka matanya perlahan. Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit kamarnya sendiri yang berwarna putih bersih. Ia memiringkan kepalanya, sedikit menyipit menatap seberkas cahaya matahari pagi yang mulai menyusup masuk dari celah-celah jendela kamarnya yang tertutup gorden. Spontan Nayeon terbelalak kaget. Secepat mungkin ia menyambar handphone miliknya yang tergeletak di atas meja kecil di samping tempat tidur lalu melirik jam digital yang tertera dilayar touch screen-nya.

Jam delapan pagi.  Dan itu berarti ia terlambat pergi ke sekolah.

“Haish! Ya SHINee! Why you didn’t wake me up?” pekik Nayeon seraya melempar handphone-nya itu ke atas kasur. Biasanya alarm handphone berbunyi potongan reff lagu lucifer milik SHINee itu selalu berdering tepat pukul 6 pagi dan membangunkan Nayeon dari tidurnya, tetapi entah mengapa untuk pagi ini, Nayeon sama sekali tak mendengar bunyi alarm tersebut.

Sesegera mungkin Nayeon menyingkirkan selimut tebal yang menyelimuti tubuhnya itu dan berniat berlari ke arah kamar mandi. Namun tiba-tiba saja ia teringat sesuatu. Dengan cepat diambilnya lagi handphone-nya yang tadi dilempar secara asal ke atas kasur itu dan melihat tanggalan yang terletak di sudut atas layar handphone-nya.

Sunday.

“AHHH!” teriak Nayeon kencang sambil kembali menjatuhkan diri ke atas kasur. Ia mengelus-elus dadanya lega. Pantas saja alarm-nya tidak berbunyi, ternyata hari ini adalah hari minggu. Syukurlah, jadi ia tidak perlu khawatir jika bangun terlambat. Sebaliknya ia malah bisa lebih lama merentangkan tubuhnya di kasur sampai siang hari.

Tunggu dulu.

Kasur?

Nayeon membuka matanya lebar-lebar, sudah sepenuhnya tersadar. Hal terakhir yang ia ingat semalam adalah ia dan Kai sedang duduk di ayunan taman belakang rumahnya sambil memandangi Polaris star yang tak pernah berpindah tempat, lalu kenapa sekarang ia bisa berada di atas kasur kamarnya sendiri? Apa jangan-jangan hal yang terakhir yang diingatnya itu hanyalah mimpi belaka?

“Haish!” Nayeon menggeleng pelan. Jika itu hanya mimpi, lalu kenapa semuanya terasa sangat nyata? Duduk bersama, mengobrol tentang kepindahannya dan juga berbagi cardigan. Semua itu benar-benar tergambar secara jelas di kepala Nayeon.

Nayeon mengangkat satu tangannya ke atas, bermaksud ingin menyentuh kepalanya sendiri. Namun tiba-tiba ia menyadari sesuatu. Sesuatu yang melekat di tangan dan juga tubuhnya. Sesuatu berwarna hitam pekat dan berbahan dasar wol. Cardigan.

“Mwo?” buru-buru Nayeon melepas cardigan itu dan menatapnya baik-baik. Cardigan itu.. bukankah cardigan itu milik Kai? Lalu kenapa..

“Omo!” Nayeon menutup mulutnya, merasa kaget dengan apa yang kini sedang terlintas di pikirannya sendiri. Jika sekarang cardigan Kai berada di tangannya, berarti kejadian semalam itu benar? Semua yang ia alami bersama Kai semalam itu memang benar? Tentang berbagi cardigan, tentang kepindahannya, tentan Polaris star? Jadi semua itu.. benar-benar terjadi?

Kini Nayeon memejamkan matanya secara perlahan, mencoba menggali pikirannya lebih dalam lagi. Semalam.. ia ingat kalau semalam ia memang mengantuk hebat dan kemungkinan besar jatuh terlelap saat sedang bersama Kai. Lalu jika sekarang ia terbagun di kamarnya sendiri, apa itu berarti Kai yang menggendongnya sampai kamar?

“Haish.. eomma eotteohke?” desis Nayeon sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Bodoh! Kenapa ia bisa terlelap saat sedang bersama dengan pria itu? Ini sungguh memalukan. “Pabo! Kim Nayeon pabo! Pabo.. pabo.. pabo!” Nayeon meruntuki dirinya sendiri, menyesali hal bodoh yang semalam ia lakukan. Dengan gemas ia meremas-remas cardigan milik Kai di tangannya dan menumpahkan seluruh rasa kesalnya pada benda itu.

“Tapi..” gumamnya beberapa saat kemudian, terlihat seperti bicara pada dirinya sendiri. “Kenapa pria itu baik sekali? Bukannya ia membenciku? Lalu kenapa ia mengantarkanku sampai kamar? Kenapa tidak membangunkanku? Atau tinggalkan saja aku di luar?”

Nayeon menggelembungkan pipinya, lalu terkekeh sendiri ketika kembali menatap cardigan milik Kai yang masih berada dalam genggaman tangannya. Tanpa sadar kini ia sudah merengkuh cardigan itu dan memeluknya erat-erat. Dari jarak sedekat ini, Nayeon bahkan masih dapat mencium wangi parfume khas milik Kai yang melekat di cardigan berwarna hitam itu.

“Ya terserahlah apa alasanmu. Tapi yang jelas… gomapda, Kaibaibo.” Ucap Nayeon sambil menyisipkan segurat senyuman tipis di antara kalimatnya. Tiba-tiba saja selintas bayangan wajah Kai yang sedang tersenyum manis muncul di kepala Nayeon dan berhasil membuat gadis itu menggerakan bibirnya untuk tersenyum lebih lebar dari sebelumnya. Setelah itu, Nayeon juga menenggelamkan sebagian wajahnya ke dalam cardigan milik Kai, mencoba merasakan lebih dalam lagi wangi banetton, parfume khas milik pria itu yang entah sejak kapan mulai Nayeon suka.

Detik berikutnya Nayeon melebarkan mata. Secepat mungkin ia melempar cardigan di tangannya itu ke sudut kamar. Ia lantas bergidik ngeri, berulang kali ia menggeleng-gelengkan kepala dan menepuk-nepukan  telapak tangan ke kedua pipinya, mencoba mencari kesadarannya sendiri.

“Haish!” Nayeon meringis sambil mengigit bibir bagian bawahnya. Sebenarnya apa yang baru saja ia lakukan? Kenapa ia jadi memikirkan pria itu? Dan kenapa juga ia harus tersenyum karenanya? Memangnya dia siapa?

Sambil bangkit dari tempat tidurnya, Nayeon memukul-mukul kepalanya pelan, berusaha mengusir semua bayangan wajah Kai yang tadi sempat muncul. Namun bukannya berhasil, kini bayangan-bayangan wajah Kai yang lainnya malah semakin bermunculan memenuhi seluruh isi kepala Nayeon.

“Ahhh.. ahhh.. AHHHG!” teriak Nayeon sambil berlari-lari tidak jelas di sekitar kamarnya. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya kini, tetapi ia yakin, sekarang ia pasti sudah gila dan itu karena pria bernama Kim Jongin.

“AHH.. AKU PASTI SUDAH GILA! AKU PASTI SUDAH GILA! YA, AKU PASTI SUDAH GIL–” mendadak teriakan Nayeon terputus ketika kedua bola matanya menangkap sebuah post it berwarna biru muda yang tertempel di salah satu pintu lemari pakaiannya. Alis Nayeon berkerut samar, dengan sigap gadis itu langsung melangkah mendekati lemari pakaiannnya dan mencabut post it yang tertempel di sana.

“Ige mwoya?” tanya Nayeon seraya membaca tulisan dalam bahasa inggiris yang tertera dalam post it tersebut.

good morning~ ^^

Belum sempat Nayeon menebak siapa yang kira-kira meninggalkan pesan dalam post it itu, tiba-tiba kedua mata Nayeon menangkap post it lain yang tertempel di sisi pintu toilet-nya. Karena penasaran, Nayeon langsung berlari ke arah pintu toilet dan membaca post it tersebut. Untuk post it kali ini, tulisan yang tertera di atasnya ditulis dalam hangeul.

Tidurmu nyenyak? Apa kau memimpikanku?

Mendadak Nayeon merinding hebat. Entah bagaimana bisa kini di kepalanya terlintas kalau Kai-lah yang meninggalkan pesan-pesan dalam post it itu. Tapi Nayeon tidak ingin memercayai semua pikiran bodohnya begitu saja, ia masih memperhitungkan logikanya sendiri. Seorang Kim Jongin yang terkesan dingin, cuek, dan ketus itu tidak mungkin pernah melakukan hal semacam ini. Ya, itu sudah pasti.

Perlahan satu tangan Nayeon terangkat, meraih kenop pintu toilet yang ada di hadapannya lalu memutarnya hingga kini pintu tersebut sedikit terbuka. Nayeon tidak tahu mengapa ia melakukan hal tersebut, ia hanya mengikuti feeling-nya sendiri yang mengatakan kalau ada sesuatu di dalam sana.

Nayeon melonggokan kepalanya ke dalam toilet. Hanya kepalanya saja sedangkan tubuhnya tetap dibiarkan di luar. Lalu ia menyebarkan pandangannya ke seluruh penjuru toilet sampai akhirnya kedua bola mata coklat gelap miliknya itu berhasil menangkap satu post it lagi yang tertempel di sebuah cermin pada sisi dinding toilet. Buru-buru Nayeon menghambur masuk dan mencabut post it berwarna biru muda itu dengan tangan kanannya.

Segeralah mandi dan bersihkan wajahmu!

tertanda, Kaibaibo.

Mendadak kedua mata Nayeon melebar dan jantungnya serasa jatuh terjun bebas ke tanah sesaat setelah ia membaca rentetan hangeul yang tertera di dalam post it itu.

“Kai.. Kai.. KAIBAIBO?” desis Nayeon sedikit tertahan. “Eotteohke.. Eotteohke.. EOTTEOHKEEEEEE?!” hal selanjutnya yang Nayeon lakukan adalah berteriak panik sambil membentur-benturkan kepalanya ke tembok.

Kaibaibo? Kenapa pria itu bisa mengetahui soal Kaibaibo? Dan bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Haish jinjja.. Kini kepala Nayeon serasa ingin meledak. Ada begitu banyak pertanyaan yang bersarang di sana namun ia sendiri tidak tahu apa jawabannya.

Jika selama ini Kai mengetahui soal nama panggilan random-nya itu, maka mau ditaruh di mana lagi wajah Nayeon sekarang? Haish!

“EOTTEOHKE.. EOTTEOHKE.. EOTTEOH–TUNGGU DULU!” pekik Nayeon sambil terkesiap. Walaupun seluruh kepalanya terasa ingin meledak, tetapi bukan berarti otaknya sama sekali mati tak berfungsi. Perlahan dibuka kembali post it yang sudah menjadi sebuah gumpalan kertas karena remasan tangannya itu dengan terburu-buru dan membaca ulang tulisan Kai yang tertera di sana dengan seksama.

“Segeralah mandi dan bersihkan wajahmu!” Kening Nayeon langsung berkerut bingung karena tidak mengerti dengan sebagian kalimat Kai dalam post it itu. “Wajahku? Memangnya wajahku kenap–AHHHHHHHHG!” kalimat yang terkesan seperti gumaman itu tiba-tiba saja berubah menjadi satu teriakan kencang yang mungkin saja bisa menggetarkan kaca-kaca jendela yang ada di sekitarnya. Sungguh, Nayeon tak bisa mengontrol volume suaranya lagi saat ia mengangkat wajahnya dan melihat bayangannya sendiri di dalam cermin.

Ia menggeram seraya meraba hidung dan juga pipinya sendiri yang kini penuh dengan goresan spidol hitam dan pink. Ia tentu tahu siapa pelaku tindakan –yang menurutnya– tidak manusiawi ini. Ya, siapa lagi kalau bukan pria menyebalkan yang semalam melemparkan batu kerikil ke jendela kamarnya. KIM. JONG. OUT.

“AHHHHG! JERKAI! KUBALAS KAU NANTI!!!”

***

08:08 AM. EXO-K’s dorm, Seoul..

Park Chanyeol berjalan keluar dari kamarnya. Langkah pelannya itu terlihat sempoyongan, kedua matanya juga belum benar-benar terbuka. Ia baru saja terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara-suara berisik dari ruang tengah. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, sang rapper EXO-K bersusah payah berjalan menuju ruang tengah untuk meliahat apa yang sebenarnya terjadi.

“Eung?” Chanyeol bergumam pelan ketika melihat sosok seorang pria berbalut hoodie biru tua tengah sibuk menyeret sebuah koper besar. Ia menyipit dan mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali untuk memperjelas pandangannya. “Jongin?” tanyanya pada diri sendiri. Terselip keraguan di antara kalimatnya itu.

“Kkmajong-ah!” Chanyeol baru ingin membuka mulutnya untuk meyapa pria berkulit cokelat itu ketika sebuah suara dari arah dapur sudah terlebih dahulu menyelanya. Sosok seorang Do Kyungsoo yang tengah mengenakan celemek biru tiba-tiba saja muncul di antara mereka. “Kau.. sudah datang?”

“O.” jawab Kai singkat tanpa melirik sekilas pun ke arah D.O dan Chanyeol –yang sedari tadi masih berdiri mematung di depan pintu kamarnya. “Kyungsoo-ah, bantu aku menyeret koper ini ke kamar. Ini sungguh.. berat.”

Tak perlu menunggu lama, Kyungsoo pun langsung mematuhi perintah roomate-nya itu dengan senang hati. Kini Chanyeol dapat melihat kedua pria itu tengah sibuk bergotong royong mendorong koper besar berwarna hitam milik Kai masuk ke dalam kamar mereka.

“Aigoo menyusahkan!” pekik Kai kesal setelah berhasil memasukan kopernya ke dalam kamar. Ia langsung merebahkan tubuhnya itu ke lantai kayu ruang tengah dorm, mencoba melepas lelahnya setelah berhasil membawa koper beratnya sendirian dari lobby bawah sampai masuk ke dalam dorm. Ini semua salah manager-nya, Lee Seunghwan yang meninggalkannya begitu saja setelah mengantarnya sampai lobby bawah.

“Oh Kkamjong-ah, kau benar-benar pindah?” tanya Chanyeol yang kemudian berhasil membuat Kai dan D.O menoleh ke arahnya. Kai mencoba untuk tidak peduli dengan pertanyaan sang rapper itu, sedangkan D.O tengah menatap Chanyeol setengah kesal.

“Sejak kapan kau berdiri di sana?”

“Sejak kau keluar dari dapur.”

“Haish! Kalau begitu kenapa tidak membantu kami mengangkat koper itu? Jinjja.” Gerutu D.O sambil kemudian berlari kembali menuju dapur. Ia melupakan satu hal, tadi ia sedang merebus spagetti dan sekarang ia tidak ingin spagetti-nya itu hancur karena terlalu lama direbus.

Chanyeol menatapi kepergian main vocal EXO-K itu dengan tatapan aneh. Ada apa dengan Do Kyungsoo? Kenapa pria itu terlihat sinis padanya? Chanyeol mengangkat bahu. Seolah tak peduli, ia kembali mengarahkan kedua matanya pada Kai yang masih tak beranjak dari posisinya –terlentang di lantai.

“Kkamjong-ah, kau benar-benar pindah sekarang?” tanyanya sekali lagi yang langsung diiringi dengan anggukan cepat dari kepala Kai. Ya, seharusnya pria yang memiliki tinggi 185 cm itu tidak perlu bertanya lagi, bukankah semuanya sudah terjawab dengan koper besar yang tadi Kai seret dan masukan ke dalam kamar?

“Hyeong, bajumu kemana?” tiba-tiba saja Chanyeol tersentak kaget begitu mendengar pertanyaan Kai. Ia melirik tubuhnya sendiri yang sedang dalam keadaan shirtless sambil kemudian tertawa kaku. “Byunbaek mematikan AC-nya, ia membuat kamar menjadi seperti ruang sauna dan hasilnya aku kegerahan!”

“YA! Terus saja salahkan aku!” tiba-tiba saja suara baru muncul di tengah percakapan Kai dan Chanyeol. Byun Baekhyun, si pria yang memiliki berat badan paling ringan diantara semua member EXO itu keluar dari dalam kamar sambil melemparkan t-shirt abu-abu milik Chanyeol yang tadi tergeletak di lantai kamar. Chanyeol menangkap t-shirt itu lalu mengenakannya dengan terburu-buru.

“Ini semua memang salahmu. Ya Baekhyun-ah! Jika kau terus mematikan AC-nya maka besok aku akan minta ganti roomate!”

“Haish! Kenapa berisik sekali! Kalian tidak tahu ini jam berapa? Ini masih jam 8 pagi!” Suho dan Sehun yang merasa terganggu dengan suara-suara berisik di ruang tengah pun ikut keluar dari kamarnya. Baik Baekhyun dan Chanyeol hanya menatap Suho beberapa detik saja karena setelah itu sepasang roomate tersebut sudah kembali beradu pendapat tentang AC kamar mereka lagi.

Sehun menatap Suho iba sambil terkekeh. Ya, memang tidak ada seorang pun yang akan mendengarkan EXO-K’s leader itu di dorm. Poor Grandpa..

“Haish jinjja!” Suho hanya bisa menahan dirinya baik-baik, lalu memutuskan untuk pergi ke toilet dan membasuh wajahnya. Ya, setidaknya itu lebih baik dari pada harus terus berdiri di sana dan tak diabaikan. Sedangkan Sehun malah mengikuti Kai –menghempaskan tubuhnya itu ke lantai.

Sehun terkekeh begitu melihat teman yang juga merupakan seonbae-nya di sekolah itu malah memejamkan matanya. Ia tahu, bagun pagi di saat weekend memang merupakan hal yang cukup sulit bagi seorang Kim Jongin sehingga mungkin saja kini pria itu bermaksud melanjutkan tidurnya lagi, sekalipun itu di lantai ruang tengah dorm mereka.

“Ya Kim Jongin, ireona.. ireona.. ireona! Jangan tidur di lantai! Dung.. dung.. dung.. dung.” seru Sehun seraya mendorong pinggang Kai dengan kakinya yang panjang. Kai segera melebarkan kelopak matanya, ia menatap Sehun dengan kesal karena magnae mereka itu telah mengusik waktu tidurnya.

“Haish! Biarkan aku tidur sebentar saja, aku mengantuk sekali!”

“Tidak bisa! Kau lupa jam 9 nanti kita harus ke gedung SM untuk latihan? Lebih baik kau bersiap-siap sekarang! Mandi, sarapan, dan GOOOOO!”

Namun Kai sama sekali tak menghiraukan Sehun. Pria itu malah menutupi sebagian wajahnya dengan lengan kanannya lalu melanjutkan tidur. Ayolah, ia butuh tidur sebentar saja. Semalam ia baru bisa tertidur jam 4 pagi dan terbagun 2 jam kemudian –setelah Seunghwan menggedor pintu rumahnya. Jadi sungguh, saat ini ia benar-benar mengantuk. Sangat mengantuk.

“Ya! Jangan buat kita semua terlambat hanya karenamu. Aku tidak mau kena hukuman lagi!” perintah Sehun sambil mengguncang-guncangkan tubuh Kai. Merasa terganggu dengan ulah Sehun, Kai segera menepis tangan magnae-nya itu lalu bangkit dari posisi tidurnya.

“YA! Oh Sehun! Kau tahu, kau itu berisik sekali!”

Sehun tertawa kecil ketika melihat ekspresi Kai yang benar-benar kacau. Wajahnya itu terlihat lemas, tubuhnya pun tak bertenaga, dan di sekitar matanya samar terlihat lingkaran hitam tipis. Benar-benar terlihat seperti orang yang kurang tidur. “Hey, semalam kau begadang ya?”

“O.” jawab Kai dengan mata terpejam. Sesekali ia terlihat menguap lebar.

“Wae? Semalam tidak ada Chelsea kan?”

“Memangnya kau pikir aku selalu begadang untuk menonton bola?”

“Lalu?” satu alis Sehun terangkat ke atas, sedikit penasaran dengan alasan temannya itu. Biasanya Kai hanya begadang saat ada pertandingan bola yang menarik atau saat sedang ada perayaan dan kumpul-kumpul bersama teman-temannya. Selain semua alasan itu, Sehun yakin, Kai tidak mungkin begadang. Ya, mengingat pria itu sangat suka tidur. Setiap waktu, setiap saat, di mana saja, dan kapan saja asal ada kesempatan.

“Semalam aku bersama Nayeon.”

“MWOYA?” bahkan bukan hanya Sehun saja yang terkejut ketika mendengar kalimat Kai barusan. Baekhyun dan Chanyeol yang sedari tadi masih bertengkar kecil masalah AC pun ikut terkejut. Kini keduanya terlihat menghambur ke arah Kai dan Sehun, ikut bergabung bersama mereka.

Semalam kau bersama Nayeon?” tanya Baekhyun penasaran. “Apa yang kalian lakukan sampai begadang segala?”

“Jangan-jangan…” Chanyeol segera menutup mulutnya, merasa terkejut dengan spekulasinya sendiri. “Ya Kim Jongin, kau tidak melakukan hal yang macam-macam kan? Nayeon itu terlihat masih sangat polos.”

Kai menatap Baekhyun dan Chanyeol aneh lalu tertawa meremehkan. Mwoyaaaa? Sebenarnya apa yang sedang dipikirkan oleh kedua EXO-K’s mood maker ini sih?

“Apa sih kalian?! Aku hanya berpamitan padanya.” Tutur Kai dengan suara pelan, terdengar sedikit bergetar. Baekhyun, Chanyeol, dan Sehun pun langsung memfokuskan pandangan mereka khusus kepada Kai, menunggu main dancer EXO-K itu melanjutkan kalimatnya. “Kami hanya mengobrol sebentar, lalu setelah itu aku tidak bisa tidur sampai jam 4 pagi.

“Mengobrol? Tumben sekali kalian akur? Atau jangan-jangan kalian sudah..” Kalimat Sehun langsung terhenti ketika kedua bola matanya itu menangkap tatapan mata tajam milik Kai.

“Pacaran?!” teriak Baekhyun yang sengaja melanjutkan kalimat Sehun. Kai menatap Baekhyun sejenak lalu menggeleng cepat, membuat Baekhyun menghela nafas kesal. “Ya! Jadi sampai sekarang kau belum menyatakan perasaanmu padanya, huh?”

“Perasaan? Perasaan mwoya?”

Baekhyun bedecak dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Kim Jongin ini memang tidak pernah berubah sejak dulu. Ia tidak pernah mau mengakui kalau ia menyukai gadis itu sekalipun seluruh member EXO baik K dan M sudah mengetahui semuanya. Semua gerak-geriknya, tatapan matanya, sikapnya, tingkah lakunya menunjukan kalau ia menyukai Kim Nayeon, dan sungguh itu sudah terbaca jelas. Bahkan Baekhyun yakin, orang buta sekalipun dapat mengetahui perasaan Kai ini.

“Jangan mencoba menyembunyikannya lagi, Jongin-ah! Sampai kapan kau ingin terus mengelaknya? Kami semua tahu kalau kau menyukai Nayeon, iya kan?” Chanyeol menyudutkan Kai, membuat pria itu perlu waktu lama untuk membalas kalimat Chanyeol yang terdengar seperti seorang detektif yang sedang mengintrogasi pelaku pembunuhan.

Kai melemparkan pandangannya ke arah Do Kyungsoo yang masih sibuk di dapur. Ia yakin sekali roomate-nya itu yang memberitahu ini semua. Jika tahu akan terpojok seperti ini, seharusnya Kai tidak perlu bercerita banyak tentang perasaannya untuk Nayeon pada D.O.

“Kyungsoo yang memberitahu kalian?”

“Kyungsoo?” Chanyeol ikut mengalihkan pandangannya ke arah dapur. “Orang itu malah tidak cerita apa pun.”

“Lalu dari mana kalian tahu kalau aku menyukai Nayeon?”

Baekhyun, Chanyeol, dan Sehun saling berpandangan. Lalu detik berikutnya Chanyeol sudah menepuk kencang kepala Kai dengan telapak tangannya.

“Haish Hyeong! Kenapa memukul kepalaku?!”

“Pabo!” cerca Chanyeol kemudian. “Bagaimana mungkin kami semua tidak tahu? Semuanya terlihat jelas dari matamu, bahasa tubuhmu, gerak-gerikmu, caramu tersenyum padanya, caramu marah padanya, caramu cemburu padanya, caramu menyimpan fotonya di dom–”

“KAU BAHKAN TAHU SOAL ITU?” Kai memotong kalimat Chanyeol dengan nada suara yang terdengar terkejut. Chanyeol langsung mengangguk, membuat Kai menjambak rambutnya sendiri, menyesali kebodohannya. Sebegitu kentaranyakah perasaannya untuk gadis itu?

“Hanya orang bodoh yang tidak tahu soal itu!” imbuh Sehun yang kemudian membuat Kai terdiam beberapa detik.

“Berarti Nayeon bodoh!”

Ya, Kim Nayeon memang bodoh! Sebegitu tidak pekanyakah gadis itu sampai-sampai hanya dia satu-satunya orang yang tidak menyadari perasaan Kai? Sebegitu tidak pedulinyakah ia pada Kai sampai-sampai ia tidak merasakan perubahan sikap Kai belakangan ini? Atau.. mata dan hatinya memang sudah benar-benar tertutup oleh Taejun sehingga ia sama sekali tak bisa melihat sosok seorang Kim Jongin yang sudah menyukainya bahkan sejak ia masih duduk di bangku taman kanak-kanak?

“Bukan Nayeon yang bodoh, tapi kau!” suara Baekhyun itu menyadarkan Kai dari lamunannya. Kerutan tipis terlihat jelas di kening Kai, membuat Baekhyun segera melanjutkan kalimatanya karena tak ingin membuat pria itu semakin bingung. “Apa selama ini kau pernah mengatakan padanya kalau kau menyukainya?”

Kai mengerjap beberapa kali, entah mengapa mulutnya terasa kelu untuk sekadar mengucapkan kata ‘tidak’. Ya, Baekhyun benar, bukan Nayeon yang bodoh, tetapi dirinyalah yang bodoh karena selama ini tidak bisa jujur pada perasaanya sendiri.

Dengan berat Kai menghela nafas, lalu menatap ketiga member EXO-K di hadapannya itu secara bergantian. “Ne, Aku bodoh. Lalu apa yang seharusnya kulakukan sekarang?”

“Tentu saja membuat Nayeon tahu perasaanmu.”

Alis Kai bertautan, “caranya?”

“Katakan padanya kalau kau menyukainya.”

Kai tertegun beberapa detik, menatap Baekhyun, Chanyeol, dan Sehun tidak percaya. Yang benar saja, ia harus mengatakan tentang perasaanya pada Nayeon? Haish gadis itu pasti akan tertawa terbahak-bahak karena hal ini. Bagaimana mungkin orang yang selama ini menjadi musuh abadinya tiba-tiba saja menyatakan perasaan padanya secara tiba-tiba? Tidakkah ini terdengar.. konyol?

“Aku rasa aku tidak akan bisa melakukannya.”

Chanyeol tersenyum gemas, terlihat sangat dibuat-buat. Rasanya ingin sekali ia menendang pria di hadapannya ini sekarang juga. Hanya menyatakan perasaan saja tidak bisa? Sebenarnya sebesar apa nyali seorang Kim Jongin ini, huh?

“Jangan bilang tidak bisa kalau kau belum pernah mencobanya. Kau pasti bisa, percaya padaku!”

Kai menggeleng, merasa ragu pada dirinya sendiri. “Aku tidak bisa,”

“Kalau kau tidak bisa,” kini Baekhyun mencoba menyakinkan. Ia menepuk-nepuk pundak Kai perlahan seolah memberi semangat pada pria itu. “Aku, Chanyeol-ie, dan Sehuna akan mengajarimu. Tenang saja.”

***

“Kim Nayeon, aku menyukaimu. Jangan tanya kenapa karena sampai saat ini aku juga tidak tahu kenapa aku bisa menyukai gadis menyebalkan, galak, sinis, sok pintar, bodoh, ceroboh, tidak cantik, cengeng, manja, dan berisik sepertimu. Yang jelas aku menyukaimu dan…” Kai menggigit bibir bagian bawahnya seraya ia menggantungkan kalimatnya. Matanya terus tertuju ke arah depan, menatap ketiga orang di hadapannya ini secara bergantian. “Dan aku.. aku.. AHHHHG MOLLA!” teriak Kai frustasi lalu mengacak-acak rambutnya.

Baik Baekhyun, Chanyeol, maupun Sehun hanya bisa diam sambil tertegun menatap Kai. Sehun bahkan secara tidak sadar membuka lebar mulutnya karena takjub dengan kalimat yang baru saja Kai katakan. Yang benar saja, Kai akan menyatakan perasaannya pada Nayeon dengan kalimat itu? Sehun yakin, tanpa berpikir sekalipun Nayeon pasti akan menolaknya mentah-mentah.

“Ya Kkamjong-ah, kau mau tau tidak apa jawabanku seandainya aku adalah Nayeon?” tanya Sehun kemudian. Kai menatap Sehun beberapa detik lalu menggeleng yakin.

“Tidak, aku tidak mau tahu. Kau kan bukan Nayeon.”

“HAISH!” tanpa aba-aba Sehun langsung meghambur ke arah Kai dan mencekik leher pria itu kuat-kuat. “Ya! Mana ada orang menyatakan perasaan dengan ekspresi sedatar itu dan dengan kalimat semenyebalkan itu? Kalau seperti itu caranya mana mungkin Nayeon menerimamu, pabo!”

“Aaa.. apayo!” Kai segera mendorong tubuh Sehun dan menyingkirkan tangan pria kurus itu sejauh mungkin agar tak dapat menjangkau lehernya kembali. “Bukankah sudah kubilang, aku tidak bisa. Kenapa kalian masih memaksaku?”

Baekhyun menggelengkan kepalanya sambil tak berhenti berdecak kesal. “Kurasa kau harus banyak latihan berekspresi. “

“Maksudmu?”

“Kau itu terlalu emotionless. Waktu senang cuma mengangkat sudut bibir, waktu menyatakan perasaan memasang wajah datar, waktu patah hati lebih banyak diam. Benar-benar tidak seru!”

“Lalu aku harus apa? Berlari, berteriak, mengumumkan pada semua orang kalau aku sedang senang, sedih, jatuh cinta, patah hati, begitu?”

“Haish! Tidak begitu juga!” kali ini Chanyeol yang mengambil alih pembicaraan. Ia merapatkan jarak duduknya dengan Kai beberapa centi lagi lalu menepuk-nepukan satu tangannya ke pipi pria itu. “Setidaknya gunakan wajahmu yang tampan ini untuk mengekspresikan sesuatu, Kkamjong-ah.”

Kai tidak bersuara, merenungi kata-kata Chanyeol barusan. Tetapi belum ada satu menit berlalu, pria itu sudah menggeleng lagi, membuyarkan pikirannya sendiri. “AHHH! Aku tidak bisa, sejak lahir ekspresi wajahku memang sudah di setting seperti ini.”

“Haish!” jika sudah seperti itu Chanyeol hanya bisa memandang Kai sengit dan menahan baik-baik emosinya. Sementara itu Byun Baekhyun yang duduk tepat di sebelah Chanyeol berusaha mencari cara lain.

“Yasudah jika kau tidak bisa menggunakan ekspresimu dengan baik, kita gunakan kelebihanmu yang lain.”

Secara serempak Kai, Sehun, dan Chanyeol mengerutkan alis mereka masing-masing, menatap Baekhyun bingung.

“Maksudmu?”

Baekhyun tersenyum mencurigakan lalu menarik tangan Kai dan menyuruh pria itu untuk memutar, duduk membelakanginya. “Aku rasa punggungmu ini dapat kita gunakan sebagai senjata untuk memikat Nayeon!”

“NEEEE?!?!”

“Ya Baekhyun-ah! Apa hubungannya Nayeon dengan punggung?” tanya Chanyeol yang sama sekali tak mengerti dengan ide roomate-nya itu. Tapi seolah tak ingin menjelaskan terlebih dahulu apa maksud dari idenya itu pada Chanyeol, Baekhyun kembali melanjutkan kalimatnya.

“Bukannya wanita itu suka dengan punggung yang bagus ya?”

Kai mengeryit heran memandang Baekhyun. Dari mana ia bisa menyimpulkan hal aneh begitu sih?

“Ya sudah pokoknya kita gunakan punggungmu!” ujar Baekhyun sambil menepuk-nepukan tangannya ke punggung Kai sedikit lebih kencang sehingga membuat Kai sempat terbatuk-batuk. “Jadi begini..” lanjutnya sedikit tertahan, menyipit menatap Kai, Chanyeol, dan Sehun serius. “Kau panggil Nayeon ke ruangan kosong lalu–”

“Ya Hyeong! Kenapa harus ruang kosong?”

“Haish! Jangan menyela kalimatku, Sehuna!” omel Baekhyun tak suka. Kini ia memfokuskan tatapan matanya hanya pada Kai. “Lalu setelah itu, kau berdiri di sudut ruangan sambil membelakangi pintu dan tunjukan punggungmu yang menawan ini kepadany–”

“Tunggu dulu Hyeong! Kau tidak menyuruh Jongin melakukan hal yang macam-macam kan?” Sehun kembali menyela kalimat Baekhyun, membuat pria itu menggeram kesal. Tadinya Baekhyun ingin menjitak kepala magnae mereka itu dan menyuruhnya diam, tetapi Baekhyun mengurunkan niatnya ketika kedua matanya bertatapan lagi dengan kedua mata Kai yang terlihat penasaran dengan kelanjutan rencananya.

“Saat Nayeon masuk ke dalam ruangan, kau putar kepalamu secara perlahan, sangat pelan dan tinggalkan kesan misterius..”

“HYEONG KAU MAU APHMMFT–” belum sempat Sehun meneyelesaikan teriakannya, Baekhyun sudah terlebih dahulu meyekap mulut Sehun, memutar tubuhnya lalu mendorongnya dengan kaki hingga kini Sehun meluncur bebas, masuk ke kolong meja makan.

Chanyeol yang melihat Sehun meluncur dengan bebas dikarenakan lantai kayu dorm mereka yang licin itu pun langsung tertawa terbahak-bahak sambil menyipitkan satu matanya dan menepuk-nepukan tangan ke pahanya sendiri. Namun tawanya itu kembali berhenti saat ia mendengar suara Baekhyun lagi.

“Lalu saat Nayeon melihatmu, tataplah matanya dengan tajam, buat dia tidak bisa menolak pesonamu lagi. Dan saat ia sedang terpaku karena tatapanmu, berjalan mendekatlah ke arahnya, kemudian berhenti setengah meter di hadapannya.”

Dengan serius Kai memerahtikan Baekhyun dan juga menyimak baik-baik kalimatnya. Sekarang Baekhyun sedang menghadap ke arah Chanyeol dan menatap rapper EXO-K itu lekat-lekat. Chanyeol yang merasa ada yang tidak beres dengan teman satu kamarnya ini berusaha untuk kabur secepatnya menghampiri D.O yang masih berkutat di dapur, namun ternyata tangan Baekhyun sudah terlebih dahulu menangkap pergelangan tangan Chanyeol, sama sekali tak mengizinkan pria itu pergi begitu saja.

“Bungkukan badanmu dan condongkan wajahmu ke wajahnya. Biarkan jarak di antara kalian hanya tersisa 10 centimeter.” Ucap Baekhyun sambil mempraktekan perkataannya itu pada Chanyeol. Ia mencondongkan wajahnya mendekat ke wajah Chanyeol, membuat seolah-olah Chanyeol adalah Nayeon dan dirinya sendiri adalah Kai.

Chanyeol yang menerima perlakuan tidak wajar dari Baekhyun itu pun hanya bisa pasrah sambil menahan tawanya agar tidak meledak. Ya, sekarang jarak antara wajahnya dan wajah Baekhyun sangat dekat. Bahkan dari jarak sedekat ini, Chanyeol bisa melihat kumis tipis Baekhyun yang sudah mulai tumbuh kembali.

“Dan hal selanjutnya yang kau lakukan adalah tersenyum padanya. Tidak perlu tersenyum lebar, cukup angkat sudut bibirmu itu ke atas dan keluarkan smirk andalanmu. Setelah itu barulah nyatakan perasaanmu padanya…”

Kini Baekhyun mengambil jeda seraya merengkuh kedua pipi Chanyeol dengan kedua tangannya. “Kim Nayeon, aku menyukaimu. Jadilah kekasihku, sekarang dan selamanya…”

Kai mengeryit lagi. Ia baru ingin protes pada Baekhyun karena hal yang baru saja dicontohkan olehnya itu terlihat begitu menjijikan ketika tiba-tiba saja Chanyeol malah ikut merengkuh pipi Baekhyun dengan kedua tangan besarnya dan memasang tampang tak kalah menjijikannya dengan Baekhyun.

“Jongin oppa,”

“Nayeon,”

“Oppa,”

“Nayeon,”

“Kyaaaa~”

Hal selanjutnya yang Kai lihat adalah kini duo happy virus itu sudah berpelukan erat sambil berteriak-teriak tidak jelas. Kai lantas bergidik ngeri dan segera bangkit dari posisi duduknya, berlari menghampiri Suho dan Sehun yang kini juga sedang terkekeh di meja makan.

“Kkk~ seharusnya kau minta bantuan pada EXO-M saja, setidaknya mereka sedikit lebih waras.” Ucap D.O yang baru saja meletakan sepiring besar spagetti buatnya di atas meja makan dan bergabung bersama yang lainnya.

Kai mengangguk setuju. Ya, seharusnya ia tidak perlu menyutuji rencana Baekhyun untuk membantunya menyatakan perasaan pada Nayeon. Seharusnya sedari awal Kai sudah tahu kalau akan selalu seperti ini akhirnya.

Kini Kai kembali mengarahkan pandangannya ke arah Baekhyun dan Chanyeol yang masih berteriak-teriak tidak jelas dengan posisi yang juga tak berubah. Berpelukan.

“Jongin oppa Nayeon cinta oppa selamanya.”

“Oppa juga.”

Saranghae,”

“Nado saranghaeyo.”

“Kyaaaa~”

***

One weeklater. Seoul Performing Arts High School, Break time..

“Akhir-akhir ini dia jarang kelihatan. Kira-kira…” Nayeon menimang-nimang botol air mineral di tangannya dan menatap benda berbetuk tabung itu dengan tatapan kosong. “Kira-kira dia ke mana ya?”

Yeri yang duduk tepat di sebelah Nayeon langsung menoleh ke arahnya. Walaupun Nayeon bertanya atau lebih tepatnya bergumam dengan suara kecil, Yeri tetap bisa mendengar dengan jelas suara sahabatnya itu.

Kedua alis Yeri bertautan tipis. Dia? Dia siapa? “Taejun?” tebak Yeri kemudian.

Nayeon menggeleng lemah lalu mengalihkan pandangannya ke arah lapangan bola di hadapannya. Saat ini Nayeon dan Yeri memang sedang duduk di bawah pohon rindang yang ada di pinggir lapangan, sedikit melepas rasa lelah mereka setelah pelajaran olah raga yang baru saja berakhir beberapa menit yang lalu.

Mata Nayeon terus menelusur, mencari sosok ‘dia’ di antara teman-teman sekolahnya yang sedang bermain sepak bola di lapangan. Biasanya –ya walau tidak sering– ‘dia’ suka bergabung bersama mereka, bermain sepak bola atau basket di sela-sela jam istiharat. Tetapi untuk seminggu terakhir ini Nayeon bahkan tak pernah melihat sosoknya lagi, di sekolah atau di rumah sekali pun.

“Jika bukan Taejun, lalu siapa?”

Nayeon menggelembungkan pipinya lalu menatap Yeri takut-takut. “Kaibaibo.” Ucapnya dengan suara pelan, sangat pelan.

Yeri mengerjap beberapa kali, merasa ada yang salah dengan pendengarannya sendiri. Sahabatnya itu baru saja menanyai tentang Kaibaibo? Pria yang selalu ia anggap sebagai musuh terbesarnya itu? Yeri tidak salah dengar kan?

“Kai? Kenapa kau tiba-tiba bertanya tentangnya?” Yeri menyipit, menatap Nayeon penuh selidik. “Ahh.. kau merindukannya ya?”

“MWOYA?” bantah Nayeon cepat-cepat. “Aku hanya penasaran. Kemana dia seminggu terakhir ini, kenapa tidak kelihatan?”

“Haish! Bukannya kalian bertetangga? Memangnya kau tidak bertemu dengannya di rumah?”

“Dia sudah pindah.”

Yeri membulatkan mulutnya lalu mengangguk-anggukan kepalanya. “Pindah ke dorm kan?”

“O. Kenapa kau bisa tahu?”

“Gosip menyebar cepat, Yeon-ah!” kekeh Yeri sambil kemudian menyambar botol air mineral di tangan Nayeon dan meneguk hampir setengah air di dalamnya. “Dan nampaknya hanya kau satu-satunya orang yang ketinggalan gosip itu.”

Kening Nayeon berkerut. Bingung. “Gosip? Gosip apa?”

“Gosip Kai yang sudah menetap di dorm dan gosip tentang Kai dan Sehun yang tidak masuk sekolah selama satu minggu ini. Mereka sibuk shooting teaser dan music video bersama EXO.”

“Oh jinjjayo?” tanya Nayeon yang langsung diiringi dengan anggukan kepala Yeri. Ya, seharusnya Nayeon tahu kalau tanggal debut EXO semakin dekat. Pria itu dan member lainnya pasti sangat sibuk belakangan ini. Mempersiapkan segalanya, berlatih sekeras mungkin, dan juga mengorbankan sekolahnya demi persiapan debut mereka. Selama seminggu terakhir ini pria itu pasti tidak memiliki waktu istirahat yang cukup, jam makannya juga pasti tidak teratur. Dan entah kenapa sekarang Nayeon jadi mencemaskan kesehatannya.

“Ri-ya,”

“Hmm?”

“Menurutmu.. apa dia baik-baik saja?”

Yeri menatap Nayeon aneh, detik berikutnya gadis itu sudah tertawa terbahak-bahak karena kalimat Nayeon barusan. “Mwoya ige? Apa sebentar lagi dunia akan kiamat? Kenapa kau jadi mengkhawatirkan Kim Jongin-ssi?”

“Aku tidak mengkhawatirkannya.”

“Oh ya?” Yeri menunjuk wajah Nayeon yang terlihat tidak bersemangat. “Lalu kenapa ekspresi wajahmu begitu, huh? Aigoo~ jadi sekarang Nayeon sudah mulai perhatian pada Jongin!”

“Mwoyaaa?!” ucap Nayeon sambil mendorong tubuh sahabatnya itu cukup kencang, membuat Yeri sempat kehilangan keseimbangan dan nyaris tersungkur ke tanah. Merasa salah tingkah karena Yeri terus tersenyum aneh ke arahnya, Nayeon pun segera melangkahkan kakinya leber-lebar, meninggalkan Yeri dan pergi menuju ruang ganti. Ia perlu mengganti seragam olah raganya sebelum jam istirahat berakhir.

“Ya! Kenapa kau jadi salah tingkah begitu?!” tanya Yeri sesaat setelah ia berhasil menyamai langkah kaki Nayeon. Terlihat gadis yang baru saja memotong rambutnya menjadi bob seminggu yang lalu itu mengekor di belakang Nayeon. “Hey, seharusnya kan kau mengkhawatirkan Taejun, kenapa sekarang malah mengkhawatirkan Kaibaibo? Atau jangan-jangan kau sudah beralih menyukai Kai ya?”

Spontan Nayeon menghentikan langkahnya. Ia berbalik menghadap ke arah Yeri dan berniat memakaki-maki sahabatnya itu habis-habisan karena sedari tadi tak berhenti mengejeknya. Namun ketika Nayeon hendak membuka mulutnya, kedua manik mata tajamnya itu tiba-tiba saja menangkap sosok seorang Jung Taejun yang sedang berjalan santai menuju ke arah Nayeon dan Yeri.

Untuk beberapa detik Nayeon sempat tertegun, namun di detik berikutnya ia mendadak panik. Setelah kejadian penolakan waktu itu, Nayeon tak pernah berani bertemu dengan pria itu lagi. Mungkin dulu Nayeon sempat berpikir untuk tidak akan pernah menyerah mengejer Taejun sekalipun pria itu sudah menolaknya mentah-mentah, namun akhir-akhir ini Nayeon banyak merenung dan berubah pikiran. Pria itu terlalu jauh dan Nayeon rasa sekeras apa pun ia mencoba, ia tidak mungkin bisa menggapainya. Apalagi Taejun sendiri sudah terang-terangan mengatakan kalau Nayeon bukanlah tipenya. Jadi sekarang Nayeon rasa ia tidak mempunyai alasan apa-apa untuk terus bertahan dan menyukainya kan?

“Yeri-ah, aku baru ingat aku dipanggil ke ruang guru sekarang! Kalau begitu aku duluan ya, annyeong!” ucap Nayeon sambil menepuk-nepukan tangannya ke pundak Yeri. Sejurus kemudian gadis berkuncir kuda itu langsung melesat pergi secepat yang ia bisa, meninggalkan Yeri sendirian yang nampaknya masih belum sepenuhnya sadar dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

Ya, tentu saja Nayeon tak benar-benar di panggil ke ruang guru. Ia sengaja meninggalkan Yeri terlebih dahulu karena tak ingin berpapasan dengan Taejun. Entahlah, ia hanya tidak ingin pria itu kembali melihatnya dan membuat pertahanan hati yang sudah ia bangun kuat-kuat itu runtuh hanya karena tatapan teduh pria itu.

“Hoah hampir saja,” gumam Nayeon seraga mengelus-elus dadanya lega. Saat ini ia telah berhasil menghindari Taejun dan bersembunyi di kantin. Ya, kantin. Hanya itulah satu-satunya tempat yang Nayeon rasa aman saat ini, mengingat Taejun tidak mungkin pergi ke tempat yang paling ramai dikunjungi saat jam istirahat tiba. Pria itu pasti lebih memilih untuk diam di ruangannya atau di ruang rest room.

Nayeon melongokan kepalanya sekali lagi keluar pintu kantin. Setelah memastikan kalau ia sudah benar-benar aman, ia langsung melangkah menuju stan makanan, berniat memesan beberapa snack kecil untuk cemilan di kelas nanti. Namun langkah kakinya kembali tehenti begitu kedua matanya menangkap sosok pria lain.

Untuk kali ini mata Nayeon menangkap sosok seorang pria yang tegah berdiri membelakanginya dan sibuk berkutat dengan mesin minuman kaleng.

Sosok seorang pria yang sudah hampir seminggu terakhir ini menghilang begitu saja.

Kim Jongin.

“Kim Jongin, chajatta!” (I found you)

Nayeon tersenyum licik memandangi punggung Kai dari belakang, tiba-tiba saja sebuah ide cemerlang muncul di kepalanya. Setelah meninggalkan Nayeon dengan coretan-coretan spidol di wajah lalu menghilang selama satu minggu, nampaknya sekarang adalah saat yang tepat bagi Nayeon untuk melakukan pembalasan atas semua perbuatan menyebalkannya itu.

Dengan mantap Nayeon berjongkok. Mengencangkan tali sepatu Converse putih miliknya itu lalu kembali menatap Kai yang masih berdiri di posisinya semula. Singkat Nayeon mengangguk yakin sebelum akhirnya bersiap mengambil ancang-ancang untuk lari.

“YA KIM JONGIN!!!” teriak Nayeon seraya berlari menghambur ke arah Kai. Pria itu sempat menoleh karena merasa terpanggil. Namun belum sempat melihat jelas siapa yang memanggilnya, tiba-tiba saja sebuah benda berwarna putih muncul di hadapannya dan menghantam keras pipi sebelah kanannya.

Kai terhuyung beberapa saat, mencari keseimbangannya sendiri. Mendadak ia merasakan kepalanya berputar hebat hingga hal terakhir yang ia sadari kini adalah ia sudah terjatuh tepat di dalam tangkapan seseorang.

***

“AHHHH.. AAAAA.. APAYO!” teriak Kai sambil meringis kesakitan. Di hadapannya kini Kim Nayeon sedang serius menempelkan plester luka bergambar chibi BEAST’s Junhyung ke pipi kanan Kai yang berdarah akibat tendangan mautnya yang meleset itu. Tadinya Nayeon berniat menendang pelan punggung Kai dari belakang, namun pria itu sudah terlebih dahulu menoleh hingga kaki Nayeon malah mendarat mulus di pipinya dan meninggalkan jejak goresan luka tipis di sana.

“Sakit ya?” tanya Nayeon yang masih berkonsentrasi menempelkan plester luka di pipi Kai dengan sangat hati-hati, takut kalau tiap gerakan tangannya malah membuat pria itu lebih kesakitan.

Kai tidak menjawab, ia hanya mengelus-elus pipi kanannya yang masih terasa perih setelah Nayeon berhasil menempelkan plester itu dengan sempurna. Berulang kali Nayeon juga ikut meringis begitu melihat Kai meringis perih meraba lukanya sendiri.

“Mianhaeyo, gara-gara aku kau jadi seperti ini…” ucap Nayeon penuh dengan rasa penyesalan. Nayeon menggaruk pipinya serba salah, ia tahu semua ini di luar dugaannya. Ia sama sekali tidak menyangka kalau pikiran pendeknya itu malah menghasilkan korban. Seharusnya sejak awal Nayeon tak perlu memiliki pikiran untuk menendang punggung Kai segala.

“Sudahlah jangan merasa bersalah seperti itu, aku tahu kau tidak benar-benar ingin membuatku terluka.” Kai mengelus pipinya sekali lagi sebelum akhirnya beralih menatap Nayeon dan tersenyum singkat. Ia tidak tega melihat ekspresi wajah Nayeon yang seperti ingin menangis itu. Sungguh, ia paling tidak bisa jika melihat seorang wanita menangis di hadapannya. Ia sangat lemah dengan airmata seorang wanita, apalagi jika wanita itu adalah orang yang ia sayangi seperti ibunya, kedua noona-nya, dan… Kim Nayeon.

“Gwaenchanha. Bukankah sudah kubilang kalau aku baik-baik saja. Lagi pula aku tidak akan mati hanya karena kau menendang pipiku dengan kakimu, Nayeon-ah!” tutur Kai sambil tersenyum. Ya, lukanya juga tidak seberapa, hanya goresan luka tipis yang jika diobati dengan baik akan segera sembuh dan menghilang.

Nayeon tak bergeming. Ia masih menatap wajah Kai penuh penyesalan. Walaupun pria itu tidak menyalahkannya atas kejadian ini dan mengatakan kalau ia baik-baik saja, tetapi tetap saja Nayeon merasa bersalah.

“Tapi aku–”

“Nan gwaenchanha. Jangan khawatir.” Potong Kai seraya mengangkat tangannya, menyentuh pucuk kepala Nayeon dan mengelusnya lembut. Mendadak Nayeon merasa aliran darahnya mengalir deras dan dadanya berdebar kencang. Ia tertegun, mencoba mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi pada dirinya sekarang. Kenapa ia bisa segugup ini ketika Kai mengelus kepalanya?

Secepat mungkin Nayeon menggeleng, berusaha mengembalikan kesadarannya sendiri. Ini aneh. Ia yakin, pasti ada yang salah dengan dirinya saat ini.

“Kai-ssi,” panggil Nayeon hati-hati. Ia tidak ingin Kai menyadari kalau saat ini ia sedang gugup karena.. entahlah karena hal apa. “Aku.. walaupun kau bilang tidak apa-apa, tetapi aku tetap ingin menebus kesalahanku.”

Kening Kai berkerut tipis. Walaupun sebagian jidatnya tertutup oleh poni hitamnya yang sudah nyaris menyentuh mata, tetapi Nayeon masih bisa melihat kerutan tipis kening Kai dari baliknya.

“Menebus kesalahan?”

“Ne,” Nayeon mengangguk mantap. “Menendang seseorang yang akan debut dan memiliki fans yang banyak merupakan tindakan kriminal dan aku tidak ingin terus-terusan hidup dengan bayang-banyang kesalahan.”

Kai terdiam beberapa saat, ia menatap Nayeon heran lalu tertawa kecil. “Mwoya?” ucapnya yang kemudian mengacak-acak poni Nayeon gemas. Sejak kapan Kim Nayeon jadi berubah aneh seperti ini? Ayolah ini hanya masalah kecil, bukankah Kai sudah mengatakan kalau ia tidak apa-apa?

Sementara itu, tepat di hadapan Kai kini, Nayeon tengah mengatur baik-baik nafasnya yang terasa sesak. Dadanya kembali berdebar kencang, bahkan semakin kencang saat Kai mengacak-acak poninya tanpa aba-aba.

Nayeon mengerjap beberapa kali. Menyadari tangan Kai masih menggantung di kepalanya, Nayeon pun buru-buru menepisnya. “Ige mwoya? Haish poniku berantakan!” omelnya sembari merapihkan poninya.

Selama beberapa detik Nayeon menenagkan dirinya sendiri. Setelah merasa debaran jantungnya sudah mulai berdebar secara normal, Nayeon kembali mengarahkan kedua bola matanya pada Kai. “Aku serius, Kai-ssi. Aku ingin menebus kesalahanku.”

Kai memiringkan kepalanya, lalu mengangkat bahu. “Baiklah, terserahmu. Jadi, bagaimana caranya kau menebus kesalahanmu?”

“Hmm,” Nayeon berpikir sejenak. “Hmm.. bagaimana dengan.. aku akan mengabulkan satu permintaanmu? Ya, apa saja. Sebutkan apa keinginanmu maka aku akan mengabulkannya.”

Kai tersenyum tipis, senyum khas miliknya yang entah sejak kapan berhasil membuat Nayeon menahan nafas beberapa detik. Kenapa manis sekali…

“Satu keinginan ya?” Kai mengangguk-anggukan kepalanya, menyetujui ide Nayeon. “Baiklah, aku setuju. Aku akan menyebutkan keinginanku nanti.”

“Kenapa nanti?” protes Nayeon tak setuju.

“Hmm.. karena sekarang aku belum punya keinginan apa-apa,”

“Haish! Sekarang atau tidak sama sekali! Kau tahu kan ingatanku ini tidak bagus, bagaimana jika aku lupa, huh? Kau mau membiarkanku mati menanggung dosa?”

“Memangnya kau mau mati sekarang jug, huh?” tanya Kai sambil terkekeh pelan. “Supaya kau tidak lupa, maka harus kita catat.” Tangan Kai kini beralih mengambil sebuah pulpen berwarna biru dari balik seragam –blazzer kuningnya lalu menunjukan pulpen itu pada Nayeon.

“Catat pakai apa?”

Mata Kai menelusur. Kedua bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri, mencari sebuah benda yang mungkin bisa ditulisi. Dan kedua manik matanya itu berhenti tepat di salah satu tangan Nayoen yang sedang memegang selembar plester luka bergambar chibi BEAST’s Junhyung.

“Ige mwoya?” Kai merebut plester luka di tangan Nayeon dan menatap benda berbentuk persegi panjang itu baik-baik.

“Plester luka yang tersisa,”

Kai menahan nafas melihat chibi Junhyung saat era soom yang menjadi gambar utama plester tersebut lalu meringis pelan. Jangan bilang Nayeon menempelkan benda bergambar ini di.. pipinya?

“Ya! Kau menempel plester ini di pipiku?”

Tanpa merasa bersalah Nayeon mengangguk mantap, membuat Kai harus memegangi dadanya lantaran shock. Melihat perubahan air wajah Kai, Nayeon langsung mengerutkan keningnya bingung.

“Hmm, kau tidak suka ya?” tanya Nayeon pelan-pelan. Tanpa berpikir sama sekali Kai langsung mengagguk. Ya, mana ada pria memakai plester luka bergambar chibi idol namja? Tidakkah hal itu terlalu konyol dan membuatnya terlihat seperti.. fanboy?

“Haish! Harusnya kau bilang kalau tidak suka yang gambar Junhyung, jadi tadi kan aku bisa beli yang gambarnya Gikwang atau mungkin Yeseob, atau.. atau.. Dongwoon, Dujun, Hyunseu–”

“Ya!!!” teriak Kai kencang. Nayeon langsung memejamkan matanya karena merasa terkejut dengan teriakan Kai yang tiba-tiba.

“Wae.. wae?”

“Kenapa kau malah membeli plester chibi BEAST? Memangnya tidak ada yang polos, huh?”

“Hehe,” Nayeon tersenyum kaku. Sebenarnya tadi Nayeon juga ingin membeli plester yang polos, tetapi saat ahjumma kantin menawari yang bergambar chibi Junhyung, Nayeon langsung berubah pikiran dan membelinya tanpa peduli dengan harganya yang sedikit lebih mahal.

“Haish! Kim Nayeon neo jinjja..” geram Kai sedikit emosi. Ia berjanji akan mengganti plester konyol ini secepatnya.

“Sudah-sudah, bukannya tadi kau bilang mau mencatat?” ingat Nayeon cepat-cepat, mengalihkan pikiran Kai. Pria itu berdecak kesal sebentar lalu membalik plester luka di tangannya dan menuliskan sesuatu di sisi kertas penutup dari plester tersebut. Setelah selesai, Kai menunjukan plester lukanya yang sudah ditulisi itu kepada Nayeon.

                Do anything I ask

Alis Nayeon bertautan samar. Gadis itu menghela nafas perlahan dan mengangguk. “Baiklah, asal jangan minta yang aneh-aneh saja, oke? Pikirkan matang-matang keinginanmu dan simpan plester jjun itu baik-baik karena jarang-jarang kan aku bersedia mengabulkan permintaan seseorang.”

“Plester jjun?” Kai menatap chibi Junhyung dalam plester itu kemudian terkekeh. “Arraseo, akan kusimpan plaster jjun-mu ini baik-baik dan akan kuberikan lagi padamu saat aku sudah punya permintaan yang harus kau kabulkan.”

“Ne, tapi tidak boleh lewat dari setahun karena jika sudah setahun permintaanmu batal.”

“Haish! Sebenarnya kau niat menebus kesalahanmu tidak sih?”

Kai tertawa, begitu juga dengan Nayeon. Dan Kai baru menyadari kalau Nayeon tertawa karenanya. Ya, bukan tawa meremehkan yang biasanya ia terima, tetapi tawa tulus yang keluar dari bibir indah gadis itu. Tawa yang entah mengapa berhasil membuat Kai merasa bahagia.

Aneh.

Melihat orang yang dicintai tertawa saja sudah membuat Kai begitu bahagia. Apakah yang namanya cinta itu hanya sesederhana ini?

“Nayeon-ah,”

“Hmm,”

Jantung Kai mulai berdetak tak keruan begitu Nayeon mengangkat wajahnya dan hanya fokus menatap Kai sepenuhnya. Pria itu mengigit bibir bawahnya gugup, perlahan potongan kalimat Baekhyun waktu itu muncul dan tiba-tiba saja memenuhi seluruh isi kepalanya.

Bukan Nayeon yang bodoh, tapi kau! Apa selama ini kau pernah mengatakan padanya kalau kau menyukainya?

Ya, Kai memang tidak pernah. Lalu apakah sekarang artinya ia harus melakukannya? Menyatakan perasaannya pada gadis di hadapannya ini?

“Nayeon-ah, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan,” Kai menyakinkan hatinya. Baekhyun mungkin benar, ia tidak mungkin terus-terusan menyembunyikan perasaannya dan membohongi dirinya sendiri. Terlepas akan bagaimana reaksi Nayeon nanti, menerima atau menolaknya, Kai tidak peduli. Ia hanya ingin jujur dan mengatakan yang sebenarnya. Ia sama sekali tak ingin memaksa gadis itu untuk menerimanya. Untuk saat ini, ia hanya ingin Nayeon tahu. Itu saja, tidak lebih.

“Sebenarnya aku–”

“Aku haus.” Potong Nayeon sambil memegangi tenggorokannya yang kering. “Aku haus. Tadi Yeri mengambil minumanku dan aku baru sadar aku belum sempat minum apa pun sejak jam olah raga berakhir.”

Seketika Kai mematung, mengatupkan kencang-kencnag rahangnya, membungkam mulutnya sendiri.

Oh shoot! Padahal tinggal sedikit lagi.

“Tapi,” Kai masih berusaha. “Benar-benar ada yang ingin aku bicarakan denganmu, Kim Nayeon!”

“Ne, kita bicara setelah aku membeli minuman, oke?” Nayeon beranjak bangkit dari bangku taman panjang yang di dudukinya, tetapi tangan Kai sudah terlebih dahulu menariknya sebelum sempat gadis itu benar-benar beranjak pergi.

“Biar aku saja yang beli,”

“Aniya. Aku yang haus, jadi biar aku saja yang beli. Aku akan segera kemabali,”

“Ani, biar aku saja.”

“Yaaaaa, tapi kan aku yang haus.”

“Gwaenchanha, aku saja yang beli. Kau tunggu di sini saja dan aku segera kembali.”

Nayeon mengangkat bahu, menyerah. “Geuraeyo. Orange juice, as usual.”

Anggukan dari kepala Kai itu pun menyertai kepergiannya. Nayeon hanya bisa menatapi punggung Kai yang semakin menjauh itu dari tempat duduknya semula. Tiba-tiba saja perasaan aneh datang menghampiri Nayeon. Entah mengapa derap langkah Kai yang semakin samar itu membuat Nayeon merasa kalau pria itu benar-benar akan pergi jauh darinya. Pergi dan seperti tidak akan pernah kembali lagi.

It’s just a feeling or.. what?

“Aniya,” Nayeon menepis perasaannya. Dia hanya pergi ke kantin yang jaraknya hanya 500 meter dari taman kecil samping gedung perpustakaan –tempat Nayeon berada saat ini, jadi mana mungkin pria itu tidak akan kembali lagi.

Pelan-pelan Nayeon menarik nafas dalam, mencoba menenagkan pikirannya sendiri. Terkadang imajinasinya memang senang mencuat keluar secara berlebihan.

Ya, semuanya pasti akan sama. Walaupun pria itu sudah tidak tinggal di sebelah rumahnya lagi, tetapi ia masih tetap bersekolah di SOPA, di mana Nayeon tetap bisa beretemu dengannya di hari sekolah. Jadi, mana mungkin pria itu akan pergi jauh darinya dan tak akan kembali lagi? Dia pasti akan tetap di sini. Dan tidak akan kemana-mana.

Yah, itu pasti.

Dia pasti kembali, dia pasti kembali..

Tak lama setelah itu Nayeon kembali mendengar langkah kaki seseorang yang mulai mendekat. Senyum di bibir Nayeon pun merekah. It must be Kai. He’s back. Yah, tentu saja.

Tapi.. mengapa pria itu cepat sekali?

“Kai-ssi, kenapa ce–” kalimat Nayeon tertahan dan kakinya terasa lemas seketika. Di hadapannya kini sudah berdiri tegak sosok seorang pria yang amat dikenalnya.

Bukan. Bukan Kai. Bukan sosok seorang Kai yang ia yakini sebelumnya, melainkan sosok seorang pria yang belakangan terakhir ini selalu ia coba untuk hindari.

Jung.

Taejun.

TBC

Aaa~ sorry for waiting so loooooong. Merasa berdosa engga update-update, mian mian~ *bungkuk bungkuk*

Tadinya ada EXO-M di part ini, tapi karena kepanjangan dan ga jelas gitu jadi terpaksa harus ku cut. Mian, EXO-M nya kapan-kapan ajah ya, janji deh.

As usual part ini random. Plester jjun? Apa pula itu mut -______- Yasudah, ditunggu aja commentsnya. Kritik, saran, masukan, pujian, cacian dan segala macemnya kuterima dengan senang hati. Jadi jgn takut-takut buat comment ya, aku engga gigit kok hehe~

xoxo, mute :]


{KaiYeon} Into Your World – Leave You

$
0
0

 

Into Your World – [part 7] Leave You

 

Kim Nayeon tertegun selama beberapa detik. Ia dapat merasakan jantungnya berdetak cepat saat melihat sosok seorang pria yang tengah berdiri di hadapannya dan sedang menatapnya dengan pandangannya yang sulit untuk dijelaskan. Tangan Nayeon bergetar, gugup. Ia mengigit kuat-kuat bibir bawahnya sembari balas menatap pria itu ragu. Saat kedua mata mereka bertemu, Nayeon dapat merasakan aliran darahnya mengalir deras dan semakin deras.

Kenapa? Kenapa sosoknya itu harus muncul sekarang? Saat Nayeon sama sekali tak mengharapkannya? Saat Nayeon sedang berusaha untuk menghindarinya? Dan saat Nayeon telah memantapkan hatinya untuk menyerah?

Kenapa?

Kenapa harus seperti ini?

“Tae.. Taejun-ssi,”

Jung Taejun, pria tinggi tegap itu tak bergeming. Ia masih terus menatap Nayeon dalam diam, sama sekali belum menggerakan bibirnya untuk mengatakan sepatah duapatah kata pun untuk Nayeon. Mata teduhnya itu terus bergerak, menatap Nayeon dengan tatapan dalam yang semakin membuat hati Nayeon meringis perih.

Rasanya ingin sekali Nayeon lari dan pergi meninggalkan sosok pria itu sendirian, tetapi tubuh dan otaknya tak berjalan beriringan. Kakinya masih terus saja diam di tempatnya semula, sama sekali tak bisa digerakan sekalipun otaknya sudah memerintahkannya berulang kali.

“Kakimu,” katanya saat kedua bola matanya itu berhenti tepat menatap kaki Nayeon yang tertutup celana olahraganya. Kening Nayeon berkerut, ia ikut mengalihkan pandangannya kepada kedua kakinya dan memperhatikannya dengan baik-baik, takut kalau ada sesuatu yang salah dengan salah satu atau kedua kakinya.

“Kakimu.. apa sudah tidak apa-apa?” Taejun beralih, kini pandangannya tertuju hanya pada Nayeon yang juga baru mengangkat wajahnya untuk menatap wajah Taejun. Nayeon tertegun, masih belum dapat menangkap maksud dari pertanyaan Taejun barusan. Namun setelah berpikir beberapa detik, Nayeon langsung mengerti kalau –mungkin saja– Taejun sedang menanyakan keadaan kakinya yang sempat terkilir beberapa waktu lalu karena mencoba belajar ballet lagi.

“Oh.. aku.. kakiku sudah baik-baik saj–”

Wae?” potong Taejun cepat-cepat, menyela Nayoen yang bahkan belum sempat menyelesaikan kalimatnya. “Waeyo? Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau belajar ballet lagi padahal kau tahu kalau itu hanya akan menyakiti dirimu sendiri?”

Crap.

Nayeon membeku. Ia tidak tahu darimana Taejun bisa mengetahui semua itu. Ia tidak tahu kenapa Taejun bisa mengetahui tentang kakinya yang terkilir dan juga tentangnya yang mencoba untuk mempelajari ballet lagi. Ia sama sekali tidak tahu dan terlalu takut untuk bertanya pada pria itu. Jadi sampai  satu menit berlalu sejak Taejun melayangkan pertanyaan mengejutkannya, Nayeon sama sekali tidak menjawabnya. Ia hanya bisa terdiam di posisinya sambil kembali melakukan kebiasaannya di waktu gugup, mengigit-gigit bibirnya sendiri.

“Kau.. apa kau belajar ballet karenaku? Apa semuanya kau lakukan demi aku? Demi menjadi tipe idealku, seperti yang waktu itu kukatakan waktu itu, huh?”

Dari nada suaranya, Nayeon tahu pria itu marah. Nayeon bahkan dapat melihat kedua matanya itu menajam, menatap Nayeon dengan perasaan kesal –mungkin. Yah, seharusnya Nayeon tahu kalau akan seperti ini jadinya. Seharusnya sejak awal Nayeon tak perlu bersusah payah untuk kembali mencoba mempelajari tari ballet lagi. Seharusnya Nayeon tidak perlu melakukan itu semua kalau pada akhirnya Nayeon memutuskan untuk menyerah juga.

“Aku..”

“Bukankah sudah kukatakan kalau kau bukan tipeku?”

DEG.

Seperti ada sebuah bom atom yang meledak tepat di jantung Nayeon dan membuat seluruh organ tubuhnya hancur seketika. Jung Taejun, pria itu kembali membuat Nayeon merasa ditolak untuk kedua kalinya. Pria itu kembali membuat Nayeon ingin segera pergi meninggalkannya secepat yang ia bisa karena sekarang tanpa ia sadari pandangannya mulai buram, tertutup cairan bening bernama airmata yang muncul secara tiba-tiba.

Tubuh Nayeon bergetar. Ia meringis beberapa kali untuk menahan airmatanya agar tidak tumpah. Tapi semua itu percuma saja begitu Nayeon menyadari kalau sekarang pipi putihnya itu sudah basah karena airmatanya sendiri. Ia sudah terlanjur menangis. Menangis dalam diam tepat di hadapan seorang pria bernama Jung Taejun.

“Bodoh. Kau bodoh.” Ujar Taejun dengan menekankan kalimatnya. “Untuk apa kau belajar ballet demi aku? Untuk apa kau belajar ballet demi orang yang sudah menolakmu? Kau ingin membuatku merasa bersalah lalu mengasihanimu, begitu?”

Ada gempa dahsyat yang mengguncang perasaan Nayeon. Kata-kata itu, kata-kata pria itu sungguh menyakitkan. Dan Nayeon rasa ia tidak kuat lagi untuk mendengar semuanya.

“Kau sengaja belajar ballet demi aku padahal kau tahu kalau itu hanya akan menyakiti dirimu sendiri. Sekarang lihat apa yang terjadi, kakimu terkilir dan itu karenaku. Karena kau menjadikan aku alasanmu.”

“Aku sudah baik-baik saja,” dengan susah payah Nayeon membuka mulutnya diantara isakan samar dari tangisnya.

“Bagaimana mungkin kau mengatakan kalau kau baik-baik saja sementara aku tidak melihatnya begitu. Kakimu terkilir dan jalanmu masih sedikit timpang.” Taejun menahan kalimatnya, mengambil jeda beberapa detik. “Kau terluka dan itu karenaku. Kau telah berhasil membuat aku menjadi manusia paling bersalah di muka bumi ini, Kim Nayeon-ssi!”

Airmata Nayeon sudah tak terbendung lagi. Semuanya mengalir deras begitu saja. Sedangkan Taejun sama sekali tak tak bergeming. Ia tidak melakukan apa-apa terhadap Nayeon. Tidak mendekat atau mencoba untuk membuat gadis itu berhenti menangis. Taejun hanya diam berdiri seperti patung di tempatnya semula, sama sekali tidak berhenti melepaskan pandangannya menatap Nayeon yang kini sedang bersusah payah mengontrol dirinya sendiri. Mengontrol agar airmata sialannya itu agar berhenti keluar. Mengontrol dirinya untuk berhenti menangis di hadapan Taejun, berhenti memperlihatkan sisi dari dirinya yang lemah.

Dengan segenap keberanian Nayeon balas menatap Taejun. Ia perlu mengambil nafas beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan untuk bicara sesuatu pada pria itu. Mungkin sekarang memang waktunya. Waktunya untuk menyerah…

Mianhaeyo,” gumam Nayeon pelan, tapi ia yakin kalau Taejun dapat mendengar suaranya itu dengan jelas. Sejenak Nayeon kembali mengambil nafas, mengumpulkan segenap keberaniannya. “Maaf karena telah menyukaimu, maaf karena telah membuatmu tidak nyaman dengan hal ini, maaf karena telah membuatmu merasa bersalah, maaf atas semuanya. Atas semua hal yang aku perbuat. Atas semua hal bodoh yang aku lakukan. Aku benar-benar minta maaf.”

Nayeon tahu suaranya bergetar. Ia menyebutkan semua kata-katanya dengan lirih. Tapi ia tidak peduli, sama sekali tidak peduli jika sekarang airmatanya sudah mengalir lagi. Nyatanya ia hanya perlu mengakhiri ini semua. Ia hanya perlu mengatakan kalau ia benar-benar sudah menyerah sekarang.

“Sekarang–” Nayeon menahan kalimatnya beberapa detik sampai akhirnya memberanikan diri berjalan satu langkah lebih dekat ke arah Taejun. Sengaja ingin menatap kedua mata teduh pria itu dari jarak yang lebih dekat untuk terakhir kalinya. “Tapi sekarang Opp–aniya maksudku Taejun-ssi, sekarang kau tidak perlu khawatir lagi. Kau tidak perlu khawatir lagi dengan keberadaanku. Aku tidak akan menganggumu. Aku tidak akan mencoba untuk belajar ballet lagi. Aku tidak akan membuatmu merasa bersalah lagi. Aku tidak akan berusaha untuk menjadi tipe idealmu lagi. Dan aku tidak akan menyukaimu lagi… Jung Taejun-ssi.”

Taejun tidak terkejut dan juga tidak lega mendengarnya. Ia terus memasang ekspresi yang sama sejak pertama kali bicara dengan Nayeon. Dia sama dengan Kai. Terlalu emotionless. Wajahnya terlalu datar sehingga Nayeon sama sekali tidak bisa menebak akan seperti apa reaksinya setelah Nayeon mengatakan segalanya barusan. Nayeon sama sekali tidak bisa membaca raut wajah Taejun saat ini. Yes, he’s so unpredictable.

“Waeyo?” suddenly. Secara tiba-tiba sebuah kata yang sama sekali tak Nayeon duga itu keluar dengan mudah dari mulut Taejun. Waeyo? Apakah ia bertanya tentang mengapa Nayeon memutuskan untuk tidak menyukainya lagi?

“Kenapa kau memutuskan untuk menyerah?” dan seperti dapat menjawab apa yang sedang telintas di kepala Nayeon, pria 185 cm itu mengatakannya. Lagi-lagi dengan mudahnya. Dengan tanpa nada bersalah diantara kalimatnya.

Aku menyerah karena aku rasa aku sudah tidak memiliki alasan apapun untuk bertahan.” Ucap Nayeon sambil menghapus sisa-sisa airmata di kedua pipinya. Kini gadis itu melirik jam digital yang melingkar di tangannya. Ini sudah lebih dari 10 menit sejak Kai pergi meninggalkannya membeli minuman di kantin. Seharusnya sosok pria itu bisa kembali secepatnya. Sesungguhnya Nayeon memang mengharapkan kehadiran Kai sekarang. Dengan munculnya Kai, Nayeon bisa menjadikan pria itu alasan untuknya pergi meninggalkan Taejun. Sungguh, ia tidak bisa berlama-lama berdiri di sini, berdiri di hadapan sosok Jung Taejun yang entah bagaimana mungkin masih bisa membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya bahkan saat ia telah memutuskan untuk mengakhiri semuanya.

“Aku.. aku rasa aku harus pergi sekarang.” ucap Nayeon sambil membungkuk demi kesopanan. “Maaf… sudah mengganggumu.”

Detik itu juga Nayeon berbalik, pergi meninggalkan Taejun dan menyusul Kai ke kantin –mungkin. Digigitnya kembali bibir bagian bawahnya itu kuat-kuat untuk menahan airmatanya yang ingin jatuh keluar lagi. Ia hanya tidak ingin menangis lagi. Tidak untuk menangis di hadapan Taejun lagi.

Namun belum sempat Nayeon berjalan jauh meninggalkan Taejun, tiba-tiba saja Nayeon merasakan ada dua tangan terjulur melingkar tepat di pundaknya. Dua tangan yang sengaja memeluk pundaknya dari belakang dengan erat. Dua tangan kokoh yang awalnya Nayeon kira adalah milik seorang pria bernama Kim Jongin –satu-satunya orang yang baru saja terlintas di kepalanya dan ingin ia susul ke kantin.

“Kai-ssi,” gumam Nayeon pelan, sangat pelan.

Kajima, jebal kajimaseyo.” (jangan pergi, kumohon jangan pergi.)

Dan tepat setelah mendengar suara berat orang yang tengah berbisik samar tepat di sebelah daun telinga Nayeon itu, seluruh pertahanan airmata yang tadi berusaha Nayeon bangun runtuh dalam seketika.

Ia tentu tahu kalau suara itu bukan milik Kai. Bukan suara seorang Kim Jongin yang ia harapkan kedatangannya sekarang. Melainkan suara milik Jung Taejun, orang yang beberapa saat lalu telah berhasil membuat perasaannya seperti teraduk-aduk dan berantakan.

Nayeon perlu menyadarkan dirinya sendiri kalau ia tidak sedang bermimpi sekarang. Ia perlu mengetahui apakah hal yang tengah dialaminya sekarang adalah suatu hal yang nyata dan bukan sebatas ilusinasinya saja.

Taejun. Pria itu memeluk Nayeon dan memohon agar Nayeon tidak pergi. Benarkah ini nyata? Taejun melakukannya? Benarkah ini… nyata?

Nayeon masih berdebat dengan dirinya sendiri. Ia masih berusaha untuk tidak mempercayai semuanya yang tengah terjadi saat ini. Tapi begitu ia mendengar suara Taejun bergema di telinganya untuk kedua kalinya, Nayeon baru benar-benar yakin kalau sekarang ia tidak sedang bermimpi.

Kajima Kim Nayeon. Kajima, jebalyo.”

Saat itu Nayeon benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain menangis sejadi-jadinya dan menumpahkan seluruh airmata yang ia punya. Seluruhnya.

***

SM entertainment’s building, Seoul..

“Jadi berapa jumlah pacarmu sekarang?”

Hwang Zitao tersenyum penuh kebanggaan lalu berbisik, “tigabelas.”

“Woah daebak!” sedangkan Byun Baekhyun langsung memberikan applause atas prestasi EXO-M’s magnae tersebut. “Yeoja killer! Jinjja daebak! Kau bisa membuat Super Junior yeoja version kalau begitu. Aigoo~”

Tao terkekeh kecil dan memilih untuk kembali menyantap satu potong paha ayam yang ada di hadapannya lagi dengan lahap. Ini sudah potongan ayam kedelapan yang ia makan, tapi anaconda liar di dalam perutnya itu tak juga merasa puas. Ia hampir melahap seluruh potongan-potongan Mexicana chicken di dalam kardus itu sementara sedari tadi Baekhyun hanya memakan satu potong sayap ayam dan itu pun belum sepenuhnya habis.

“Tapi kau mau tahu yang lebih daebak dari itu semua tidak?”

Dengan antusias Baekhyun mengangangguk penasaran. “Apa? Apa? Apa?”

“Aku sedang membohongimu, Hyeong!” Tao tersenyum penuh kemenangan menatap Baekhyun yang kini terdiam kesal. Lead vocal EXO-K itu menggeram pelan dan tiba-tiba menyambar garpu yang berada tak jauh dari jangkauan tangannya lalu mengarahkan benda tersebut ke arah Tao.

Ya! Berani-beraninya kau membohongiku Kungfu Panda! Aku ini hyeong-mu. HYEONG-MU!”

Aish ya, ya, ya, aku menyesal. Ya! jangan tusuk aku dengan garpu, Baekhyun hyeong! YAAA!” teriak Tao panik dalam logat Koreanya yang masih terdengar aneh. Hal berikutnya yang terjadi adalah kedua member EXO itu saling berteriak satu sama lain dan membuat seisi ruangan rest room SM entertainment itu gaduh dalam seketika.

Ya! shut up!” teriakan keras nan tegas itu terlontar dari bibir seorang Wu Yifan lengkap dengan daratan telapak tangan besarnya di atas meja hingga tadi sempat menimbulkan bunyi debaman kecil. Kris, sosok pria tinggi menjulang itu langsung berhasil membungkam mulut Baekhyun dan Tao seketika.

Ay-o, waddup Krease!” sapa Baekhyun dengan nada bicara yang sengaja dibuat-buat. Tapi ledaer EXO-M itu sama sekali tak menggubris. Ia melebarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan rest room yang sepi tak seperti biasanya. Hanya ada Baekhyun dan Tao yang tadi sedang bercanda dan juga Xiumin yang tertidur pulas sambil mendengarkan earphone di pojok soffa.

“Yang lain kemana?”

“Itu Lay dan Chanyeol-ie di belakangmu!” tunjuk Baekhyun ke arah dua orang pria yang baru saja memasuki ruangan dan berjalan menghampiri mereka.

“Mereka memang sedari tadi bersamaku. Maksudku yang lainnya, selain mereka yang ada di sini.”

“Oh, biasa Xiao Lu dan kekasihnya sedang kencan minum bubble tea bersama, Kyungsoo dan Jongdae sedang mendiskusikan sesuatu dengan Yoojin sajangnim, sedangkan Jun Ma Hao keluar sebentar, mungkin menelfon ibunya atau kekasihnya.” Ujar Baekhyun yang menjelaskan keberadaan Luhan, Sehun, Kyungsoo, Chen, dan Suho dengan rinci pada Kris.

“Lalu Jongin?” dari belakang punggung Kris, kepala Lay menyembul, menanyakan keberadaan satu orang yang belum disebutkan oleh Baekhyun barusan. Spontan Baekhyun dan Tao saling berpandangan, merasa baru menyadari kalau sedari tadi sosok pria berkulit cokelat itu tidak nampak batang hidungnya.

Mollayo, sedari tadi aku tidak melihatnya. Mungkin dia masih di atas, di ruang latihan.”

“Sudah semalam ini masih latihan?” Chanyeol melirik jam dinding yang menempel di sisi dinding putih itu dengan kedua alis yang saling bertautan satu sama lain. Jam setengah sembilan malam, dan Kai masih betah berlatih sendirian di practice room, tanpa beristirahat dan tanpa makan malam terlebih dahulu. Ini aneh. Apakah ada sesuatu yang salah terjadi padanya?

Lay yang sepertinya juga menyadari keanehan dancing machine EXO-K itu pun segera berjalan meninggalkan ruang rest room menuju ruang practice EXO yang terletak di lantai 3 gedung SM. Sama seperti yang Chanyeol kira, Lay juga merasa ada yang aneh dengan sosok pria yang satu itu. Tidak biasanya Kai latihan sampai selarut ini sendirian. Kalau pun pria itu ingin latihan lebih lama dari member lainnya, biasanya Kai selalu mengajak Lay sebagai patner dance-nya, tetapi kenapa tidak untuk hari ini?

Suara dentuman musik yang keras terdengar jelas di kedua gendang telinga Lay. Lay tahu Kai memang masih berada di dalam sana, persis seperti apa yang tadi Tao katakan padanya, masih latihan sendirian. Dengan sangat perlahan Lay membuka pintu ruang practice tersebut dan masuk ke dalamnya.

Pemandangan mengenaskan langsung dapat Lay tangkap dari kedua pupil matanya. Kai basah kuyup. Dari rambut sampai ujung kakinya. Semua basah karena keringatnya yang bercucuran dan dibiarkannya begitu saja. Wajah pria itu terlihat begitu lelah dan nafasnya pun terdengar berlomba berderu keluar tak beraturan. Tapi dengan kondisi seperti itu Kai masih meneruskan latihannya. Terus fokus pada gerakan-gerakan dance yang sebenarnya sudah ia kuasai dan hafal di luar kepala. Terus fokus sampai ia sama sekali tidak menyadari keberadaan Lay yang sudah berdiri hampir 5 menit memperhatikannya di sudut dekat speaker.

Lay tahu ada sesuatu yang terjadi padanya. Lay tahu pria itu ada masalah. Ia sangat tahu. Ia sudah mengenal Kai selama beberapa tahun dan hubungan mereka cukup dekat sampai Lay cukup bisa untuk menyimpulkan sesuatu. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi pada diri seorang Kim Jongin secara kebetulan. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukannya jika ia baik-baik saja. Ya, pria itu tidak mungkin latihan seekstrim ini jika tidak sedang dalam masalah yang besar.

“Hey, wae geurae?” tanya Lay sarkastik seraya ia telah berhasil menekan tombol off pada speaker yang digunakan Kai untuk memutar musiknya. Mendadak ruangan menjadi sepi, yang terdengar hanyalah deruan nafas Kai yang tak beraturan. Kai menoleh dan menemukan salah satu sosok Hyeong-nya itu tengah berdiri dan menatapnya aneh. Ia tahu kalau pada akhirnya seseorang akan datang dan mengacaukan latihannya malam itu.

Kai terduduk lemas. Terlihat jelas peluh bercucuran membasahi hampir seluruh tubuhnya. Dengan cepat disambarnya handuk putih yang Lay sodorkan untuknya itu dan diusap semua keringatnya buru-buru.

“Minumlah, tubuhmu banyak kekurangan cairan.” Perintah Lay yang kini juga sudah menyerahkan sebotol minuman isotonik pada Kai. Tanpa ragu pria itu langsung menyambutnya dan meneguk habis sebotol minuman itu tanpa sisa setetes pun.

“Gumawo,”

“Gwaencanha.” Ucap Lay sambil menepuk-nepuk pundak Kai simpati. “Kau sedang ada masalah? Tidak biasanya kau seperti ini, menyiksa diri dengan latihan hingga larut malam. Aku tahu, pasti ada sesuatu yang terjadi hingga membuatmu menjadi sepert ini, kan?”

Aniya, aku baik-baik saja.” jawab Kai cepat tanpa berpikir sedikit pun. Ya, tebakan Lay memang benar. Memang ada sesuatu yang terjadi pada dirinya. Sesuatu yang mengganggu pikiran dan juga perasaannya hari ini hingga mungkin juga untuk hari-hari kedepannya. Tapi ia terlalu malas untuk berbagi tentag hal tersebut sekarang. Terlalu malas untuk menjelaskan bagaimana perasaannya ketika ia melihat sesuatu yang berhasil meruntuhkan segenap hatinya. Terlalu malas untuk menceritakan apa yang tadi siang ia lihat dengan kedua mata kepalanya sendiri. Terlalu malas untuk berceita kalau ia melihat Taejun memeluk Nayeon dan membuat gadis itu menangis hebat dalam pelukannya.

Geotjimal, aku tahu kau tidak baik-baik saja. Kalau ada masalah berbagilah denganku, siapa tahu aku bisa membantumu.”

Bibir Kai terangkat sedikit ke atas. Ini masalah hatinya, dan ia yakin tidak ada seorang pun yang bisa membantunya selain dirinya sendiri.

Perlahan Kai bangkit dari posisi duduknya dan berjalan meninggalkan Lay keluar dari ruangan practice. Tapi di ambang pintu, Kai merasakan Lay mencengkram pergelangan tangannya kuat-kuat. Mencegahnya pergi sebelum menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi pada dirinya.

“Kau mau kemana? Kau belum menjelaskan apa pun tentang masalahmu padaku, Kim Jongin!”

Tanpa ragu Kai menepis pergelangan tangan Lay secara kasar. Ia tahu itu tidak sopan, apalagi mengingat Lay adalah salah satu Hyeong yang sangat dihormatinya. Tapi saat ini Kai hanya butuh sendiri. Ia hanya butuh waktu untuk menenangkan dirinya. Bukan waktu untuk menceritakan semua masalahnya.

“Apa pun masalahku, itu bukan urusanmu, Hyeong.” Katanya yang kemudian berlalu pergi dan benar-benar meninggalkan Lay sendirian di ruangan practice.

***

Saturday, Nayeon’s room, Seoul..

“Ini tidak aneh kan?” berulang kali Nayeon menatap dirinya di cermin, mencermati tubuhnya yang berbalut blezzer cokelat susu panjang sepaha dan stocking hitamnya. Ia berbalik, menatap Yeri yang hanya bergumam kecil sambil sibuk membolak-balikan majalah fashion keluaran terbaru miliknya di atas tempat tidur. “Yeri-ya, serius ini tidak aneh kan?”

Yeri berdecak kesal lalu menutup majalah itu spontan. “Harus berapa ribu kali aku bilang ‘itu sama sekali tidak aneh’, Kim Nayeon-ssi?”

“Huh syukurlah,” helaan nafas kecil pun keluar dari mulut Nayeon. Ia segera menyambar high heels hitam 5 centinya dan mengenakannya tepat di sebelah Yeri. “Aku hanya khawatir kalau penampilanku hari ini aneh. Itu saja, kau mengertikan?”

O, aku tahu.” Yeri menganggukan kepalanya singkat. Ini adalah pertama kalinya Nayeon pergi keluar berdua saja dengan seorang pria, mungkin jika memang pantas disebut maka yah ini adalah first date-nya. Jadi Yeri bisa memaklumi kalau Nayeon sangat khawatir dengan penampilannya hari ini. Semua wanita yang akan pergi kencan untuk pertama kalinya memang akan seperti ini, kan?

“Jadi Taejun menjemputmu ke rumah?”

Ani, dia menunggu di depan gang.”

Lagi-lagi Yeri menganggukan kepalanya. Ia terus memperhatikan sosok Nayeon dari atas sampai ujung kaki. Nampaknya Nayeon sangat excited dengan kencan pertamanya ini. Yah tentu saja, dia pasti sangat bahagia sekarang. Diajak pergi oleh sosok Jung Taejun, pria yang selama ini ia sukai mungkin adalah anugerah terbesar yang penah ia terima dari Tuhan.

Nayeon tak banyak bercerita pada Yeri tentang bagaimana ia dan Taejun bisa sedekat ini. Yang Nayeon ceritakan hanyalah sebatas ia dan Taejun sudah berhubungan baik sejak dua hari yang lalu. Sejak Nayeon memutuskan untuk mengakhiri semuanya begitu saja tapi sosok pria itu malah menahannya. Ya, yang Yeri tahu sejak itulah mereka jadi sedekat ini. Tapi sejujurnya Yeri tidak pernah tahu sudah sejauh mana hubungan diantara keduanya.

“Hmm, sebenarnya..” Yeri mulai membuka pembicaraan baru, tapi masih dalam satu topik yang sama: Jung Taejun. “Sebenarnya bagaimana hubunganmu dengannya? Kalian sudah… berpacaran?”

Nayeon menggeleng cepat, gadis itu masih sibuk memasang high heels-nya. Entah itu benar-benar sibuk atau memang sengaja menyibukan diri demi menghindari tatapan kedua mata Yeri yang tengah tertuju khusus ke arahnya.

Aniya, dia tidak pernah menyatakan apa pun padaku. Aku dan dia hanya…” Nayeon menggantungkan kalimatnya, memilih kata-kata yang tepat untuk ia katakan selanjutnya. “Berteman baik.”

“Berteman baik?” Yeri tertawa enggan. Entah kenapa kata-kata itu terdengar aneh di telinganya. Pria itu tahu kalau Nayeon menyukainya, ia kemudian meruntuhkan segenap harapan Nayeon dengan mengatakan kalau Nayeon bukanlah tipenya, lalu saat Nayeon berusaha untuk menyerah dan melepaskan perasaannya, pria itu datang kembali dan menahan Nayeon untuk tetap berada di sisinya tanpa mengatakan apa pun. Tanpa memberi satu kejelasan apa pun. Dan sekarang satu-satunya kejelasan yang Yeri tahu adalah bahwa sahabatnya itu hanya ‘berteman baik’ dengan pria dingin dan super susah ditebak itu? Ckck, lucu sekali.

“Dan kau puas dengan status ‘berteman baik’-mu itu, Kim Nayeon-ssi?”

Nayeon tertegun, tak menjawab sama sekali. Bukan karena ia enggan menjawab, tetapi karena ia sama sekali tidak tahu jawabannya.

“Aku tidak tahu,” kata Nayeon akhirnya. “Aku tidak tahu Yeri-ya. Yang aku tahu hanyalah sekarang aku senang karena ia telah berubah. Ia jadi jauh lebih baik sekarang, sikapnya juga sudah tidak sedingin dulu lagi, aku rasa bongkahan es di hatinya itu sudah mencair, meluluhankan segenap perasaannya.”

“Ck, es mencair?” Yeri berdecak kecil. “Kau tahu kenapa es di kutub utara dan selatan bumi sekarang mulai mencair? Itu semua karena pemanasan global. Dan kau tahu kan pemanasan global itu tidak baik?!” tanya Yeri dengan perumpamaan aneh yang membuat Nayeon bingung setengah mati. Pemanasan global yang tidak baik dan Taejun. Lalu apa korelasinya kedua hal tersebut?

“Aku tidak mengerti dengan kalimatmu, Yeri-ya.”

“Ya, tentu saja karena kalimatku barusan bukan untuk dimengerti, tetapi untuk di rasakan.” Kini Yeri meraih tangan Nayeon dan meletakannya tepat di dada gadis itu sendiri. “Rasakan apakah perubahan Taejun itu baik atau tidak untukmu. Rasakan perasaanmu. Tanyakan semuanya pada hatimu, tanyakan apa yang sebenarnya sedang kau rasakan pada Taejun sekarang.”

Nayeon terdiam dan Yeri tahu kalau gadis itu sedang berusaha mencerna kalimatnya. Sejujurnya Yeri tak ingin membuat sahabatnya itu menjadi bingung seperti sekarang ini. Hanya saja ada sesuatu dari diri Nayeon yang terlihat ragu. Ada sesuatu dari padangan matanya yang tersirat bukan untuk Taejun, melainkan untuk orang lain yang Yeri tidak yakin siapa. Tapi satu hal yang Yeri yakini adalah bahwa pandangan mata dan hati seseorang tidak pernah berbohong. Mungkin intuisinya hanya mampu membaca apa yang Nayeon rasakan terbatas lewat matanya saja, sedangkan masalah hatinya, Yeri yakin hanya Nayeon sendiri yang tahu apa jawabannya.

***

 

Oppa!” Nayeon melambai ke arah sosok seorang pria berbalut mantel hijau dan jeans yang berdiri tak jauh dari hadapannya itu dengan riang. Nayeon berlari-lari kecil menghampiri sosok pria itu yang kini juga sedang berjalan mendekat ke arahnya. “Maaf aku terlambat, tadi–”

Gwaencanha, ayo masuk.” Ucap Taejun yang langsung memotong kalimat Nayeon dan membukakan pintu mobil untuk gadis itu. Nayeon tercengang lama, terpaku di tanah tapakan kakinya sendiri.

“Kita naik mobil?”

O, waeyo?”

“Memangnya kita mau kemana? Apa kita akan pergi ke suatu tempat yang jauh sampai harus menggunakan mobil segala?”

Taejun tersenyum. Manis. Senyum pertama yang Nayeon lihat keluar dari bibirnya hari ini. “Kita tidak akan pergi ke tempat yang jauh, tapi kita akan pergi ke banyak tempat hari ini, jadi kita memang harus menggunakan mobil.” Kini Taejun sudah mendorong pelan tubuh Nayeon, mengarahkan gadis itu agar segera masuk ke dalam Audi A6 hitamnya.

Tak lama setelah itu, Taejun langsung mengarahkan kemudianya, menjalankan mobilnya menuju tempat tujuan pertama mereka hari ini.  Sedangkan Nayeon hanya mampu diam, tak banyak bicara dan memasrahkan semuanya pada Taejun.

Ia menyandarkan kepalanya ke sisi jendela kaca mobil lalu melamun sejenak. Masih memikirkan kalimat Yeri yang tadi dikatakan oleh gadis itu. Rasakan perasaanmu. Tanyakan semuanya pada hatimu, tanyakan apa yang sebenarnya sedang kau rasakan pada Taejun sekarang. Hanya kata-kata itu yang terus berputar di kepalanya sedari tadi.

Perasaannya untuk Taejun? Entah mengapa ia tidak tahu apa yang ia rasakan pada pria itu sekarang. Satu-satunya perasaan yang mampu ia jelaskan saat ini hanyalah perasaan ragu yang tiba-tiba muncul saat ia sedang bersama pria itu.

***

08: 47 PM. EXO-K’s dorm, Seoul…

Suasana di ruang tegah EXO-K itu tampak tenang tak seperti biasanya. Hanya ada Kai, Baekhyun, dan Chanyeol yang kelelahan dan beristirahat sejenak di soffa ruang tengah, sedangkan D.O terlihat sibuk memanaskan makanan di dapur. Hari ini Jikyung noona –salah satu staff SM– berulang tahun, jadi ia membekalkan banyak makanan untuk EXO bawa ke dorm. Dengan senang hati sang EXO-K’s eomma itu menerimanya dan bersedia repot-repot memanaskan makanan-makanan tersebut untuk para member-nya yang lain.

Sehun malam ini menginap di dorm EXO-M. Seperti biasa pria itu ingin bersama Luhan sepanjang waktu, dan mendengar teman satu kamarnya tak tidur bersamanya malam ini, Suho pun memutuskan untuk tidur lebih awal dari biasanya. Mumpung Sehun tidak ada di dorm, ia bisa leluasa menutup semua jendela dan pintu tanpa harus merasa terganggu dengan suara berisik Sehun yang merasa kepanasan setiap Suho melakukannya.

Baekhyun yang merasakan suasana di dorm terasa begitu sepi pun langsung menyalakan televisi tanpa benar-benar berniat untuk menontonnya. Ia mengutak-atik remote tv beberapa kali namun tak ada satu acara pun yang menarik perhatiannya. Sampai pada akhirnya dibiarkan benda berlayar datar itu menampilkan sebuah drama kolosal Korea yang tak ia ketahui judulnya.

“Ah Kyungsoo-ya, makan malamnya masih lama?” tanya Baekhyun sambil beralih menggeser posisi duduknya yang menindih kaki panjang Chanyeol.

“Sebentar lagi. Kalau kau mau, mandi saja dulu. Nanti kalau sudah siap aku beri tahu.” suara tenang milik Do Kyungsoo itu langsung diserobot dengan ketidaksetujuan Baekhyun.

Shieroyo, kalau aku mandi dan makanannya sudah siap, bisa-bisa Chanyeol-ie dan Jongin-ie sudah terlebih dahulu menghabiskannya dan hanya menyisahkan sedikit untukku.”

Aigoo, kenapa kalimatmu terdengar seperti kau tidak pernah makan beribu-ribu tahun, roommateu?”

“Habis makanan yang dibawakan oleh Jikyung noona terlihat begitu mengiurkan. Aku kan sudah lama tidak pernah makan enak, jadi tentu saja aku tidak mau ketinggalan menghabiskannya.” Baekhyun tertawa renyah, membuat mata sipitnya itu terlihat tinggal segaris saja. “Kalau diingat terakhir kali aku makan enak itu ketika Nayeon mengantarkan makanan ke dorm kita beberapa bulan yang lalu, setelah itu… kau tahu sendiri kita keseringan memesan makanan siap saji karena jadwal latihan yang ketat.”

Mendadak ruangan menjadi hening. Kai menelan ludahnya pahit begitu ia kembali mendengar nama seseorang yang selama 2 hari terakhir ini ia coba untuk lupakan sejenak. Sementara Baekhyun dan Chanyeol saling berpandangan satu sama lain, sama-sama seperti baru menyadari sesuatu tentang gadis itu yang belum sempat mereka tanyakan pada Kai.

Tanpa aba-aba, Baekhyun dan Chanyeol langsung mendekat mengapit tubuh Kai. Kai yang tahu gelagat aneh kedua hyeong-nya hanya bisa diam seolah tak tahu apa yang akan mereka tanyakan.

“Jongin-ah, ngomong-ngomong soal Nayeon-ie, bagaimana yang kemarin aku ajarkan? Sukses?” Baekhyun menatap Kai penuh penasaran, sedangkan obyek yang ditatap malah sedang berusaha untuk menghindar menjawab pertanyaan tersebut. Ia tidak ingin menjawabnya, sama sekali tidak ingin. Ia tidak ingin menjawab dan menjelaskan apa pun tentang gadis itu saat ini.

“Kau sudah menyatakan perasaanmu padanya kan? Lalu apa reaksinya? Ia menerimamu atau ah dia pasti shock, aku tahu. Tapi aku yakin, dia menerimamu, kan?” seolah belum cukup semuanya, Chanyeol menambahkan pertanyaan yang tak kalah menyakitkannya dari pertanyaan Baekhyun sebelumnya. Ia tahu kedua hyeong-nya itu tidak tahu apa-apa, mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan gadis itu. Tapi untuk menjawab pertanyaan itu dan menjelaskan semuanya pada mereka, rasanya Kai juga tidak bisa.

“Aku mengantuk, aku tidur duluan.” Dengan spontan, Kai bangkit dari posisi duduknya dan berjalan masuk ke dalam kamar. Dan hal tersebut langsung disambut dengan raut wajah bingung dari Baekhyun dan Chanyeol. Keduanya saling bertatapan lagi untuk satu sama lain. Sama-sama menerka apakah mereka berdua melakukan sebuah kesalahan yang kemudian membuat ‘dongsaeng’ mereka jadi seperti itu?

“Dia… ditolak?” tanya Chanyeol secara perlahan setelah lama berpikir beberapa menit.

Baekhyun mengangkat bahu. Tapi melihat perubahan ekspresi Kai sesaat setelah Baekhyun dan Chanyeol melayangkan pertanyaan tentang Nayeon, maka satu-satunya alasan yang bisa mereka simpulkan sekarang memang hanya itu. Kim Jongin ditolak.

“Loh Jongin kenapa masuk kamar? Dia tidak makan?” tanya D.O yang tiba-tiba saja muncul di hadapan Baekhyun dan Chanyeol. Keduanya sama-sama memilih untuk tak menjawab. Memilih untuk sama-sama bungkam.

D.O menghela nafas sambil melirik pintu kamarnya dan kamar Kai yang tertutup rapat. D.O hafal betul sikap roommate-nya yang satu ini. Jika sudah bertingkah seperti ini, maka D.O tahu kalau ada masalah yang sedang membebaninya.

“Hah, arraseo. Sepertinya dia sedang ada masalah, biar nanti aku yang bicara padanya. Byunbaek, kau bangunkan Junmyun hyeong, kita makan bersama setelah ini.” Lanjut D.O sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam kamar di hadapannya untuk bicara sesuatu dengan roommate-nya,  Kim Jongin.

***

 

“Kenapa tidak dinyalakan lampunya?” D.O menekan saklar lampu kamarnya hingga kini ruangan yang tadinya gelap gulita itu berubah terang benderang bersinari lampu. D.O melihat sosok Kai, roommate-nya itu tidak menoleh sama sekali ke arah D.O. Ia hanya duduk dengan sedikit menundukan kepala di pinggiran tempat tidurnya. Dengan sangat perlahan D.O berjalan menghampirinya dan menyentuh pundak pria itu pelan-pelan.

“Jongin-ah,” panggil D.O kecil, namun pria itu tak juga menoleh ke arahnya. D.O menghela nafas, sepertinya butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi Kim Jongin dalam kondisi seperti ini. “Jongin-ah, sebenarnya aku bukan tipe orang yang ingin mencampuri urusan orang lain, tapi karena ini adalah kau, roommate-ku tercinta, maka aku rasa aku perlu tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi padamu.”

Kai masih belum menjawab. Pria itu masih terus terpaku, menatap lantai kamarnya dengan pandangan kosong.

“Sebenarnya kau ada masalah apa? Kenapa akhir-akhir ini kau berubah drastis? Jadi lebih pendiam, tidak banyak bicara, lebih sering menyendiri, dan memaksakan diri latihan lebih banyak dari porsi jam latihan yang biasanya.” D.O mengambil jeda sejenak. Menyakinkan dirinya sendiri untuk mengaitkan semua perubahan diri Kai ini dengan satu orang yang tadi sempat disebut-sebut oleh Baekhyun dan Chanyeol. “Apa semua ini ada hubungannya dengan Nayeon?” lanjutnya takut-takut.

Kai tidak juga menjawab. Pria itu hanya terus diam dan menunduk selama beberapa menit. Ia hanya belum siap. Belum siap untuk membagi semuanya sekali pun itu dengan seorang Do Kyungsoo, salah satu member yang dekat dengannya.

“Kalau kau tidak menjawab, berarti jawabannya iya. Berarti semua ini memang ada hubungannya dengan Kim Nayeon, orang yang sudah kau kenal selama 11 tahun itu.”

Kai menyerah juga. Ia menghela nafas dalam untuk beberapa detik. Mungkin ia bisa mengabaikan Lay ketika hyeong-nya yang satu itu menanyakan tentang keanehan yang terjadi padanya beberapa hari yang lalu. Tapi entah mengapa untuk mengabaikan sosok Do Kyungsoo, rasanya Kai tidak bisa. Ia tidak pernah bisa menyembunyikan apapun dari roommate-nya yang satu itu.

Ne, ini semua memang ada hubungannya dengan gadis itu.”

D.O tersenyum tipis, akhirnya Kai mau bicara juga. “Wae? Kau sudah menyatakan perasaanmu padanya? Lalu apa reaksinya? Kau diterima atau ditolak?”

“Aku terlambat.” Ucap Kai lirih dengan suara yang terdengar bergetar. D.O menelan ludah, memilih untuk diam dan membiarkan roommate-nya itu bercerita lebih lanjut lagi. “Aku terlambat satu langkah dari Taejun hyeong.”

“Taejun? Pria yang Nayeon suka waktu itu?”

“O, Jung Taejun.” Kai tertawa pelan, tawa yang sebenarnya hanyalah sebuah tawa yang dipaksakan keluar untuk menutupi perasaannya sendiri. “Nayeon menyukainya, dan sepertinya sekarang pria itu juga menyukai Nayeon. Mereka sama-sama menyukai satu sama lain. Kalau sudah seperti ini… tidak ada yang bisa kulakukan sekarang selain melepasnya kan? Membiarkannya bahagia bersama orang yang ia sukai.”

D.O mematung. Ia tidak tahu bagaimana persis perasaan Kai saat ini, tapi hanya mendengar nada suaranya saja, D.O tahu kalau roommate-nya itu tidak baik-baik saja. Tawanya barusan hanyalah kedok untuk menutupi perihnya.

“Kenapa? Kenapa kau memutuskan untuk menyerah dan melepaskannya? Kenapa kau tidak berusaha untuk bertahan dan jujur pada Nayeon kalau kau–”

Aku menyerah karena aku rasa aku sudah tidak memiliki alasan apapun untuk bertahan, Kyungsoo-ya.” potong Kai cepat-cepat. “Nayeon pasti sangat bahagia sekarang. Dan aku, aku melepasnya karena hanya itu satu-satunya yang dapat kulakukan untuknya. Aku akan bahagia jika dia bahagia, hanya sesederhana itu.”

Untuk pertama kalinya D.O melihat sisi kedewasaan pada diri seorang Kim Jongin. Ia tidak tahu sejak kapan pria itu telah berubah untuk menyikapi suatu masalah dengan sangat dewasa. Melepaskan seseorang demi kebahagiaan orang tersebut? Bahkan hal itu tak pernah terlintas dibenak D.O sebelumnya. Tapi ini Kai. Ia melakukannya. Ia memendam dalam-dalam perasaannya dan melepaskan Nayeon demi kebahagiaan gadis itu. Sungguh, sebelumnya D.O tidak pernah menyangka kalau Kai akan melakukan ini semua.

“Tapi, apa kau yakin dengan semua ini? Walaupun aku tidak tahu persis bagaimana rasanya, tapi aku yakin kalau melepaskan bukanlah hal yang mudah.”

Kai mengangguk pelan, mencoba menyakinkan D.O kalau keputusannya bukanlah hal yang sulit untuk ia lakukan. Ia sudah memikirkan hal ini matang-matang selama dua hari dan tak ada keputusan yang lebih baik selain ini. Ia tahu mungkin awalnya akan terasa berat, tetapi jika tidak begini maka ia yakin selamanya ia tidak akan pernah lepas dari sosok gadis itu.

D.O menggeser posisi duduknya, mendekat ke arah Kai dan menepuk pundak pria itu simpati. “Ya, apapun alasanmu aku harap ini memang yang terbaik untuk dirimu, Jongin-ah. Kalau memang benar itu kata hatimu, maka ikuti saja.” ucap D.O sambil tersenyum ke arah Kai.

Kai balas tersenyum. Bukan senyuman yang sengaja dipaksakan, tapi senyuman tulus karena roommate-nya itu telah bersedia mendengarkannya. “Gumawoyo, Kyungsoo-ya.

“Kyungsoo? Tidak mau memanggilku dengan Kyungsoo hyeong lagi?”

“Tidak, itu terdengar aneh. Mungkin kapan-kapan saja.” jawab Kai ringan sambil tertawa.

“Ya sudah, terserahmu saja. Sekarang ayo keluar, kita makan malam bersama member yang lain, makananya sudah kusiapkan tadi.”

“Kau duluan saja, nanti aku menyusul.”

D.O berdiri sambil mengangkat bahu, “baiklah, jika sepuluh menit lagi kau tetap tidak keluar, akan kusuruh Byunbaek, Chanyeol, dan Junmyun hyeong menyeretmu keluar dari kamar. Apa pun kondisimu, kau tetap harus makan Kim Jongin!”

Aish, ne, ne. Kau cerewet sekali. Sudah sana pergi!” perintah Kai lengkap dengan gerakan tangan mengusir. Setelah itu sosok pria 172 cm itu sudah benar-benar pergi meninggalkan kamar dan membiarkan Kai sendirian.

Kai berjalan menuju lemari pakaiannya yang berada di sudut ruangan. Ia berjinjit mengambil sebuah kotak berukuran sedang yang terletak di bagian atas lemari. Kotak tersebut berisi beberapa cd album yang ia miliki. Setelah mengambil kotak tersebut dan melihat isinya sekilas, Kai kembali duduk di pinggiran tempat tidurnya.

Kini satu tangannya merogoh saku celananya sendiri. Mengambil sebatang permen chups a chups pemberian Nayeon yang sama sekali belum ia makan sedikit pun. Permen itu masih terbungkus rapih seperti sejak awal Kai mendapatkannya. Ia sengaja menyimpan permen tersebut dan berjanji tidak akan memakannya bahkan sampai permen tersebut sudah kadarluasa sekalipun. Ia hanya ingin terus menyimpannya, menyimpan sesuatu yang Nayeon pernah berikan untuknya.

“Mungkin sudah saatnya aku menyimpan semua tentangmu baik-baik, Kim Nayeon.” katanya sambil memasukan batangan lollipop itu ke dalam kotak cd-nya. Sekarang ia sudah beralih mengambil dompetnya, menarik sebuah plester bergambar chibi Junhyung yang kemarin juga Nayeon berikan untuknya. Ia membalik plester itu dan tersenyum miris membaca tulisan di sisi kertas penutup plester tersebut.

Baru dua hari benda itu berada di tangannya dan sekarang Kai sudah ingin menyimpannya baik-baik di tempat yang akan jarang ia lihat. Rasanya sekarang ia tidak membutuhkan benda itu lagi, karena sepertinya ia juga tidak akan pernah meminta Nayeon mengabulkan satu permintaannya seperti perjanjian yang telah mereka buat kemarin. Sepertinya Kai tidak akan pernah menggunakan plester Junhyung tersebut.

Satu benda lagi ditarik dari selipan dompetnya. Dua lembar foto. Foto Nayeon yang selama ini ia simpan di dalam sana. Perlahan di pandangi wajah gadis itu untuk terakhir kalinya. Ia tidak ingin menyimpan benda itu di dompetnya lagi. Tidak untuk sekarang-sekarang ini.

“Aku tahu lari dari kenyataan memang bukan pilihan yang tepat, tetapi jika hanya dengan melihat wajahmu saja hatiku sudah seperih ini, maka lebih baik aku pergi agar rasa sakit tak pernah terasa lagi,”

Dimasukannya dua lembar foto tersebut bersamaan dengan plester chibi Junhyung-nya ke dalam kotak cd-nya. Lalu kotak tersebut ditutup rapat-rapat dan didorong masuk dalam-dalam ke kolong tempat tidurnya yang gelap. Sementara ini, Kai hanya ingin melupakan semua benda-benda itu.  Dan juga… perasaan itu.

Goodbye, Hime.”

***

 

Hari ini Taejun mengajak Nayeon ke banyak tempat. Mulai dari berkeliling dan berjalan-jalan di sekitar Myeongdeong area, makan siang di kedai jajangmyeon, main game di game center, duduk santai sambil minum kopi di salah satu coffee shop terkenal Yeouido, dan berakhir dengan menikmati indahnya citylight dari pinggir sungai Han saat malam hari.

Nayeon meluruskan kakinya yang pegal sambil menatap permukaan sungai Han yang tenang di hadapannya. Tiba-tiba saja sebuah kaleng kopi hangat muncul tepat di depan wajah Nayeon, membuyarkan lamunan gadis itu. Nayeon menyambut sodoran kaleng kopi itu dengan senang hati, ia tentu tahu siapa yang baru saja memberikannya kopi tersebut. Tentu saja itu Taejun.

Gumawo,” ucap Nayeon singkat dengan bibir sedikit bergetar. Sebenarnya ia sudah sangat kedinginan sedari tadi. Suhu udara di Seoul turun drastis akhir-akhir ini, menandakan kalau musim gugur akan segera berganti dengan musim dingin. Nayeon menggengam kuat-kuat kaleng kopinya, berharap kehangatan tersebut juga dapat menjalar menghangatkan buku-buku jarinya yang mulai memutih karena kedinginan.

“Tidak usah berterima kasih hanya karena sekaleng kopi. Harusnya akulah yang berterima kasih karena kau telah bersedia menemaniku hari ini,” ujar Taejun dengan suara khasnya. Pria itu ikut menatap lurus ke depan, terkagum-kagum memandangi lampu-lampu gedung pencakar langit yang terlihat indah dari tepi sungai Han.

Gwaencanha, aku hanya menemanimu menjelajah Seoul, bukan menjelajah dunia, jangan berterima kasih karena hal itu, itu berlebihan.”

Taejun tersenyum singkat, masih menerawang menatap ke arah depan. “Justru karena aku tidak pernah menjelajah Seoul makanya aku berterima kasih padamu. Ini kali pertamaku.”

Ne? Pertama kali?” Nayeon mengerutkan kening. Bukankah Taejun sudah menetap di Seoul sejak dulu?

Dengan cepat pria itu mengangguk. “Aku pindah ke Seoul 7 tahun lalu. Tahun pertama sampai tahun keempat aku lalui dengan sibuk menjadi trainee di SM, lalu setelah aku memutuskan untuk mengundurkan diri, aku sibuk dan fokus pada kuliahku. Aku tidak pernah punya waktu untuk berjalan-jalan, bahkan untuk menjelajah kota tempat tinggalku sendiri. Aku hanya tahu letak obyek-obyek wisata di Seoul, tanpa pernah mengunjunginya.”

Jinjjayo?” kedua kelopak mata Nayeon melebar. Pantas pria itu terlihat begitu kaku dan dingin, nampaknya ia memang kurang bergaul, pikir Nayeon sekilas. Yang benar saja, selama 7 tahun menetap di Seoul belum pernah kemana-mana? Kalau tahu begitu tadi Nayeon mengajaknya ke istana Gyeongbuk, Namsan Tower, atau Lotte World saja.

“Kalau begitu kapan-kapan aku akan mengajakmu ke tempat wisata yang ada di Seoul. Kapan-kapan kita harus ke Gyeongbuk, Lotte World, dan juga Namsan. Memasang gembok cinta, naik cable car, dan berkunjung ke museum teddy bear.” Ucap Nayeon dengan penuh antusias.

Ne, kapan-kapan,” Taejun mengangguk-anggukan kepalanya setuju. Perlahan pria itu meneguk kopi hangatnya lagi, membiarkan cairan cokelat itu menjalar masuk ke dalam tenggorokannya dan mengalirkan kehangatan bagi tubuhnya.

Selama beberapa menit tidak ada pembicaraan yang terjadi lagi antara Nayeon dan Taejun. Nayeon hanya memandangi seluruh penjuru sungai Han yang entah mengapa terlihat begitu menakjubkan. Ternyata tempat ini memang terlihat lebih indah ketika malam hari. Namun di detik berikutnya, Taejun mulai membuka pembicaraan baru lagi.

“Nayeon-ah,

“Hmm?”

Gumawo,”

Nayeon kini menoleh ke arah Taejun, lalu tertawa kecil. “Terima kasih untuk apa lagi? Terima kasih karena telah menemanimu hari ini, huh?”

“Bukan,” jawab Taejun sambil menggeleng pelan. Pria itu memutar-mutar kaleng kopinya sementara otaknya sibuk memilah kata-kata. “Terima kasih karena telah masuk ke dalam hidupku.”

DEG.

Nayeon mematung. Kata-kata Taejun tersebut sukses membuat jantungnya berderu kencang, seolah berlomba keluar dari rongga dadanya. Benarkah pria itu baru saja mengatakan hal tersebut? Benarkah Nayeon tidak salah dengar?

“Sejak mengenalmu belakangan ini, aku merasa hidupku sedikit berubah. Aku merasa hari-hariku jadi lebih menyenangkan setelah kau hadir di dalam kehidupanku.” Taejun tersenyum sambil menatap Nayeon dalam, dan hal tersebut benar-benar berhasil membuat Nayeon panas dingin. “Terima kasih. Terima kasih atas semuanya, Hime.”

Dan untuk kedua kalinya Nayeon tersentak begitu mendengar kalimat Taejun. Tubuhnya seakan terkena aliran listrik yang sangat dahsyat.

Hime. Satu kata itu tentu bukan hanya sekadar kata biasa. Satu kata tersebut adalah nama panggilan Nayeon dari ayahnya. Dan satu-satunya orang yang memanggil Nayeon dengan nama panggilan itu memang hanya ayahnya. Tapi.. tapi kenapa sekarang Taejun mengetahui nama panggilannya tersebut? Dari mana pria itu tahu? Sungguh, Nayeon sangat penasaran.

Oppa… oppa kenapa memanggilku Hime?” tanya Nayoen ragu-ragu. Ia tidak tahu mengapa ia menanyakan hal tersebut pada Taejun, ia tahu mungkin ini hanyalah hal sepele. Tapi entah mengapa ada sesuatu dalam perasaan Nayeon yang menginginkan dirinya mengetahui hal tersebut lebih dalam dan lebih jelas.

Tajeun mengerutkan kening, “Wae, kau tidak suka?”

“Bukan, bukan begitu,” cepat-cepat Nayeon menggeleng. “Hanya saja.. aku ingin tahu. Di dunia ini hanya ada dua orang yang memanggilku ‘Hime’. Yang pertama adalah appa-ku dan yang kedua adalah oppa.”

“Oh jinjjayo?” Taejun tersenyum kecil. Kedua matanya masih difokuskan menatap Nayeon dengan lembut. “Tidak ada alasan yang berarti. Aku memanggilmu dengan panggilan tersebut karena aku rasa kau cantik seperti putri. Yah, putri. It’s definitely you, my Hime.”

Untuk kesekian kalinya Nayeon merasakan perasaannya teraduk-aduk. Antara senang, kaget, dan juga aneh. Ia sendiri tidak tahu persis bagaimana perasaannya pada Taejun saat ini. Yang ia tahu sekarang adalah tubuhnya benar-benar lemas seketika karena kata-kata pria itu. My Hime… what deos it mean?

“Tapi,” suara Taejun bergema lagi, menyadarkan Nayeon kembali dari lamunannya. “Tapi apa kau yakin di dunia ini hanya aku dan ayahmu yang memanggilmu ‘Hime’?”

Tanpa berpikir Nayeon menganggukan kepalanya dengan mantap. “Ne, hanya appa dan oppa. Tentu saja hanya kalian berdua.”

Taejun tersenyum tipis lalu mengarahkan pandangan matanya ke arah langit malam Seoul yang nampak indah berhias beberapa bintang dan bulan. Ia menerawang jauh ke sana, memikirkan sesuatu yang belakangan ini terus mengusik pikirannya sendiri.

Yah, tentu saja bukan hanya ayahmu dan aku, tapi ada orang lain juga yang memanggilmu dengan panggilan seperti itu. Hanya saja kau belum menyadarinya, Hime.

 

TBC

 

Sorry yah aku lagi nih yang update, nggak apa-apa kan? sepertinya para authors di blog ini sedang sibuk semua jadi selama beberapa bulan kemarin dan mungkin kedepan blog ini akan sepi u.u heheh~ Icha lg sibuk sama urus-mengurus maba, Mya dan Orin yang sibuk bersosialisasi dengan dunia kampus baru, Chel yang sibuk sekolah, dan aku yang hmm.. sibuk menyibukan diri (?) enggak deh, banyaaaaak tugas maklum anak kuliahan jadi harap maklum kalau jarang update yag hehe.

Well, sekalinya update malah begini hehe. Pasti kalian bertanya-tanya *iya kalo ada yg nanya* kenapa kaiyeon jd gini? Hehe gimana ya jawabnya, abis sejak awal aku bikin ff ini aku dapet idenya begini jadi yah mau gmn lagi. tapi tenang aja kok, satu hal yg bs aku jamin, mereka pasti jadian *iyalah nama judul ffnya aja kaiyeon couple masa iya gak jadian* tapi kapan jadiannya itu….. rahasia ;p

Yasudah aku nggak mau banyak ngomong lagi, terakhir aku cuma mau bilang, untuk para readers jangan lelah untuk menanti ff dari kami –para authors di blog ini- asap kami pasti kembali. Yah, as soon as possible ^^ hehe~

PS: oh iya lupa. Kalo kalian kurang bacaan (?) mampir aja yuk ke blog pribadiku di nayeonkim94.wordpress.com :) kemarin aku posting bbrp ff tentang kaiyeon disana *tapi rada gaje gt ffnya* sengaja nggak aku post di sini soalnya takut membuat readers bingung hehe. Tapi kalo udah mampir jgn lupa komen ya, dosa loh kalo nggak hehe~


{Miracle Perfection} Special New Year: “New Stories” (1/3)

$
0
0

POSTER

Dunia terlalu luas jika hanya untuk ditempati satu kisah.

Karena itu, setiap kisah tak pernah bisa berdiri sendiri.

Ia selalu punya kisah-kisah lain yang akan mengiringi perjalanannya.

Dan terkadang,

Tuhan memasukkan lebih dari sepasang kasih dalam sebuah kisah.

Agar kita paham dan memahami..

Bahwa Cinta punya banyak sudut pandang yang berbeda.

####

“Ige mwoya?”

Kim Jonghyun menatap bingung pada dua lembar kertas tebal berwarna emas yang tiba-tiba tersodor di depan wajahnya. Pria itu menengok ke samping, ternyata sosok Key yang entah sejak kapan sudah duduk di sampingnya. Jonghyun berjengit, ia tidak terlalu rabun untuk membaca ‘Special Romantic Yacht’ yang tertulis jelas di atas sana, tapi yang ingin ia tau adalah apa maksud seorang Kim Kibum menyodorkan benda yang tak lain adalah tiket kapal pesiar itu padanya?

Key mengerjapkan matanya beberapa kali, “Aku menang lotre tahun baru..”

“Yak! Kau masih main lotre?” kaget Jonghyun, setengah memekik. Ia hanya menggeleng-geleng kepala sambil menatap miris pada sosok Key. Apa pria di hadapannya ini tiba-tiba jatuh miskin dan terancam dikeluarkan dari Shinee hingga harus mengikuti undian lotre untuk bisa berlibur?

“Aku merasa kesepian dan tak ada kerjaan belakangan ini,” adu Key, pria itu meletakkan dua lembar tiket tadi ke atas meja karena Jonghyun tak juga mengambilnya.

Jonghyun menelan ludah. Sungguh, ini pertama kalinya ia melihat Key memasang wajah semenyedihkan itu, “Apa kau benar-benar sebegitu kesepiannya?”

Key mengangguk-angguk kecil.

Merasa iba, perlahan Jonghyun mengeluarkan ponselnya dari saku, dan menyodorkan benda tipis itu pada Key, “Kalau kau mau, kau bisa mengobrol dengan Simsimi..”

Detik itu juga Key langsung melotot sadis, “YAK! KIM JONGHYUN! AKU KESINI UNTUK MENAWARIMU TIKET PESIAR, BUKAN UNTUK KAU PROMOSIKAN TENTANG ROBOT CHAT ANEH YANG SUDAH JUTAAN KALI MENOLAK CINTAMU ITU!!”

Main vocal Shinee itu langsung terdiam shock karena bentakan nyaring Key. Dan tampaknya adegan itu cukup menjadi hiburan kecil untuk Lee Taemin yang sedari tadi sibuk dengan komiknya, “Eomma, itu menyakitkan. Haha..”

Jonghyun mendesis kecil dan langsung melempar bantal kearah sang magnae yang masih tergelak puas di sofa sebelah. Ia lalu beralih meraih dua tiket pesiar yang tadi diletakkan Key ke atas meja, “Ishh.. jadi apa maksudnya ini? Kau mengajakku berwisata pesiar bersamamu?” pria itu menimang-nimang tiket di tangannya dengan setengah ragu, kemudian menatap Key dengan alis kanan yang terangkat curiga, “Kau tidak berniat macam-macam, kan?”

“Eomma memang mencurigakan belakangan ini..” sahut Taemin yang masih setengah terkekeh. Ia baru saja akan berkonsentrasi lagi pada komiknya, tapi sebuah bantal lagi-lagi meluncur menimpuk kepalanya. Kali ini Key. Taemin mendengus, “Aishh.. Eomma!! Appo!”

Key hanya mengibaskan tangannya, tak peduli. Lalu kembali lagi pada Jonghyun, “Tadinya aku ingin mengajak Jinki hyung. Tapi dalam peraturannya, ternyata itu tiket romantic couple. Jadi aku hanya bisa memakainya bersama seorang yeoja.”

“Kalau begitu pergi saja dengan Taeminnie..”

“Benar!” sahut Taemin dari balik komiknya.

“.…….”

Key dan Jonghyun langsung terdiam. Keduanya berjengit heran menatap Taemin, kemudian saling berpandangan satu sama lain. Satu… dua.. tiga.. dan,

Lee Taemin langsung bangkit dari sofanya setelah menyadari sesuatu, “Yak! Hyung! Aku bukan seorang gadis!”

Dan tawa pun pecah di ruang tengah dorm yang tak terlalu besar itu. Jonghyun bahkan memukul-mukul pahanya sendiri saking geli melihat tampang sang magnae yang kini bersungut seperti ikan pesut. Lalu di sela tawa mereka, Key tiba-tiba meraih tangan Jonghyun dan memasukkan dua tiket wisata pesiar tadi ke dalam genggaman pria itu.

“Jadi kau pergilah dengan Jungie..”

“Eh?” Jonghyun terhenyak, “Kau serius?”

“Sudah, terima saja..” timpal sebuah suara.

Jonghyun menoleh, Onew baru saja pulang dan kini tengah menata sepatunya di rak. Leader Shinee itu tersenyum penuh arti sambil mengedipkannya matanya  pada Jonghyun, “Rasanya wisata pesiar di tahun baru cukup bagus juga untuk yang baru saja meresmikan hubungan..”

Kim Jonghyun langsung memalingkan wajah. Diam-diam pria itu tersenyum kecil. Mungkin benar. Sejak Soojung resmi menjadi kekasihnya dua minggu yang lalu, mereka sama sekali belum pernah berkencan karena kesibukan masing-masing. Mungkin bagus juga memanfaatkan ‘kebaikan hati’ Kim Kibum yang datangnya hanya setahun sekali ini..

“Aigoo… Uri Jjong sudah bisa tersenyum seperti itu..” , semburat wajah jahil Key tiba-tiba saja sudah berada di samping wajahnya.

“Ya!! Berhenti menggodaku!!”

***

“KYAAAA!!! BANG NAMGYU!! RASANYA AKU MASIH TIDAK PERCAYA INI! KYAAA!! KAU MENDAPATKANNYA!” Hyunjae masih terus mengibas-ngibaskan tiket tebal di tangannya dengan histeris. Ia bahkan tak henti-hentinya memekik sejak menemukan dua lembar golden ticket ‘Romantic Yacht’ yang terselip di buku agenda sahabatnya itu beberapa saat lalu.

Sementara si empunya tiket hanya menyahut seperlunya, tampak sibuk sendiri mencoret-coret sesuatu di atas kertas tugas, “Iya, aku tau aku mendapatkannya.”

“Ish… kau ini! Berbahagialah sedikit.” Gemas Hyunjae, “Kau adalah satu dari 4 orang yang beruntung di Korea karena memenangkan undian wisata pesiar itu!”

Namgyu hanya mengangguk-angguk sambil memasukkan semua tugas papernya kedalam map, “Yahh… Aku memang ditakdirkan menjadi gadis yang beruntung.”

“Ah, benar. Coba kita hitung berapa banyak keberuntunganmu..” Hyunjae meletakkan dua lembar tiket tadi ke atas meja Namgyu dan mulai memainkan jari-jarinya, “Kau berhasil masuk Konkuk University tanpa tes. Kau punya banyak teman rookie idol. Kau terlahir sebagai adik dari Bang Yongguk BAP yang sangat tampan itu. Kau pernah menjadi asisten member Infinite. Lalu-”

Bang Namgyu mendongak, “Wae?”

Hyunjae balik menatap Namgyu dengan curiga, “Lalu, memangnya siapa yang akan kau ajak untuk wisata pesiar tahun baru ini?”

Namgyu terhenyak.

Gadis itu terdiam sebentar sambil memainkan pulpen di tangannya. Lalu perlahan, seulas senyum kecil terulas di wajah manis itu. Ia tidak tau kenapa tiba-tiba sosok Kim Myungsoo langsung lewat menyapa di otaknya. Mungkin karena pria itu adalah satu-satunya jawaban atas pertanyaan Hyunjae barusan. Mungkin. Atau mungkin juga karena alasan lain.

Mungkin ia merindukannya?

“Ya! Bang Namgyu! Kau punya seseorang, kan?” tuding Hyunjae saat melihat gelagat sahabatnya, ia langsung menyikut-nyikut lengan Namgyu dengan penasaran, “Jinjja! Kenapa kau tidak pernah memberitahuku? Siapa dia? Apa mungkin dia seorang idol?”

Lalu sepasang mata Hyunjae membulat saat memikirkan sesuatu, “Atau jangan-jangan orang itu adalah member In-”

‘BRRAGGGGHH!!!’

Seorang gadis berambut coklat tiba-tiba masuk ke dalam ruangan dan menggebrak meja di depan Namgyu dengan napas yang masih tersengal-sengal. Hyunjae tersentak kaget, ia mengusap-usap dadanya sambil setengah mengamati gadis bersweater biru itu, kemudian menjitaknya tanpa sungkan, “Ishh… kalau terjadi sesuatu dengan jantungku, kau harus bertanggung jawab, Nona Kim!”

Nayeon mendesis sebal pada Hyunjae.

“Ya! Kim Nayeon! Kau kenapa? Dikejar-kejar Yong Junhyung?” bingung Namgyu, ia langsung mengeluarkan botol air mineral dan menyodorkannya pada mahasiswa seni musik itu. Ia lalu memandangi Nayeon yang mulai meneguk airnya, sambil setengah berpikir, “Tunggu. Tapi kalau Yong Junhyung yang mengejarmu, kau pasti tidak bisa lari. Karena kau akan pingsan dulu sebelum itu. Jadi..”

“Nammie!” potong Nayeon, ia menyodorkan botol air mineral Namgyu yang sekarang sudah kosong melompong. Gadis itu mengatur napasnya sebentar, “Selain kau. Ada orang lain di kampus ini yang juga memenangkan undian wisata pesiar tahun baru itu!”

Sepasang mata Namgyu membulat penasaran, “Jinjja?”

“Nugu?” Hyunjae mencondongkan badannya. Antusias.

Nayeon menarik nafas panjang, kemudian menghembuskannya pelan-pelan. Sepasang mata coklatnya menatap Namgyu dan Hyunjae bergantian, “Seorang gadis dari SOPA yang juga kuliah di Konkuk, dan tingkat keberuntungannya hampir menyamai Bang Namgyu.”

Namgyu mengusap-usap dagunya, berpikir, “Eung.. itu.. Kim Nayeon.” jawabnya yang langsung disambut anggukan-anggukan kecil Hyunjae.

“……..”

“Aaaa.. Tunggu!” Namgyu langsung bangkit dari kursinya, sedetik kemudian ia dan Hyunjae langsung melempar tatapan setengah tak percaya pada Nayeon, “YA!! Yeon-ah! Kau juga mendapatkannya?”

Nayeon mengangguk-angguk cepat dan langsung melompat memeluk Namgyu sambil memekik kesenangan, “Kyaaa!!! Nammie.. aku tidak menyangka bisa memenangkan ini!”

Namgyu terkekeh, ia balas memeluk erat Nayeon sambil mengusak rambut gadis mungil itu dengan gemas. Walau mereka seusia, tapi entah kenapa Namgyu selalu menganggap Nayeon seperti adiknya sendiri, apalagi semenjak mereka dekat karena sama-sama diterima di Konkuk beberapa bulan lalu.

“Curang! Kenapa kalian hanya berbagi kebahagiaan satu sama lain? Lalu bagaimana denganku?” dengus Hyunjae di belakang mereka.

Nayeon menjulurkan lidahnya, tak peduli.

Hyunjae mengerucut sebal sambil menghentakkan kakinya, “Ish.. baiklah. Aku akan pergi ke cafeteria dan mencari namja tampan yang setampan Byun Baekhyun!” dengusnya sembari berlalu keluar ruangan.

“Ya! Kim Hyunjae! Belikan aku Ice cream vanilla!” Seru Namgyu sebelum Hyunjae melangkah keluar dari pintu ruang kelas.

“Aku juga!” Teriak Nayeon, “Aku mau rasa strawberry!”

Keduanya lalu tertawa lepas. Mempermainkan Kim Hyunjae adalah salah satu hal yang paling menyenangkan untuk mereka berdua. Namgyu menatap arloginya sebentar, masih ada waktu satu setengah jam lagi sebelum kuliah kedua dimulai. Ia lalu melirik jahil pada Nayeon, membuat tawa gadis itu berhenti,

“Mwo?”

Gadis berambut indah itu memutar bola matanya, “Jadi, kau akan mengajak..”

“Tentu saja!” Nayeon mengangguk cepat sebelum Namgyu mulai menggodanya tentang pria itu, “Memangnya kau pikir aku harus mengajak siapa lagi?”

Wajahnya bersemu merah. Ya, memang siapa lagi  yang bisa ia ajak pergi selain Jong In? Sebenarnya ia sangat ingin mengajak Yong Junhyung B2ST kalau saja bisa, tapi masalahnya itu tidak mungkin. Memang dia ini siapa? Sudah cukuplah jika bisa berpesiar bersama JongIn-nya. Lagipula mungkin tahun depan visual EXO K ini akan sibuk dengan album baru, jadi… menutup akhir tahun dan membuka tahun baru yang manis berdua bersamanya mungkin akan bagus juga.

Namgyu merangkul pundak Nayeon dengan bersahabat, “Aigoo… jadi kita akan double date di kapal pesiar? Dan sebentar lagi aku akan kembali menyaksikan Kaiyeon moment yang sudah jarang kusaksikan sejak kita lulus dari SOPA?”

Nayeon mengangguk-angguk semangat, namun sedetik kemudian ia sudah melirik tajam pada Namgyu dengan kedua pipi yang menggembung, “Tunggu! Tapi kau curang! Aku belum tau siapa kekasihmu, Nammie..”

“……..”

“Apa teman kita saat di SOPA?” selidik Nayeon.

Namgyu melepaskan rangkulannya dari pundak Nayeon, “Eung… Tentang itu..”

Bang Namgyu masih ragu. Tidak semudah itu untuk mengatakan bahwa ia adalah kekasih L Infinite. Lagi pula ia masih terlalu malas untuk menceritakan lebih banyak jika nanti Nayeon menuntut penjelasan detail darinya. Ini bukan masalah curang atau tidak! Hanya saja ini berbeda kasus dengan Nayeon dan JongIn yang menurut Namgyu terlalu bodoh untuk menyembunyikan hubungan spesial mereka sejak awal.

“Jebal! Beritahu aku, Nammie!”, paksa Nayeon.

Namgyu memasang cengiran kecil, lalu secepat kilat gadis itu langsung menyambar tasnya di atas meja dan segera kabur menjauh dari jangkauan Nayeon, “Nanti kau akan tau sendiri, Kim Nayeon!”

“YA!! BANG NAMGYU!!”

***

Jung Hyosun menatap 2 lembar tiket di tangannya dengan bimbang. Ia sesekali meraih ponselnya, berniat untuk menelpon Doojoon, tapi saat matanya menangkap sebuah proposal tebal di atas meja, ia langsung meletakkan benda elektronik itu lagi ke atas meja. Gusar. Tangan kanannya lalu beralih meraih proposal bersampul biru yang berisi rangkaian Big Event Kyunghee University untuk akhir tahun ini.

“Ini tanggung jawabmu, Hyo. Lakukan!” tekad gadis itu.

Lalu ia memandang sebelah tangannya yang sejak tadi menggenggam erat 2 lembar golden ticket ‘Romantic Yacht’, tekadnya goyah, “Tapi takdir sudah membawamu pada paket wisata pesiar tahun baru ini!”

“Ahh!! Tidak bisa!” Hyosun langsung menggeleng cepat dan melempar dua lembar tiket itu ke atas meja. Kali ini ia mencoba focus dengan proposalnya, “Ayo, Jung Hyosun! Jika event ini berhasil, banyak orang yang akan bangga padamu!”

Namun sepasang mata coklatnya tak bisa diam untuk tak tergoda pada golden ticket di ujung meja sana. Tatapannya menerawang, “Berpesiar ke laut Jepang bersama Doo, pasti akan menjadi acara tahun baru yang tidak akan terlupakan..”

Big Event Kyunghee, atau Yoon DooJoon?

Jung Hyosun benar-benar dalam dilema besar kali ini. Apa yang harus ia korbankan? Perjalanan kencan terindahnya? Atau dedikasinya sebagai mahasiswa baru Kyunghee? Semua pilihan selalu punya resiko, tapi ia harus tetap membuat sebuah pilihan dengan mempertimbangkan resiko paling besar.

Satu detik..

Dua detik..

Tiga detik..

Hyosun mengangguk mantap. Cukup. Ia sudah memilih. Gadis itu mengepalkan tangannya dengan penuh tekad, “Jung Hyosun! Kau harus mengutamakan kewajibanmu dan mendedikasikan diri untuk kampus tercinta!” serunya pada diri sendiri.

Tapi ia tak bisa mengendalikan matanya untuk diam-diam melirik kearah dua lembar tiket yang sangat berharga itu, “TAPI AKU INGIN PERGI BERSAMA DOO!!”

‘Pletakk!!’

“ARGGHH!! Eonni!!” Hyosun mengaduh sebal saat sepatu prada dengan hak 10cm itu mendarat mulus di kepalanya, “Aku belum ingin hilang ingatan! Aku belum ingin melupakan sosok Yoon Doojoon sebagai anugerah terindah dalam hidupku!”

Sambil mengusap-usap kepalanya yang nyeri, Jung Hyosun terus menggerutu mengutuki sepatu terlaknat itu, kemudian mendengus kearah tersangka yang baru saja masuk dan saat ini tengah mengunci pintu.

“Owhh.. itu kau..” tanggap gadis yang tak lain adalah Seorim itu dengan wajah datarnya, “Kupikir ada orang gila yang mengamuk dan menerobos masuk ke apartement.” Ia melepas mantel coklatnya dan menggatung pakaian hangat itu di dekat pintu, “Lain kali jangan berteriak-teriak seperti itu, suaramu membuat polusi udara.”

Hyosun menggembungkan pipinya,

“Hyo, kemarikan sepatuku!”

“……”

Seorim melirik tajam sambil mengulurkan tangannya, “Jung Hyosun, kemarinkan sepatuku. Harganya mahal.”

“……”

“YA!! Kau mau kutimpuk dengan yang sebelahnya lagi?” ancam Seorim yang sudah ancang-ancang melepas sepatu di kaki kirinya.

Jung Hyosun yang masih sayang dengan kepalanya sendiri itu, langsung buru-buru bangkit dan berlari kearah Seorim. Ia menyodorkan tangan kanannya. Tidak hanya sepatu prada Seorim saja yang berada dalam genggaman gadis itu, tapi juga dua lembar tiket ‘Romantic Yacht’ yang membuatnya bimbang sejak tadi.

Seorim mentautkan alisnya, “Apa ini?”

“Aku baru saja memenangkan undian wisata pesiar untuk dua orang..” jelas Hyosun. Ia meletakkan sebelah sepatu prada Seorim ke rak kayu dan kembali menyodorkan dua tiket tadi, “Sebenarnya sejak awal aku ingin pergi bersama Doo, tapi tidak bisa. Aku sedang mengurus Big Event Kyunghee di waktu yang bersamaan, dan aku tidak mungkin meninggalkan kewajibanku.”

“Jadi..” dengan satu gerakan, Kim Seorim berhasil memindah tangankan dua lembar tiket itu ke tangannya, “kau minta aku yang pergi?”

Hyosun mengangguk cepat, “Jika Eonni berbaik hati mau menerima tiket itu. Aku akan punya dua keuntungan.”

“Pertama?”

Hyosun menepuk tangannya, “Pertama, aku tidak akan bimbang dan tergoda lagi oleh tiket itu, sehingga bisa memikirkan Big Event yang kukerjakan dengan fokus.”

“Kedua?”

Kali ini Jung Hyosun tersenyum lebar, “Kedua, jika Eonni pergi, itu artinya untuk sementara aku bisa terbebas dari siksaan dunia.”

“YAAK!!” bentak Seorim, gadis itu nyaris saja menimpuk Hyosun dengan semua sepatu yang ada di rak kalau saja tenaganya masih tersisa. Tapi sayangnya, ia sudah terlalu lelah untuk mengumumkan perang malam ini, semua tenaganya sudah terkuras karena banyaknya pekerjaan di Ceci sejak tadi pagi.

Hyosun tersenyum menang, “Jadi?”

Seorim berpikir sebentar, tampak menimang-nimang. Masih banyak script yang harus dikerjakannya untuk edisi special tahun baru bulan depan. Ia juga masih harus membuat janji dengan para model dan menyusun schedule tahunan baru untuk agenda Ceci tahun depan. Tapi dipikir-pikir lagi, jika ia mengambil kesempatan ini, mungkin ia bisa menebus moment spesial yang tak sempat dilewatinya untuk pria itu.

“Baiklah, aku akan pergi bersama Buckaroo.” Seorim menyahut asal sambil memasukkan dua lebar tiket itu kedalam tasnya.

Hyosun langsung melotot, “Ya! Jangan pergi bersama Doo!”

“Memangnya kenapa?”

“Doo itu kekasihku.”

“Lalu?”

Gadis itu menyilangkan kedua tangannya di depan Seorim, “Tentu saja Eonni tidak boleh berpesiar dengan kekasihku!”

Seorim masih memasang wajah datarnya, “Jadi, aku pergi dengan siapa?”

“Ish.. jangan bertanya seperti itu seolah-olah tidak ada pria lain di sekitarmu, Mrs.Coffee!” tegur sebuah suara.

Seorim tersenyum, ia selalu suka saat mendengar suara hangat itu berada di sekitarnya. Ia mendongak kecil dan mendapati sosok Yong Junhyung yang tengah meletakkan secangkir kopi panas dan sepiring sosis goreng di atas meja. Kenyataan bahwa pria itu kini ada di ujung waktu penatnya, membuat semua lelah gadis itu mendadak sirna entah kemana.

“Ahh.. benar! Masih banyak pria lain di sekitarku..” sahut Seorim, gadis itu melenggang melewati Hyosun begitu saja dan berjalan kearah meja makan, “Kalau begitu aku akan pergi dengan U-kwon Block B saja.”

“Ya!! Mrs.Coffee!” delik Junhyung, “Kau sudah berani terang-terangan ingin selingkuh di depanku?”

Seorim terkekeh kecil, “Tenang saja, Yongie. Aku tidak sejahat itu..” ia mencomot sepotong sosis di atas piring dan melahapnya, “Jika aku selingkuh dengan U-kwon, aku pasti akan sembunyi-sembunyi di belakangmu..”

Junhyung menggeram kecil sambil menjitak Seorim.

Seorim menjulurkan lidah, menyembunyikan senyum puasnya. Senang bisa menggoda Mr.Cola-nya ini. Lagi pula ia ingin sedikit balas dendam tentang kecemburuannya dengan artikel-artikel yang membahas bahwa Goo Hara memberikan syall buatannya sendiri untuk Junhyung sebagai kado natal.

“Aishh.. Memang apa bagusnya member Block B itu dibanding aku..” gerutu Junhyung kemudian.

I don’t know, I don’t know, I don’t know, but I’m HOT.. HOT.. You know what, You know what, You know what, what I-” Jung Hyosun nyengir lebar dan tak sempat menyelesaikan part U-kwon dalam lagu Nanrina itu saat Junhyung melempar tatapan membunuh ke arahnya.

“Ishh.. Jung Hyosun..” desis Junhyung.

Hyosun langsung menggaruk-garuk leher sambil memasang wajah sok innocent kebanggaannya, “Wae? Ceritanya aku hanya memberi backsound..”

Junhyung melemaskan otot lehernya, mengisyaratkan bahwa ia tak main-main. Dan ketika rapper Beast itu mengangkat kepalan tangannya sambil menggigit bibir, Hyosun langsung membungkuk sopan dan terbirit masuk ke dalam kamarnya.

Lagi-lagi Seorim terkekeh pelan, entah sejak kapan tiba-tiba Junhyung menuruni hobinya yang suka membully Hyosun, “Sejak kapan uri Yongie disini?” gadis itu menyuapkan sepotong sosis ke mulut Junhyung.

Junhyung hanya melirik kecil sambil mengunyah sosisnya, “Sudah?”

“Apanya?”

“Membicarakan U-kwon Block B!” hardik Junhyung.

Seorim kembali terkekeh melihat ekspresi kecemburuan Junhyung, kemudian sedikit berjinjit untuk mengusak rambut pirang kekasihnya itu dengan lembut, “Aigoo.. uri Yongie seperti anak kecil. Haha..”

“Biar saja..” timpal Junhyung. Pria itu meraih secangkir kopi di atas meja. Ia menyendok cairan gelap yang masih panas itu, meniup-niupnya perlahan, kemudian menyuapkannya ke mulut Seorim “Banyak pekerjaan hari ini?”

Seorim mengangguk kecil sambil kemudian menyeruput genangan kopi di atas cekungan sendok, “Menjelang tahun baru, sangat menyibukkan di Ceci.”

“Kalau kau punya banyak kerjaan, tidak usah memaksakan diri untuk mengambil tiket pesiar yang Hyosun tawarkan tadi.” Ujar Junhyung, ia kembali meneruskan kegiatannya meniup-niup tiap sendokan kopi dan menyuapkannya pada Seorim.

Seorim menggeleng, “Kita pergi!”

Alis kanan Junhyung terangkat ragu, “Kau yakin?”

“Aku tidak pernah seyakin ini, Mr.Cola..”

***

Kwan Nara masih saja mondar-mandir sambil mengamati pintu kayu itu sejak setengah jam lalu. Ia terus meremas-remas kedua tangannya, sementara otaknya masih sibuk menerka-nerka tentang apa yang tengah terjadi di dalam sana. Apa yang akan terjadi pada pria itu? Ucapan macam apa yang akan diterimanya? Ahh.. andai ia bisa menebak jalan pikiran wanita yang tengah terduduk angkuh di dalam ruangan itu..

“Nona mungil bisa duduk dulu..” teguran lembut itu membuat Nara menoleh pelan. Seorang wanita paruh baya dengan seragam coklat, tersenyum hangat sambil meletakkan cangkir abu-abu ke atas meja, “Saya sudah membuatkan coklat panas untuk nona..”

Nara balas tersenyum, tapi kemudian menggeleng kecil, “Aku tidak akan duduk sebelum aku tau apa yang mereka bicarakan di dalam..”

‘Krreekk..’

Kwan Nara langsung menoleh cepat saat mendengar suara pintu terbuka. Dengan terburu ia mendekati sosok pria berambut coklat yang baru saja melangkah keluar dari dalam sana. Pria yang tak lain adalah Cho Kyuhyun itu hanya mengernyit heran saat melihat raut kepanikan di wajah Nara.

“Bagaimana?” gadis itu menarik lengan kemeja Kyuhyun, tampak cemas.

Kyuhyun dengan pelan melepaskan cengkraman tangan Nara dari lengan kemeja kesayangannya, kemudian tersenyum kecil, “Selamat..”

“Heh?”

“Anaknya kembar.”

“YA! CHO KYUHUN! AKU SERIUS!”

Kyuhyun tergelak puas sambil menyentik dahi Nara dengan jarinya, “Siapa suruh kau mondar-mandir disini seperti suami yang menunggu istrinya melahirkan, hah?”

Nara mendesis jengkel, “Yak! Kau tidak tau ya kalau aku ini cemas mem-”

“Mwo?” Potong Kyuhyun, pria itu tersenyum lebar. Ia mengorek telinganya, kemudian mendekatkan indera pendengar itu pada Nara, “Kau bilang apa tadi? Kau mencemaskanku, Kwan Nara Sayang?”

Kwan Nara terhenyak dan langsung memalingkan muka, “Tidak. Eung.. ya, sedikit. Hanya sedikit sekali mencemaskanmu.” sahutnya dengan agak canggung. Diam-diam ia mengutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia masuk kedalam perangkap orang ini?

“Ahh.. itu tidak penting!” keras Nara kemudian, ia lalu menoleh lagi pada Kyuhyun dengan penasaran, “Apa yang Eomma katakan padamu?”

“…….”

Senyum lebar di wajah Kyuhyun tiba-tiba memundar.

“Yak! Katakan padaku!” desak Nara.

Cho Kyuhyun hanya tersenyum kecut.

Nara menelan ludah, senyuman itu sama sekali jauh dari menenangkan. Sepasang matanya menatap Kyuhyun lekat-lekat, “Cho Kyuhyun, Eomma tidak mengancammu dan meminta kita putus, kan?”

Cho Kyuhyun menghembuskan napas keras-keras dan balas menatap gadis di hadapannya dengan serius, “Ya Tuhan, Kwan Nara..”

“Mwo?”, panik Nara.

Lalu seringai lebar itu kembali muncul, “Aku tidak tau kau sebegitu tidak inginnya berpisah lagi dengan Cho Kyuhyun-mu yang tampan ini. Akhirnya sekarang kau me- YAAKK!! KWAN NARA! KAPAN KAU AKAN BERHENTI DENGAN KEBIASAAN BURUKMU MENJAMBAK RAMBUTKU INI?? AISHH…”

“Nona mungil!!”

Dan beberapa pelayan keluarga Kwan yang berada disana langsung turun tangan saat Nara memulai aksi brutalnya dengan menarik-narik rambut Kyuhyun tanpa belas kasih. Awalnya terlihat mengerikan, tapi lama-lama mereka mulai terbiasa dengan sisi liar majikan mereka ini jika bertemu dengan kekasihnya,

“TERKUTUK KAU, CHO KYUHYUN!”

Kyuhyun masih mencoba melawan, “ARGGHH!! SINGKIRKAN TANGANMU!”

Perlu waktu dan tenaga yang cukup ekstra bagi para pelayan setia keluarga Kwan itu hingga mereka bisa menenangkan ‘nona mungil’ dan menyelamatkan rambut Kyuhyun agar tidak rontok semakin banyak lagi.

“Yak! Kau ini terlahir dari 100% rasa percaya diri atau apa?” cibir Nara.

Cho Kyuhyun menyerah. Keputusannya untuk menggoda Nara ternyata mempunyai resiko yang besar. Masih meringis nyeri sambil memijat-mijat kepalanya, pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku celana dan menyodorkannya pada Nara. Yah, jika memang benda ini bisa menjawab semua rasa penasaran gadis itu.

Sebuah kunci.

Dahi Nara berkerut bingung, “Apa ini?”

“Kunci kapal pesiar.”

Nara masih diam, tidak paham.

Kyuhyun beranjak menghempaskan diri ke atas sofa ruang tengah rumah keluarga Kwan itu, kemudian meletakkan kunci tadi ke atas meja, “Ahjumma bilang, sejak kecil kau ingin melihat kembang api tahun baru di atas kapal pesiar. Jadi beliau memberikan kapal pesiar pribadi ini agar kau dan aku bisa menghabiskan-”

“Tunggu!” potong Nara, sepasang matanya membulat kaget. “Kau.. dan.. aku?” ia menunjuk Kyuhyun dan dirinya sendiri dengan agak canggung, “Maksudnya.. hanya kita berdua?” gadis itu menelan ludah sambil mengacungkan telunjuk dan jari tengahnya.

“……”

“Yak!” Bentak gadis itu kemudian, “Kau pikir aku sudi menghabiskan malam tahun baruku berdua bersamamu di kapal pesiar? Aku tidak bisa menjamin kau tidak akan melakukan hal-hal aneh padaku disana, Cho Kyuhyun yang tampan!” tolak Nara mentah-mentah.

Kyuhyun tersenyum sinis, “Sudah kuduga..”

“Eh? Maksudmu?”

“Kalau begitu kita pakai ini saja..”

Nara menatap lamat-lamat benda kedua yang dikeluarkan Kyuhyun kali ini. Dua lembar golden tiket ‘Romantic Yacht’ untuk menikmati liburan pergantian tahun, yang merupakan hadiah utama dari sebuah acara undian di stasiun televise swasta Korea.

“Tiket ‘Romantic Yacht’ spesial tahun baru?” pekik Nara setengah tak yakin. Ini baru menyenangkan! Tapi… kenapa ia bisa mendapatkan tiket ini? Gadis itu mendongak menatap Kyuhyun, seolah meminta penjelasan, “Bukannya 4 pemenangan tiket ini sudah diundi 2 hari yang lalu?”

“Kalau begitu ini adalah tiket ke 5!” sahut Kyuhyun, enteng.

Nara mentautkan alisnya, “Bagaimana bisa?”

“Tentu saja bisa!” timpal suara lembut nan tegas yang sangat Nara kenal. Nara menoleh, mendapati sang ibu keluar dari ruangan pribadinya, “Memangnya kau pikir sponsor utama dalam paket pesiar itu siapa, Ra-ya?”

“Kwan’s Corp?” tebak Nara, “Ahh… harusnya aku tau itu.”

Soohyun tersenyum, ia mendekat pada Nara dan menepuk-nepuk pundak gadis itu dengan lembut, “Enjoy your time, honey..” wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan segar itu kemudian berlalu setelah menatap Kyuhyun dengan isyarat ‘Kuserahkan-putri-kecilku-padamu.’

Sesaat setelah Soohyun beranjak, Nara tiba-tiba teringat sesuatu. Ia melirik Kyuhyun dengan ekor matanya..

“Kenapa menatapku?” jengit Kyuhyun.

“Bukannya kau sedang mengurus single baru KRY di Jepang?”

“Ah.. benar!” sahut Kyuhyun, ia lalu terdiam sebentar sambil melipat tangannya, nampak berpikir, “Tapi kurasa aku bisa meluangkan waktu sekitar 2 hari jika kau mau memohon padaku, Kwan Nara sayang..”

Nara menatap mencibir, “Memohon?”

Kyuhyun mengedikkan bahunya,

“Cishhh… Tidak akan pernah, Cho Kyuhyun yang tampan.”

***

(-Incheon, December 30th 2012..)

Pelabuhan Incheon tampak ramai pagi itu, namun satu area tempat sebuah kapal berlabuh tampak agak longgar. Ada beberapa portal pita dan poster-poster besar Seo Inguk yang tengah mengucapkan selamat tahun baru, terpampang di sisi-sisi dinding, menemani beberapa peta dan deretan gambar intruksi keselematan yang sudah lebih dulu terekat disana.

Beberapa petugas dengan seragam abu-abu nampak sibuk menyambut para pemenang undian paket wisata ‘Romantic Yacht’ yang satu persatu mulai tiba dan melakukan registrasi ulang golden tiket mereka di loket utama.

Sementara di dalam, di salah satu sisi portal dermaga, tampak seorang gadis manis berambut coklat ikal tengah menggendong sebuah ransel pink. Sebentar ia menahan benda itu di punggung, tapi kemudian meletakannya lagi,

“Ini berat..” keluhnya.

Pria berpenampilan aneh dengan mantel tebal, topi fedora coklat dan kaca mata hitam di sebelahnya, dengan cekatan mengambil alih ransel berukuran sedang itu, kemudian ganti menyodorkan tas lain yang lebih kecil, “Kalau begitu bawa yang ini saja.”

Si gadis mencoba menjinjing pelan hand bag ukuran sedang berwarna biru itu, tapi lagi-lagi ia langsung meletakkannya dalam hitungan detik, “Yang ini juga berat.”

Pria jangkung di sebelahnya menghembuskan napas keras-keras, membuat uap hangat keluar dari mulutnya, “Jadi, semuanya aku yang bawa?”

Gadis yang tak lain adalah Kim Nayeon itu mengangguk polos.

“Ishh.. setidaknya bawalah sesuatu, Hime!” dengus pria yang diidentifikasi sebagai Kim Jong In itu. Ia sedikit menurunkan kacamatanya, mencoba mengamati sosok gadis dihadapannya itu lamat-lamat. Hanya gadis mungil berambut coklat dengan setelan kaos piyo-piyo, celana jeans pendek, dan tas kain kecil yang tersampir di pundak. Apa yang bisa dibawa oleh gadis pendek yang tampak kurang gizi itu?

“Ya! Kau! Apa kau tega menyuruhku mengangkut tas-tas berat itu sampai ke dalam kapal?” protes Nayeon.

“…….”

Melihat Kai yang tampak serius, Nayeon mulai agak panik. Gadis itu menatap memohon pada Kai sambil menangkupkan kedua tangannya, “Kaibaibo.. kumohon, kasihanilah aku..”

Kai menggeleng tegas. Perlahan, tiba-tiba saja ia melepas mantel hitam yang dipakainya dan menyematkan kain hangat itu ke pundak Nayeon, “Kau bawa itu saja..”

Raut kepanikan di wajah Nayeon segera terganti dengan segurat senyum manis yang terulas di bibirnya, “Gomapta..”

Kai mengulurkan tangannya, pria itu balas tersenyum sambil menjumput rambut panjang Nayeon yang terhimpit kerah mantel, “Sejak kapan kau tau cara berterimakasih dengan manis, huh?”

“…….”

“Yeon-ah!”

Kim Nayeon menoleh pelan pada suara yang tiba-tiba memanggilnya itu. Tampak seorang gadis dengan jaket hijau toska tengah berlari kecil kearahnya sambil melambaikan tangan. Gadis itu tampak sedikit terbebani oleh ransel coklat yang cukup besar di punggungnya, tapi ia tetap tersenyum ceria. Sementara rambut panjangnya yang biasa tergerai, kali ini ia satukan dan ia ikat ke belakang. Bang Namgyu.

Nayeon balas melambaikan tangannya, “Nammie!”

Sepasang alis Kai bertaut bingung, pria mendekatkan bibirnya ke telinga Nayeon sambil setengah berbisik, “Kenapa dia disini?”

“Tentu saja karena Namgyu juga mendapatkan tiket yang sama!”

“KIM NAYEON!!” dalam hitungan detik, Namgyu sudah menghambur memeluk Nayeon erat-erat, “Akhirnya hari ini tiba juga..” kekeh gadis itu sambil melepas pelukannya. Ia lalu melirik beberapa ransel dan hand bag berukuran sedang yang berserakan di sekitar Nayeon, “Bawaanmu lumayan banyak juga..”

“Ya! Tidak mau mengenalkan seseorang yang disana itu padaku?” Nayeon mengalihkan pembicaraan, gadis itu mengedikkan dagu, menunjuk seorang pria berhoodie dark blue yang tengah bersandar pada pagar kayu dermaga, sekitar 8 meter di belakang Namgyu. Wajahnya tidak terlalu jelas karena tertutup tudung hoodie dan kacamata hitam yang setipe dengan milik Kai.

Namgyu menggoyang-goyangkan telunjuknya di depan Nayeon sambil tersenyum sok misterius, “Belum waktunya, Yeon-ah..”

Nayeon mendesis jengkel.

Namgyu terkekeh puas karena berhasil membuat gadis itu penasaran. Ia lalu beralih pada pria di sebelah Nayeon yang sedari tadi hanya diam memperhatikan keduanya. Namgyu tersenyum kecil sambil mengangkat tangannya, “Annyeong…” lalu suaranya melirih, “JongIn-ah..”

“Cishh.. apa maumu?” Kai menatap curiga.

Bang Namgyu tersenyum makin lebar, rasanya pria itu sudah tau. Ia lalu menurunkan ranselnya sebentar dan mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. Slayer EXO dan sebuah spidol hitam. Namgyu buru-buru menyodorkan kedua benda  itu pada Kai, “Hanya sebuah permintaan sederhana dari seorang fans..”

“Tanda tangan?”

Namgyu mengangguk mantap.

“Aigoo.. aku tidak kau suka EXO, Nammie..” gumam Nayeon, takjub.

Sementara Kai mulai tersenyum culas, agaknya merasa bangga karena mantan ketua kelas di SOPA ini ternyata mengidolakannya. Ia langsung membuka tutup spidol hitam tadi dan mulai menggoreskan tanda tagannya di atas slayer EXO milik Namgyu.

Namgyu tiba-tiba melotot panik, “Yak!”

“Sebentar..”

“Yak! Andwae!!” pekik Namgyu.

“Nah, ambillah..” Kai tersenyum manis sambil menyodorkan kembali slayer Namgyu yang kini sudah dihiasi coretan tangannya, “Bagaimana? Kau senang?”

Tapi di luar dugaan, Namgyu justru menekuk wajahnya. Gadis itu terlihat jengkel. Ia menatap slayer EXO-nya dengan tatapan kecewa. Lalu beberapa detik kemudian ia mendongak menatap visual EXO K itu dengan tajam, seolah mengumumkan perang, “YAK! BODOH! KENAPA KAU MENANDATANGANINYA, HAH? AKU KAN INGIN TANDA TANGAN PARK CHANYEOL!”

“………”

Nayeon dan Kai terdiam kaku. Nayeon bahkan langsung merapat pada Kai dan memeluk lengan pria itu erat-erat. Sejak tiga tahun saling mengenal di SOPA, ini kali pertama mereka melihat Bang Namgyu yang semengerikan itu.

Namgyu meremas slayer di tangannya sambil terus menatap penuh dendam pada sosok Kai yang sekarang hanya menelan ludah, “KAU INI TERLALU PERCAYA DIRI ATAU… Hhmmpptt..” Suara yang berpotensi merusak gendang telinga itu berhasil dihentikan oleh bekapan tangan seseorang dari belakang.

Tatapan Kai dan Nayeon kini tertuju pada seorang pria berhoodie yang tiba-tiba datang menyelamatkan mereka. Wajahnya tak terlalu jelas dengan style aneh yang serba tertutup seperti Kai, mungkin sakit. Tapi satu hal yang mereka yakin pasti, pria itu datang bersama Namgyu.

Pria itu menarik tudung hoodienya agar lebih menutupi kepala, kemudian mendesis kesal sambil perlahan melepaskan bekapannya pada Namgyu, “Ishh… kenapa kau senang sekali mengomel hari ini, hah?”

Namgyu membalik badannya menghadap pria itu. Sepasang matanya memandang lurus pria itu sambil menggigit bibir, menahan nyeri, “Mr.Huffish..”

Pria yang tak lain adalah Kim Myungsoo itu hanya menggeleng-gelengkan kepala. Ia bisa menangkap sinyal yang diberikan gadis itu lewat matanya. Ahh.. rupanya itu alasannya. Ya, Bang Namgyu hanya akan menatapnya dengan ekspresi seperti itu karena dua hal. Pertama, saat dia akan menangis. Dan kedua..

Karena hal itu.

Myungsoo mengulurkan tangannya, menepuk-nepuk puncak kepala gadis itu dengan lembut sambil berdecak kecil, “Ck, kau memang sangat mengerikan saat sedang menstruasi seperti ini, Wonsungi..”

“…….”

“Won..sungi?”

Namgyu menoleh cepat, sepasang matanya membulat liar. Sial! Rasanya ia ingin melempar seluruh isi ranselnya pada Kai dan Nayeon yang sekarang tengah tergelak puas setelah mendengar panggilan Myungsoo untuknya.

—-

Sementara itu, tanpa mereka sadari, sepasang mata tengah mengamati mereka dari jendela cafeteria pelabuhan yang berjarak sekitar 20 meter. Pemilik sepasang manik coklat itu menopang dagu sambil terus menatap lurus pada pemandangan di pinggiran dermaga, mengabaikan secangkir caramel coffeenya yang mulai dingin di atas meja..

“Ya Tuhan, aku tidak menyangka harus satu kapal pesiar bersama gadis-gadis sejenis Hyosun yang berisik seperti itu..” gumam gadis itu, mengasihani dirinya sendiri.

“Hey, mereka kelihatannya tidak terlalu buruk, Mrs.Coffee..” tegur sebuah suara.

Kim Seorim menoleh, menatap heran pada seorang pria yang duduk menarik kursi di hadapannya sambil menyeruput teh botol dingin, “Sejak kapan kau jadi Mr.Tea?”

Yong Junhyung mengedikkan kepalanya kearah lemari pendingin di dekat meja kasir, “Cafetaria ini kehabisan Cola. Menyebalkan..”

Seorim geleng-geleng kepala sambil tersenyum kecil. Gadis itu meraih ransel abu-abunya di bawah kursi dan mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. Sebotol Coca-cola ukuran 800ml. Disodorkannya minuman bersoda itu pada Junhyung dengan santai…

Yong Junhyung meyipitkan matanya, “Kenapa kau tidak bilang sejak tadi?” dengus pria itu sembari menyambar minuman wajibnya dari tangan Seorim.

Seorim tertawa kecil sambil mengamati setiap gerakan Junhyung yang mulai meneguk menikmati sebotol cola-nya, “Haha.. kau tidak menanyakannya, Yongie..”

“Memang jika aku menanyakannya, kau masih punya persediaan?”

Kim Seorim menjawab pertanyaan Junhyung dengan seulas senyum lebar penuh kebanggaan. Gadis itu kembali meraih ranselnya. Bahkan kali ini ia mengangkat hadiah ulang tahun dari Junhyung itu ke atas meja. Perlahan ia membuka resletingnya, dan memperlihatkan isi di dalamnya pada Junhyung, membuat pria itu membelalak kaget.

Satu ransel penuh cola.

“…….”

“See? Ada cukup banyak persediaan untukmu..” ujar Seorim.

Yong Junhyung masih terdiam. Apa yang baru saja diketahuinya itu agak sedikit mengagetkan. Masih beruntung ia tidak sampai tersendak cola yang tadi tengah diminumnya. Hingga perlahan, seulas senyum kecilnya terkembang. Namun ini bukan senyum kecil yang biasanya, tidak hanya kehangatan yang tersirat disana, ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang saat ini masih hanya diketahui oleh pria itu sendiri..

“Kenapa kau tersenyum seperti itu?” bingung Seorim, gadis itu kembali menopang dagunya, kali ini dengan kedua tangan. Sementara sepasang manik coklatnya mulai menatap lurus pada sosok Yong Junhyung di hadapannya, “Lagi pula bagaimana bisa kau lupa membawa minuman kesayanganmu untuk perjalanan pesiar kita?”

Rapper Beast itu menaikkan masker yang tadi sempat diturunkannya, “Karena aku terlalu mengingat hal lain..”

“Eh? Apa itu?”

Junhyung meraih tas yang tersampir di pundak kanannya, meletakan benda itu ke atas meja dan membukanya lebar-lebar. Membiarkan sosok Kim Seorim terhenyak diam melihat benda apa yang memenuhi fost bag berukuran sedang itu.

Berbotol-botol Frapuchino Starbucks..

………….

………………

“Kim Seorim, kan?”

Keheningan yang begitu hangat dan manis itu langsung pecah oleh sebuah sapaan kecil. Kim Seorim menoleh cepat saat seseorang menepuk pundaknya. Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba untuk tak salah mengenali sosok gadis cantik dengan terusan soft pink dan bolero jarring-jaring yang tengah tersenyum manis padanya.

“Hwang Soojung?”

Gadis itu mengangguk, “Senang kau masih mengingatku..”

Seorim sudah akan mengajak Soojung duduk di sebelahnya saat matanya tiba-tiba menangkap sesuatu yang tidak asing berada di genggaman gadis itu. Dua lembar golden tiket dengan cap masuk ‘Happy New Year’ yang sama persis dengan miliknya, “Tiket ‘Romantic Yacht’ spesial tahun baru?”

Hwang Soojung mengikuti arah pandangan Seorim pada tangan kanannya, “O..” angguknya dengan senyuman ramah, “Dan.. kau..” gadis itu ganti memperhatikan Seorim dan Junhyung bergantian, “Maksudku kalian, apa kalian juga salah satu pasangan yang mendapatkan tiket itu?”

Seorim mengangguk kecil.

Junhyung yang dilirik seperti tadi langsung buru-buru memakai topi baseball dan kacamata hitamnya, kemudian memalingkan wajah ke luar jendela cafetaria. Takut-takut gadis bernama Hwang Soojung itu akan mengenalinya sebagai seorang idol.

Tapi di luar dugaan, Soojung malah terkekeh geli melihat tingkah Junhyung, “Tidak perlu panik begitu. Kau tidak ingat, ya? Kita sudah pernah bertemu di drama musical Key beberapa bulan yang lalu, Junhyung-shi..”

Junhyung pelan-pelan kembali menoleh dan mengamati sosok Soojung dari balik kacamatanya, “Jinjja?”

Soojung mengangguk, dikuatkan pula dengan anggukan Seorim, “Tenang saja, aku bisa menyimpan rahasia..” ujar gadis itu sambil mengantupkan telunjuk dan ibu jarinya di depan mulut, seolah menguncinya.

“Kalau begitu, mulai saat ini dan selama wisata pesiar nanti, bisakah kau memanggilnya dengan ‘Yongie’ saja?” pinta Seorim tiba-tiba.

Hwang Soojung mengacungkan kedua ibu jarinya.

Seorim dan Junhyung saling berpandangan sebentar, kemudian tersenyum lega. Entah kenapa mereka merasa cukup percaya dengan gadis ini. Dan beberapa saat kemudian, mereka sudah duduk bertiga mengelilingi meja persegi di sisi utara cafeteria itu, menunggu sekitar satu jam lagi sebelum kapal pesiar mereka berlabuh.

“Omong-omong, siapa yang kau ajak bersamamu untuk wisata pesiar ini?” tanya Seorim kemudian.

“Kekasihmu?” tambah Junhyung.

Soojung mengangguk kecil, sedikit malu-malu.

“Lalu dimana dia sekarang?” Yong Junhyung tampak mengedarkan pandangannya ke sekeliling cafetaria.

“Jonghyunnie tadi kembali ke apartement sebentar, mengambil sesuatu yang tertinggal..” jelas Soojung, “Dia akan kembali sebentar lagi.”

Seorim hanya mengangguk-angguk kecil sambil menyesap kopinya yang sudah tak lagi hangat. Sementara Yong Junhyung agaknya tampak memikirkan sesuatu dari perkataan Soojung tadi. Siapa nama kekasih gadis itu?

Jonghyun?

Jonghyun siapa? Jonghyun Shinee? Jonghyun CNBlue?

Ahh… kenapa pemikirannya jadi mengarah pada idol-idol itu? Mungkin Jonghyun kekasih Soojung ini hanya satu dari sekian banyak pria bernama Jonghyun di Korea Selatan. Lagi pula nama itu cukup pasaran sekarang ini…

—-

“Ya! Kwan Nara! Aku sudah memilih kamar ini!”, Cho Kyuhyun dengan tanpa belas kasih menggulingkan tubuh Nara yang tengah bersantai di atas kasur salah satu kamar terbesar di dek utama kapal itu.

“Arghh..” gadis itu mengaduh kecil saat tubuhnya terjatuh di atas lantai kayu kapal. Ia meringis bangkit sambil melotot jengkel, “Yak! Kau tidak punya sopan santun ya, Cho Kyuhyun yang tampan?”

“Kau cari kamar lain saja, Kwan Nara sayang..” dengan tak acuh, Kyuhyun melipat tangannya ke belakang, menjadikan bisebnya sebagai bantalan tidur di atas kasur empuk yang kini dikuasainya, “Masih ada 9 kamar kosong di kapal ini.”

“Cishh.. enak saja. Kau pikir yang pewaris tunggal Kwan’s Motor Corp itu siapa, huh?” tantang Nara, gadis itu langsung melompat naik ke atas kasur dan menendang-nendang kaki Kyuhyun agar pria itu menyingkir.

“Yak! Aku ini kan calon suami pewaris tunggal Kwan’s Corp!” balas Kyuhyun, pria itu mencoba bertahan di atas kasur dengan memukul-mukul Nara dengan bantal yang berhasil digapainya.

Kwan Nara menyeringai sinis, “Jinjja? Memangnya aku mau menikah denganmu?”

Sepasang mata Kyuhyun membulat, “Memangnya kau tidak mau?”

“Ya Tuhan! Cho Kyuhyun-shi! Masih ada 7 pria yang lebih sempurna dari kau di luar sana yang masih bisa kunikahi!” cibir Nara,

‘BUGGHHH!!’

Dan dengan sekali tendangan keras, gadis itu akhirnya berhasil menggulingkan Kyuhyun dan merebut kasur kekuasaannya kembali. Kwan Nara menyeringai puas atas kemenangannya kali ini.

Cho Kyuhyun mendesis bangkit dan dengan sebal melongokkan kepalanya dari sisi tempat tidur, “Yak! 2PM itu sudah bukan 7 orang lagi!”

Nara mendelik tidak terima, “Mereka masih tetap 7 orang dengan Jaebum Oppa!”

“Jinjja?” tatapan Kyuhyun meremehkan.

Kwan Nara mngerucutkan mulutnya, matanya melotot tajam, tubuhnya bergetar, kedua tangannya sudah teljulur ke depan. Ia sudah bersiap bangkit untuk mencekik magnae Super Junior itu hingga urat lehernya putus,

“YAK!! KAU MAU KUBUNUH YA?”

Krreeekk…’

“Permisi, Nona mungil..” seorang lelaki berumur 50an dengan seragam biru menyeruak masuk kedalam kamar sambil membungkuk sopan. Salah satu pelayan pribadi keluarga Kwan yang bertugas dalam wisata pesiar ini itu menelan ludah, agak terkejut dengan pemandangan film horror di hadapannya.

Kwan Nara buru-buru menurunkan kedua tangannya, beranjak dari kasur sambil tersenyum kikuk, “Nde, ahjusshi?”

“Keempat pasangan yang memenangkan golden tiket pesiar bersama Nona dan Tuan muda akan memasuki kapal ini sebentar lagi..”

……………

……………………..

 

-To be Continued..-

HAPPY NEW YEAR!!! \^o^/

Oke, dari bahasa penulisan, kalian pasti tau dong siapa disini? Hehe..

Akhirnya walau pun belum bisa nerusin Junrim series karena kesibukan mahasiswa baru + lusa udah UAS aja ternyata ToT, bisa juga post sesuatu dan mengisi kekosongan author yang pada ilang dari peradaban *Icha Eonni terutama :p*

Dan bisa mengemban amanah dari Mute Eon untu mulai bersihin sarang laba-laba dan gumpalan debu yang udah pada nemplok di tiap sudut blog tercinta kita ini. hehe..

Buat MP’s staff semua, Icha & Mute Eon, Jungie, Ichel.. aku udah ijin sebelumnya ya buwat nggerakin tiap karakter kalian di project aneh coba-cobaku ini.. Big thx banget.. muachhh.. *kecup satu2*

Mian kalo ini agak keluar dari karakter Nara, Nayeon, Soojung & Namgyu. Hehe.. ^^V

Aku udah berusaha semaksimal mungkin, tapi ujung-ujungnya yang paling eksis ya Junrim juga #gubraaggg…

Thx buat Super Junior, B2ST, SHinee, EXO, Infinite, dan… (dan tiba2 saja aku pingin ngucapin big thx buat Block B, haha.. spesial buat Kim Yukwon yang membuat saya jatuh cinta dan patah hati dalam wakt bersamaan. Haha..) –> Makasih buat Ichel yang udah mau dengerin keluh kesahku tentang Block B. Haha..

Dan yang pasti, MAKASIH BANYAK buat SEMUA READERS MIRACLE PERFECTION yang selalu setia menunggu dan mendukung kami semua, yang selalu ngecekin blog, yang selalu bikin komen2 lucu & membangun.. ^^

1. Read

2. Comment

3. Like

4. We love u all..

SELAMAT TAHUN BARU 2013!!

HAPPY BIRTHDAY LEE SUNGMIN!! XD


{NamSoo} Only You

$
0
0

OY

Monday, 27thDecember 2011, 14:00 PM KST.

Somewhere in Seoul.

Bang Namgyu merapihkan file-file tugas miliknya yang akhirnya selesai setelah ia berkutat di dalam perpustakaan kota dari pagi yang ditemani oleh tumpukan buku-buku tebal dan tua penuh debu. Gadis berambut cokelat gelap itu mendorong pintu perpustakaan dan ia langsung disambut dengan keramaian kota Seoul di siang hari. Dengan cepat ia mengeluarkan ponsel berwarna hitam dari dalam saku jaket cokelat miliknya.

Setelah mengetik password, layar ponselnya menampilkan foto Mr. Huffish yang sedang tertidur ketika menunggu INFINITE perform. Seulas senyum terukir diwajah gadis tersebut. Beberapa detik setelah memandangi wallpaper ponselnya, telunjuknya menyentuh icon memopad.

“Hmm. Jam 14:25, berkunjung ke lokasi syuting Mr. Huffish,” ucap Namgyu yang masih terus menatap ponselnya.

Namgyu menghembuskan nafas pelan lalu berjalan menuju lokasi syuting drama Myungsoo yang kebetulan dekat dari perpustakaan. Lagi-lagi Namgyu menghela nafas berat.

Psh. Pria itu tidak mengerti kalau sebentar lagi akan ada ujian nasional. Ia malah menyuruhku menjadi asisten pribadi nya. That jerk,” gumam Namgyu. Sebenarnya ia bisa saja menolak perintah Kim Myungsoo namun ia sudah berjanji untuk tetap menjadi personal assistant Myungsoo.

Ketika ia sampai di lokasi, ia tidak menemukan Myungsoo. Biasanya tugas Namgyu hanya membawakan makanan atau minuman untuk Myungsoo atau sekedar menemani nya walaupun sudah ada manager oppa yang datang bersama pria itu. Merasa tidak menemukan pria yang ia cari, Namgyu memutuskan untuk pergi ke cafe yang kebetulan dekat dengan lokasi syuting.

Belum sempat ia memasuki cafe tersebut, ia menangkap sosok figur yang ia kenal. Itu adalah Kim Myungsoo namun ia tidak sendiri, ia ditemani oleh seorang gadis dengan rambut panjang berwarna cokelat terang. Namgyu ingat siapa gadis itu, bahkan ia sangat ingat. Gadis itu Seo Minjung. Apa yang sedang mereka bicarakan ?

Walaupun dari jauh, Namgyu dapat melihat mata Seo Minjung berkerlip setiap Myungsoo berkata sesuatu, menggambarkan seolah-olah dapat berbicara dengan Myungsoo adalah hal yang sangat menyenangkan baginya. Sedangkan Myungsoo tidak menunjukkan rasa tertarik sedikit pun walaupun kadang-kadang Namgyu dapat menangkap pria itu diam-diam memperhatikan gadis yang ada di hadapan nya ketika perhatian Seo Minjung tidak padanya.

Sedih ? Kecewa ? Marah ? Entah apa yang Namgyu seharusnya rasakan. Namun yang ia yakin akan satu hal yaitu ia tidak suka dengan pemandangan yang ia lihat saat ini. Mungkin ia sudah terlalu lama berdiri di sebelah cafe itu sambil menatap kedua pasang itu sampai ia tidak menyadari seseorang telah berdiri disampingnya.

“Hm. Lebih baik kau hampiri Myungsoo dan sapa dia. Aku yakin ia akan senang melihat kau datang kesini,” ucap sebuah suara dengan satoori yang khas dari arah sebelahnya.

Otomatis, Namgyu segera menoleh dan terhenyak ketika mendapati seseorang yang ia kenal. “Kim Minseok-ssi!” Bisiknya kaget pada pria bertubuh kecil yang dikenal sebagai Seo Kyungjong di drama ‘Shut up! Flower Boyband’ yang berperan sebagai teman satu band Myungsoo.

Kim Minseok tertawa pelan melihat reaksi kaget dari Namgyu. “Pergilah kesana,” ulangnya lagi.

Namgyu memiringkan kepala nya dengan heran. Minseok menoleh kearah dua pasang yang masih berbincang tanpa menyadari dua orang tengah memandangi mereka. “Apa maksudmu ? Aku tidak ingin menganggu pembicaraan mereka.”

“Kau suka dengan Myungsoo ‘kan ? Makanya kau melihat mereka dengan tatapan seperti itu,” ucap Minseok dengan yakin. “Jadi, hampiri dia dan alihkan perhatian Myungsoo dari gadis itu!”

Gadis berambut cokelat itu segera menggelengkan kepala nya dengan cepat. “Aniyo! Aku.. Aku tidak suka pada Myungsoo,” bantah nya.

Minseok mengangkat bahu nya ringan. “Well, okay. Tapi, aku sering melihat Myungsoo menatapmu dengan tatapan yang bisa membuat semua gadis meleleh. Yaah, mungkin kau tidak menyadari nya, tapi aku yang melihatnya menyadari hal itu.”

Namgyu menghembuskan nafas pelan entah untuk keberapa kali nya di hari ini. Ia memasukkan kedua tangan nya kedalam saku jaketnya untuk menghindari dingin nya udara musim dingin saat ini. Ia menoleh kearah pria dihadapan nya sedangkan Minseok terlihat bingung. Namgyu tersenyum tipis lalu mengalihkan pandangan nya kearah Myungsoo dan Minjung.

“Kim Myungsoo. Pria itu.. Masih belum bisa melupakan gadis itu seutuhnya. Aku.. Aku tidak mau membuatnya tambah bingung dengan perasaan nya.”

….

Friday, 31stDecember 2011, 14:00 PM KST.

Seoul of Performing Arts High School.

 “Jadi kau masih menjadi asisten pribadi L oppa ?” Tanya gadis dengan rambut cokelat terang sebahu. Ia sibuk mengunyah bibimbap tanpa mempedulikan pandangan aneh dari sahabatnya.

Bang Namgyu memandang sahabatnya dengan aneh lalu menunjuk sahabatnya dengan sumpit nya. “Kim Hyunjae! Habiskan makanan mu dulu baru bicara! Aish. Jorok sekali kau ini,” omel Namgyu sambil mengibas rambut nya.

Alih-alih meminta maaf atau menuruti ucapan sahabatnya, Hyunjae malah mejulurkan lidahnya -berusaha meledek Namgyu. Melihat kelakuan kekanak-kanakan nya Hyunjae, Namgyu mendecak kesal lalu kembali fokus memakan makan siangnya.

“Ah, bagaimana dengan bias baru mu itu, hah ? Byun.. Baekhyun ?”

Mendengar nama Baekhyun, mata Hyunjae langsung bercahaya dan tersenyum lebar, saking lebarnya sampai-sampai Namgyu bergidik melihatnya.

“Aaah! Jinjja! Byun Baekhyun! Namja itu sangaaaaat menganggumkan. Marvelous!” Ucap Hyunjae dengan nada fangirl nya.

Namgyu memijat pelipis nya ketika mendengar sahabatnya kembali spazzing tentang Byun Baekhyun. “Hyunjae’s fangirl side. Mode: On. Bad timing.”

Belum sempat Namgyu berteriak untuk menghentikan sahabatnya yang masih terus memuja pria bernama Byun Baekhyun tanpa henti, salah satu teman sekelas nya menghampiri mereka. Gadis berambut cokelat gelap itu mendongakkan kepalanya dengan pandangan penuh tanya.

Waegeurae Kyungmi-ah ?”

“Namgyu-ah, ada seorang pria yang sedang mencarimu!”

Nugu ?”

Molla~ Sebaiknya kau temui saja sepulang sekolah. Ia bilang ia akan menunggumu.”

Namgyu memiringkan kepala nya sambil berpikir siapa pria yang dimaksud Kyungmi. Ia mengalihkan pandangan nya kearah jam tangan putih yang melingkar di pergelangan tangan nya. Pukul 2 siang, ia sebenarnya masih ada kegiatan club yang kemungkinan ia akan pulang sore. Apa orang itu mau menunggu selama itu ? Dengan perasaan heran ia melanjutkan makan siang nya sambil berusaha menghiraukan ocehan sahabatnya.

Pukul 2 lewat 20 menit. Namgyu berjalan bersama Hyunjae di koridor menuju ruangan club mereka. Teringat dengan ucapan Kyungmi sebelumnya, Namgyu menghentikan langkahnya dan berpikir sejenak. Sahabatnya ikut berhenti dan menatapnya heran.

Apa orang itu masih menungguku ? Bagaimana kalau ini hal penting ?

Setelah berpikir cukup lama, ia akhirnya memutuskan pilihan nya. Ia segera menoleh kearah Hyunjae yang masih menatapnya heran. Namgyu tersenyum sekilas sebelum ia menepuk pundak gadis yang ada dihadapan nya.

“Hyunjae-ya! Aku harus pulang dulu, tolong bilang pada ketua aku tidak bisa datang. Gomawo!

Dengan itu ia segera berlari keluar area sekolah. Samar-samar ia dapat mendengar seseorang berteriak padanya.

Rule #12, jangan berlari di koridor!”

Namgyu menoleh sebentar dan mendapati Ricky yang tersenyum puas.

“YOO CHANGHYUN!”

Rule #15, dilarang berteriak di koridor!”

What the– Sejak kapan ia ingat peraturan sekolah ?!

Setelah sampai di gerbang utama sekolahnya, Namgyu menemukan seseorang yang ia kenal tengah bersandar di dinding dengan mata tertutup. Ia menyadari sesuatu yang berbeda dari pria itu. Sejak kapan ia mengubah warna rambutnya menjadi biru ?

“Choi Jinseok!”

Pria yang dipanggil membuka matanya lalu tersenyum dan melambaikan tangan nya. Namgyu yang tidak dapat mengendalikan dirinya ketika berlari, hampir saja menabrak pria tersebut. Untung saja Jinseok refleks menghentikan gadis itu dengan menggenggam kedua lengan gadis itu.

tumblr_mczxaodzw91qaeqimo1_500

Be careful,” tutur pria tersebut.

Opps. Sorry!”

Mereka berdua mulai berjalan keluar dari area sekolah. Namgyu menyentuh rambut biru Jinseok yang tampak bersinar dibawah terik matahari.

“Sejak kapan rambutmu jadi biru ?” Tanya Namgyu memulai pembicaraan.

Jinseok menyentuh rambutnya ketika Namgyu menurunkan tangan nya dari rambutnya. “Ah. Beberapa jam yang lalu.”

Namgyu mengangkat kedua alisnya. “Jadi, kau datang kesekolahku hanya untuk menunjukkan rambut baru mu ini, hah ?” Ucap Namgyu tidak percaya. “Aku kira ada hal yang penting.”

“Hei! Setidaknya berikan sebuah pujian untukku dan rambut baruku,” cibir Jinseok yang kelihatan sedikit tidak terima karena Namgyu menganggap rambut barunya adalah hal yang tidak penting.

Ah. Arraseo. Uwaaah~ Kau semakin tampak tampan, Seokkie~”

Eish. Kau sama sekali tidak tulus mengatakan nya.”

“Yang penting aku sudah mengatakan nya. Kau tau, rambutmu jadi seperti ice cream.”

“Terserahmu saja.”

Beberapa menit mereka berjalan dengan tidak ada salah satu dari mereka yang berminat untuk memecahkan keheningan. Bagi mereka ini bukan suasana yang canggung melainkan terasa nyaman. Jinseok menoleh kearah gadis yang ada disebelahnya.

“Oh. Tujuanku datang ke sekolahmu itu bukan untuk menunjukkan rambut baruku.”

“Jadi ?”

“Aku ingin mengajakmu keliling Seoul. Tenang saja, aku yang traktir! Bagaimana ?”

Ah~ Jadi kau mau mengajakku date ‘kan, Seokkie ?”

“E-Eh ? A-Apa kau sudah gila ?!”

Eii. Akui saja kalau kau sedang mengajak gadis cantik disebelahmu ini untuk date.”

“Bang Namgyu, kau ini berisik sekali ya.”

Aigoo~ Uri Seokkie tersipu malu~”

….

INFINITE’s Dance Practice Room.

I’m doom, Sungyeol-ah,” Myungsoo menundukkan kepala lemah, aura  disekitarnya berubah menjadi gelap dan berat.

Pria bertubuh tinggi berjalan menghampirinya lalu duduk disebelah Myungsoo. Ia meneguk sebotol air mineral yang ada di tangan nya sampai habis. Pria tersebut mendecak heran ketika melihat sahabatnya masih terlihat murung.

“Sebenarnya apa yang terjadi ?” Tanya Sungyeol yang setidaknya berusaha membantu meringankan beban Myungsoo.

Myungsoo mendongakkan kepalanya kearah Sungyeol dengan mata berbinar. “Namgyu melihat aku sedang berbicara dengan Minjung. Bagaimana ini ?”

Raut wajah Sungyeol berubah menjadi tidak senang. “Seo Minjung ? Kau masih berhubungan dengan gadis itu?”

Melihat Myungsoo hanya menganggukan kepalanya, Sungyeol mendesis kesal. Semenjak gadis itu memutuskan Myungsoo dengan alasan yang tidak masuk akal, Sungyeol menjadi sangat tidak suka dengan gadis itu. Ia membenci gadis itu karena sempat mengubah sahabatnya menjadi pria yang murung, terlalu sensitif dan mudah marah.

“Dasar bodoh,” gumam Sungyeol.

“Mau bagaimana lagi, ia sendiri yang mengatakan bahwa ia ingin bertemu denganku.”

“Kenapa tidak kau tolak saja ?”

“…”

“Aku tahu, kau tidak tega menolaknya ‘kan ?”

“Bukan begitu..”

“Jangan bilang kau masih menyukai nya. Aigoo.”

Myungsoo dengan cepat menggelengkan kepalanya. “Aku sudah tidak memiliki perasaan apa-apa lagi untuk Seo Minjung. Sekarang, aku hanya menyukai Bang Namgyu, hanya dia. Tidak ada yang lain.”

Sungyeol menatap sahabatnya dengan tatapan cukup terkesan. “Woah. Aku tidak menyangka bahwa kau bisa begini frontal soal perasaanmu.”

Sang visual terkekeh pelan, namun raut wajahnya kembali cemberut.

“Tapi, aku khawatir, dengan Namgyu melihat aku berbicara dengan Minjung waktu itu, kemungkinan untuk ia menerima perasaanku akan semakin menurun menjadi 0,0001%”

….

Game Centre, Seoul.

“Wohooo! Score-ku lebih besar darimu. Aku menang~” Namgyu menjulurkan lidahnya sambil tersenyum puas melihat pria yang ada dihadapan nya terlihat kesal.

Jinseok mendecak heran sambil menggelengkan kepalanya. “Itu semua karena tadi aku tidak terlalu fokus memperhatikan layar nya,” balas Jinseok membela diri.

Namgyu menganggukan kepalanya, tidak peduli dengan alasan yang dibuat Jinseok. Ia melihat sekeliling nya sambil tersenyum lebar.

“Yongguk oppa dan yang lain nya pasti akan senang jika datang kesini,” gumamnya pelan, membayangkan reaksi setiap para member B.A.P yang tidak sabar ingin bermain. Apalagi Zelo dan Jongup, mereka pasti akan sangat senang.

Tiba-tiba saja ia merasa seseorang menjitak kepalanya dengan pelan. Matanya menangkap Jinseok yang menatapnya dengan pura-pura terlihat marah. Ia mendecak pelan lalu menggembungkan pipinya kesal.

“Sekarang kau sedang denganku, jadi jangan pikirkan pria lain.”

“Ah! Jadi uri Seokkie ini jealous, hah ? Aigoo. Sudah kuduga. Kau itu memang sudah jatuh pada pesonaku ini.”

“Bang Namgyu, kau ini memang sangat berisik ya.”

“Ah. Aku lapar. Kau yang traktir ‘kan ?”

“Ya, ya, ya. Semuanya terserahmu, Namgyu-nim.”

“…dan sekarang kau memperlakukanku seperti aku adalah majikanmu.”

“Nammie~ Berhenti membuatku kesal!”

Setelah beberapa menit berdebat tanpa henti, akhirnya kedua pasang itu menghentikannya ketika makanan mereka tiba. Namgyu dan Jinseok menatap Jajangmyun yang kini ada dihadapan mereka. Sebelum Namgyu sempat meraih sumpit untuk segera melahap makanan itu, Jinseok menghentikan nya.

“Nammie-ah, bagaimana kalau kita bermain game ?” Usul Jinseok dengan senyuman khasnya.

Gadis berambut cokelat gelap itu terlihat sedikit kesal karena di ganggu. Namun, ia juga sedikit tertarik setelah mendengar kata game dari Jinseok. “Game ?”

“Yup! Siapa yang bisa menghabiskan Jajangmyun paling banyak, dialah pemenangnya.”

Call! Call! Yang kalah akan mendapatkan ttakbam, bagaimana ?” Namgyu mengangkat kedua alisnya.

Jinseok menganggukkan kepalanya dengan mantap. “Baiklah! Nammie-ah, bersiaplah menerima ttakbam milikku yang sangat kuat!”

….

3 mangkuk..

5 mangkuk..

7 mangkuk..

Jinseok mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan jika yang terjadi dihadapannya adalah nyata. Beberapa pelayan cafe disitu juga ikut menatap gadis yang tengah asik menyantap suapan terakhir miliknya dengan lahap. Namgyu meletakkan sumpit nya lalu tersenyum manis.

Ah~ I’m full!”

Daebak! Nammie-ah, kau menghabiskan 7 mangkuk Jajangmyun tanpa masalah. Aku saja hanya sanggup 5 mangkuk,” gumam Jinseok yang masih terheran-heran.

Gadis yang dipuji tersenyum dengan bangga. “Tentu saja! Kalau begitu aku yang menang ‘kan ?”

“Tapi monster memang biasanya makan banyak sih,” bisik Jinseok pelan yang sayangnya ditangkap dengan jelas oleh pendengaran Namgyu yang cukup tajam.

Alih-alih menyerang pria tersebut seperti yang biasanya ia lakukan, Namgyu hanya menatapnya sinis. Ia setidaknya harus bersikap sedikit baik karena bagaimanapun juga Jinseok yang akan membayar makanan nya ini.

Setelah Jinseok membayar semua pesanan mereka, kedua pasang tersebut berjalan keluar dari cafe tersebut. Namgyu menggenggam lengan Jinseok secara tiba-iba, membuat pria tersebut sedikit terkejut.

Waegeurae ?”

“Kau belum menerima ttakbam dariku!”

Jinseok mendesah karena ternyata gadis itu masih mengingat perjanjian game yang ia buat. Ia tidak menyangka bahwa gadis tersebut dapat mengalahkan nya dalam hal makan. Benar-benar aneh.

Aish. Yasudah, cepatlah,” protes Jinseok sedangkan Namgyu terkekeh puas dan bersiap untuk menyentil kening pria tersebut. Jinseok menutup matanya rapat-rapat, menunggu rasa sakit yang akan ia terima.

‘TAK’

Jinseok segera mengusap keningnya yang sakit luar biasa sambil meringis sedangkan Namgyu tertawa puas.

YA! KENAPA KAU MEMUKULKU SANGAT KUAT ?!”

“Karena aku melakukannya dengan penuh cinta ?”

“Bang Namgyu! Berhenti bercanda!”

 ….

Jinseok dan Namgyu berhenti melangkah ketika mereka tiba di depan dorm B.A.P. Awalnya, ketika Namgyu mengatakan bahwa ia harus menemui oppa nya dan Jinseok menawarkan diri untuk mengantarnya yang tentu saja Namgyu menolaknya karena tidak mau merepotkan. Gadis itu mengira pria tersebut akan menurutinya. Namun, tak disangka justru Jinseok tetap  ingin mengantarnya dengan alasan ‘Ini sudah malam, tidak baik seorang gadis berjalan sendirian.’ Namgyu sedikit heran. Sejak kapan Choi Jinseok menjadi seorang gentleman ?

Namgyu memiringkan kepalanya dengan heran ketika ia melihat sosok figur yang ia kenal dengan seorang gadis. “Seokkie, bukankah itu Daehyun ?”

Yang ditanyai justru sibuk memainkan rambut cokelat Namgyu, ia menoleh sekilas sebelum kembali pada kegiatan nya yang Namgyu tidak pedulikan sama sekali.

Eo. Siapa yeoja disebelahnya ya ? Kekasihnya ?”

“Itu dia! Aku tidak tau, apakah kita mengganggu jika menghampiri mereka ?”

Jinseok berhenti memainkan rambut Namgyu. “Well, gadis nya sudah pergi,” ucap Jinseok.

Mereka pun berjalan menghampiri Daehyun yang masih belum menyadari kehadiran mereka. Namgyu diam-diam menyelinap di belakang pria tersebut dan dalam hitungan detik –setelah mendapat sinyal ‘OK’ dari Jinseok, ia menyentuh pundak Daehyun dengan kuat, membuat pria tersebut terlonjak kaget.

Goma agashi!”

Alih-alih mendengarkan ocehan Daehyun, kedua pasang itu tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi Daehyun yang terlihat sangat lucu ketika terkejut.

Setelah beberapa detik, akhirnya tawa mereka reda. Namgyu mengatupkan kedua tangan nya didepan wajahnya dengan senyuman jahilnya.

“Maaf Matokki!”

“Yup. Kami hanya bercanda, Daehyun-ah.”

Pria yang menjadi korban kejahilan kedua makhluk itu hanya dapat pasrah dan menerima permintaan maaf mereka.

“Kalau begitu, aku pulang dulu, Nammie-ah. ‘Kan sudah ada Daehyun yang menemanimu,” pamit Jinseok sambil mengacak-acak tatanan rambut Namgyu yang tadi ia mainkan.

Namgyu menggembungkan pipi nya kesal. “Seokkie, kau ini memang mempunyai hobi merusak rambutku, hah ?”

Jinseok hanya tertawa sebagai balasan, ia pun menoleh kearah Daehyun yang juga menatapnya. “Daehyun-ah, jaga Namgyu ya,” tutur Jinseok dengan santai yang langsung disambut dengan ocehan Namgyu lagi.

“Hei! Memangnya aku ini anak kecil apa, harus dijaga segala.”

“Tenang saja, Jinseok-ah.”

Dengan itu Jinseok berbalik badan dan berlari menjauh.

Seolah sesuatu membisikkan hal yang dilupakan nya, Namgyu segera menoleh kearah Daehyun yang kini sudah berjalan duluan. Namgyu berlari mengejarnya dan berjalan disamping pria tersebut. Daehyun yang  seolah merasakan gadis yang disebelahnya ingin mengatakan sesuatu, menoleh dengan senyuman khasnya yang mampu membuat para gadis tergila-gila padanya.

“Ada apa ? Kau ingin mengatakan sesuatu ‘kan ?”

Namgyu mengerjapkan matanya berkali-kali lalu tersenyum samar. “Iya, bagaimana kau bisa tau ?”

Daripada menjawab pertanyaan tersebut, Daehyun malah tersenyum lagi.

“Ah! Tadi itu siapa ? Yeoja yang bersamamu tadi ? Kekasihmu ?”

Mendengar pertanyaan Namgyu, warna wajah Daehyun berubah memerah membuat Namgyu semakin yakin dengan tebakan nya. Gadis itu terkekeh pelan, puas dengan reaksi pria disebelahnya. Mereka pun berhenti ketika sampai didepan pintu dorm. Daehyun membuka pintu yang langsung disambut oleh sang visual. Himchan berlari dan segera memeluk Namgyu.

Baby doll! Akhirnya kau datang juga. Aku sangaaaat merindukanmu~ Kau tau tidak, aku selalu memikirkanmu.”

Zelo muncul dari belakang Himchan dengan semangkuk popcorn dipelukan nya. “Himchan hyung bohong, noona. Baru saja tadi ia memuja-muja girl group yang muncul di music show.”

Himchan segera melepaskan pelukan nya dari Namgyu dan menyorotkan tatapan tajam pada maknae yang tengah tersenyum kaku padanya.

“CHOI JUNHONG!”

Battery dead!”

Dengan itu, Zelo segera berlari yang langsung di ikuti dengan Himchan yang terlihat sangat kesal.

Namgyu hanya mendecak heran sambil memasuki dorm yang di ikuti dengan Daehyun setelah menutup pintu. Pandangan Namgyu segera menangkap sosok Youngjae yang tengah berdiri sambil melipat kedua tangan nya di depan dada. Pria itu menatapnya dengan senyuman menyindir. That jerk. Selalu bertingkah high and mighty.

“Yo, servant. Lama tidak bertemu.”

Aish. Sudah kubilang, aku ini bukan budakmu, Yoo Youngjae!”

“Ah, dwasseo. Kenapa kau telat datang ? Habis darimana ?”

Belum sempat Namgyu menjawab pertanyaan dari Youngjae, Daehyun memotongnya, “tadi sepertinya ia habis date sama Jinseok.”

Youngjae mengangkat salah satu alisnya dengan pandangan tidak percaya. “Jadi kalian… ?”

Namgyu buru-buru melambaikan kedua tangan nya sebagai jawaban. “Tidak, tadi kebetulan ia sedang ingin mengajakku jalan-jalan,” jawab Namgyu sedikit tidak yakin. Sebenarnya ia juga heran kenapa Jinseok tiba-tiba menjemputnya ke sekolah dan mau menunggu lama. Yang ia tahu, Jinseok itu benci menunggu.

Youngjae yang sepertinya tidak merasakan ketidakpastian didalam suara Namgyu, hanya menganggukan kepalanya dan berbalik untuk kembali menonton TV.

“Oh, sudah kuduga. Maksudku, Jinseok yang flower boy itu tidak mungkin tertarik pada gadis sepertimu.”

Mendengar hal itu, Namgyu segera berlari menghampiri Youngjae yang masih tidak sadar bahwa dirinya akan diserang oleh seekor singa yang mengamuk.

“YOO YOUNGJAE! TARIK UCAPANMU KEMBALI!”

“AWW! SAKIT! YA! BANG NAMGYU LEPASKAN TANGANMU DARI RAMBUTKU SEKARANG JUGA!”

“TIDAK AKAN SEBELUM KAU MENARIK UCAPANMU KEMBALI!”

‘BRAK’

Pintu kamar Yongguk terbuka dengan hentakan cukup kuat sehingga membuat Namgyu dan Youngjae yang ingin saling membunuh satu sama lain, Himchan yang masih terus mengejar Zelo dengan Jongup sibuk memperhatikan kedua pertengkaran hebat dihadapan nya ditemani semangkuk popcorn milik Zelo sebelumnya atau Daehyun yang berusaha melerai pertengkaran Youngjae dan Namgyu, langsung menghentikan kegiatan mereka.

“Kenapa berisik sekali sih ?!” Tanya Yongguk dengan nada yang sangat kesal karena tidur nya diganggu.

Namgyu menunjuk Youngjae dengan kesal. “Yongguk oppa! Youngjae mengataiku gadis yang bahkan tidak pantas disukai oleh Jinseok yang menurutnya flower boy itu. Tentu saja aku kesal!”

“Hey! Aku tidak bilang seperti itu!” Ucap Youngjae tidak terima.

“Setidaknya itu memiliki arti yang sama!”

Yongguk menghela nafas berat. “YOO YOUNGJAE! BERANI NYA KAU MENGHINA ADIK PEREMPUANKU SATU-SATUNYA!”

Dengan itu, keributan di dorm tersebut kembali terjadi seperti yang terjadi pada hari-hari sebelumnya. Daehyun menggelengkan kepalanya lalu berjalan kearah kamarnya, tidak ingin ikut campur dalam pertempuran yang terjadi dihadapan nya.

….

Monday, 23rdJanuary 2012, 06:15 PM KST.

Bang’s residence, Seoul.

“AAAAH! OPPA, AKU BENCI KAU!”

Namgyu menuruni tangga sambil berteriak kesal, ia sudah tampak rapi dengan seragam lengkap. Kemeja putih dengan kerah berwarna biru tua, sebuah pita berwarna senada bercorak bintang berwarna kuning melingkar dilehernya, ditambah lagi dengan sweater berlengan panjang berwarna kuning dengan lambang SOPA di dada sebelah kiri dan dilengkapi dengan rok pendek sedikit di atas lutut berwarna biru tua terlihat sangat cocok pada gadis itu.

Ia segera menggantungkan jas berwarna kuning serta ransel putih nya di kursi yang ia duduki. Ia melahap sarapan nya dengan kesal sambil menatap sinis pada pria yang ada dihadapan nya. Pria yang ditatap tidak memedulikan nya dan tetap sibuk meniup black coffee dihadapan nya.

tumblr_m5xf7zH3pK1rz7z7ho1_400

“Kenapa pagi-pagi sudah berisik ?” Tanya suara halus milik sang Eomma tercinta, Cho Nami.

Namgyu meneguk segelas susu putih hangat kesukaan nya lalu menatap Nami sambil mencibir.

“Yongnam oppa! Ia mengubah waktu jam weker-ku menjadi 30 menit lebih cepat. Aku pikir aku akan telat!”

Bang Yongnam adalah oppa Namgyu selain Yongguk, ia dan Yongguk adalah saudara kembar dengan wajah yang hampir sangat mirip. Well, mereka benar-benar sangat mirip, dari kejahilan mereka sampai sikap over-protective mereka terhadap Namgyu. Satu hal yang dapat membedakan mereka adalah hal yang mereka suka. Yongguk menyukai hip hop sedangkan Yongnam lebih menyukai genre rock, Yongguk seorang underground rapper sedangkan Yongnam seorang penyanyi rock.

Yongnam mengalihkan pandangan nya dari secangkir black coffee yang sedari tadi sibuk ia tiupi. “Well, aku hanya tidak ingin adik perempuan kesayanganku ini telat dihari kau leakukan ujian nasional,” ucapnya tanpa beban yang kembali fokus pada secangkir minuman dihadapan nya.

“Tapi tidak usah segitu nya! Oppa ‘kan bisa membangunkan ku saja!” Protes Namgyu yang masih belum bisa menghilngkan rasa kesal nya.

“Dan mendapatkan timpukan-timpukan bantal darimu ? Aku tidak mau membangunkan singa yang sedang tertidur,” jawab Yongnam tanpa mengalihan pandangan nya.

Dan dengan itulah, perdebatan di keluarga Bang yang terjadi setiap pagi dimulai.

Bang Yonghae, Appa tercinta mereka melipat koran yang sedari tadi ia baca. “Mereka mulai lagi,” komentar Yonghae dengan senyuman samar.

Nami ikut tersenyum. “Kalau ada Yongguk, pasti akan lebih berisik dari ini,” balasnya sedikit memikirkan putra nya yang sudah tidak tinggal bersama mereka lagi.

Sebenarnya kedua orang tua mereka tidak pernah suka jika anaknya tertarik pada hal berhubungan dengan musik. Namun, mau bagaimana lagi, kedua putra mereka sangat tertarik dengan musik dan juga putri mereka satu-satunya juga tertarik dengan musik dan akting.

Setelah menikmati sarapan yang diselingin dengan kebiasan berdebat dengan oppa nya, Namgyu mengenakan jaket berwarna kuning dengan lambang SOPA yang lalu di lapisi lagi dengan jaket lain nya berwarna hitam. Ia kemudian menyandangkan ranselnya setelah selesai memakai sepatu.

“Namgyu berangkat sekolah dulu!”

Setelah berpamitan dengan kedua orang tua nya dan Yongnam, Namgyu keluar dan menutup pintu pagar rumah dengan pelan. Udara masih terasa dingin. Ia terhenyak untuk sesaat lalu kemudian mengerjapkan matanya berkali-kali.

Sedang apa pria itu disini ? Apakah aku sedang berimajinasi ?

Kini, dihadapan gadis itu tengah berdiri seorang pria yang sangat ia kenal, walaupun hampir seluruh wajah nya ditutupi oleh syal hitam yang ia pakai dan beanie hitam.

Mr. Huffish!”

Namgyu berjalan mendekati pria yang masih berdiri bersandar disamping pagar rumah keluarga Bang. Myungsoo menatap Namgyu dengan senyuman manisnya. Ia meraih jaket yang dipakai oleh Namgyu dan membenarkan posisinya serta memastikan apakah Namgyu terasa hangat dan nyaman.

“Kenapa kau ada disini ? Dan sepagi ini..”

“Aku ingin mengatakan semangat dalam mengerjakan ujian nasional mu nanti.”

“…”

“Kenapa ? Hari ini kau akan ujian nasional ‘kan ?” Myungsoo memiringkan kepalanya heran ketika tidak mendapat respon dari Namgyu.

Namgyu menganggukkan kepalanya pelan. “Iya, tapi kau datang kesini hanya untuk mengatakan itu ? Kau ‘kan bisa mengatakan nya lewat sms atau telepon.”

“Ah, itu..” Myungsoo mengusap kedua tangan nya dengan senyuman sedikit malu. “Aku ingin mengantarmu ke sekolah,” lanjut Myungsoo dengan mantap yang langsung dtanggapi dengan tatapan kaget dari Namgyu.

Myungsoo meraih tangan Namgyu lalu menggenggam nya dengan erat dan membawa nya pergi, sedangkan Namgyu tidak berusaha melepaskan genggaman tangan Myungsoo yang terasa hangat dan nyaman. Ia sangat suka ketika Myungsoo menggenggam tangan nya.

“Tapi, apa tidak apa-apa kau mengantarku ke sekolah ? Maksudku, bagaimana dengan schedule mu ?” Tanya Namgyu sedikit khawatir menganggu waktu Myungsoo.

Myungsoo mengalihkan pandangan nya pada Namgyu sambil tersenyum kecil. “Aku akan selalu ada waktu jika itu berarti aku bisa menghabiskan waktu itu bersama mu, Wonsungi,” jawab Myungsoo dengan senyuman manisnya.

Mendengar perkataan Myungsoo, wajah Namgyu seketika memerah. Sial, sejak kapan Myungsoo menjadi sweet talker begini ? Apa Woohyun yang mengajari nya ?

“Jangan bercanda,” ucap Namgyu pelan namun Myungsoo hanya tersenyum.

Namgyu hanya berdeham lalu mengalihkan pandangan nya ke arah lain dengan gugup. Di sisi lain, Myungsoo terlihat sangat tenang, ia mengalihkan pandangan nya ke depan dengan senyuman khas nya menghiasi wajah tampan nya lalu mengeratkan genggaman nya.

Akhirnya mereka tiba di gerbang SOPA, beberapa murid sudah tiba disekolah. Namgyu menoleh pada Myungsoo dengan senyuman khas nya yang menunjukkan eye-smile miliknya.

Gomawo sudah mau meluangkan waktu untuk mengantarku kesini, Mr. Huffish.”

Myungsoo terkekeh pelan. “Sudah kubilang, aku akan selalu ada waktu untukmu, Wonsungi. I’ll cherish every moment I had with you.”

Namgyu menggembungkan pipinya sebal. “Ya! Mr. Huffish. Bisakah kau berhenti bersikap ‘too romantic’ ?”

Myungsoo tertawa melihat ekspresi sebal gadis yang ada dihadapan nya sambil menepuk-nepuk puncak kepala gadis itu dengan lembut. Ia mencondong tubuhnya agar menyamai tinggi nya dengan gadis tersebut. Namgyu menatap Myungsoo heran –tidak mengerti apa yang ingin Myungsoo lakukan. Yang pria tersebut lakukan selanjutnya justru membuat seakan jantung Namgyu berhenti detik itu juga. Myungsoo mengecup kening Namgyu dengan lembut lalu ia tersenyum.

“Semangat, kau pasti bisa, Bang Namgyu.”

Dengan itu, ia berbalik badan dan meninggalkan Namgyu yang masih diam terpaku di tempat ia berdiri. Perlahan jemarinya menyentuh tempat dimana Myungsoo mengceup nya. Namgyu menggelengkan kepala nya –berusaha untuk menjernihkan pikiran nya. Ini sudah kedua kali nya Myungsoo melakukan hal ini dan ia selalu berakhir tidak dapat berkata apa-apa.

“Ah! Apa yang aku pikirkan ? Bang Namgyu kau masih ada tes yang sangat penting!”

Ketika ia berjalan menelusuri koridor menuju kelas nya, seseorang menepuk pundak nya. Ia tidak perlu menoleh lagi karena ia tau siapa orang itu. Kim Hyunjae, sahabat setia nya itu.

“Namgyu-ah, tadi aku melihat kau bersama seorang namja di depan gerbang sekolah. Siapa dia ? Kekasihmu ?” Tanya Hyunjae penuh dengan rasa penasaran.

Namgyu segera membantahnya.

Eiii. Jangan bohong~ Aku melihat dia mencium keningmu. Waah. So sweet~” Ucap Hyunjae dengan menggoda.

Aish. Diam kau.”

“Ah! Namgyu-ah, kau tidak gugup ? Sebentar lagi kita ‘kan akan tes.”

“Tentu saja aku sangat gugup! Aku khawatir nilaiku sangat buruk.”

Eiii. School president, sejak kapan kau jadi sepesimis ini ? Semangat!”

Tiba-tiba saja ia ingat dengan ucapan Myungsoo tadi.

‘Semangat, kau pasti bisa, Bang Namgyu.’

Namgyu menganggukkan kepala nya dengan mantap sambil tersenyum penuh dengan keyakinan. Yup! Kau pasti bisa, Bang Namgyu!

….

After school.

Namgyu berjalan gontai dengan kepala ditundukkan, ia sudah berusaha sebisa nya dalam tes penting hari ini. Namun, tetap saja ia tidak yakin dengan hasil akhir nya. Ia tidak pernah sepesimis ini seperti yang di katakan oleh Hyunjae tadi pagi. Namgyu sudah berusaha untuk tetap fokus dan berpikir positif namun ia masih merasa terbebani dengan bayangan keluarganya –terutama kedua orang tua nya, kecewa dengan nilai nya yang tidak memuaskan dan terlalu berharap banyak pada diri nya.

Poritive thinking. Harus,” gumam gadis itu pada diri nya sendiri.

Dengan itu, ia kemudian berjalan dengan lebih percaya diri. Namun, ia menghentikan langkah nya ketika ia mendengar seseorang memanggil nama nya.

“Bang Namgyu ?”

Seorang gadis kini tengah berdiri dihadapan nya, ia kenal siapa gadis itu. Rambut cokelat nya yang panjang di kepang satu ke samping tidak terlalu rapih. Ia mengenakan kemeja putih berlengan panjang dengan skinny jean berwarna krem dan sebuah tas cokelat di genggaman nya. Ia tampak cantik walaupun dengan style yang sederhana.

tumblr_m7mjgrLdwI1rahjuto1_500_large

“Ah. Seo Minjung.”

Minjung tersenyum kecil. “Apakah kau keberatan jika kita berbicara sebentar ?”

….

Cafe in Seoul.

Hening.

Kedua yeoja yang tengah duduk di sebuah cafe yang cozy dan hangat, sama sekali tidak berniat untuk memecahkan suasana canggung disekitar mereka. Well, bagi Namgyu susasana ini sangat canggung. Ia tidak mengerti kenapa Seo Minjung ingin berbicara dengan nya. Apa yang ingin ia bicarakan ? Apa mengenai Mr. Huffish ?

Perlahan, Namgyu menyeruput Caramel Machiatto milik nya dengan kedua mata nya sibuk menerawang langit-langit cafe tersebut.

Akhirnya Minjung membuka mulutnya untuk memulai pembicaraan. “Aku mengajakmu kesini untuk meminta maaf karena aku terkesan kasar di hari pertama kita bertemu. Seharusnya aku tidak bersikap seperti itu,” ucap Minjung sambil menatap Namgyu.

Namgyu segera menggelengkan kepala nya. “Ah, tidak apa-apa! Aku sama sekali tidak terganggu dengan sikap mu.”

Sebuah senyuman tulus muncul di wajah cantik Seo Minjung, ia menghembuskan nafas pelan. “Baguslah kalau kau tidak marah karena sikap ku. “

Kedua yeoja tersebut saling tersenyum. Namgyu mulai berpikir, mungkin Seo Minjung tidak seburuk yang pernah ia bayangkan. Ia memang tidak boleh menilai seseorang dari pertama kali bertemu.

“Oh iya, aku dengar kau menolak Myungsoo saat ia menyatakan cinta nya padamu,” tutur Minjung, tertarik dengan jawaban dari gadis yang ada dihadapan nya.

Mendengar ucapan Minjung, Namgyu segera menutup wajah nya karena malu.

“K-Kau tau darimana ?”

“Myungsoo. Ia sendiri yang mengatakan nya padaku.”

“EH ?! Ia mengatakan hal itu padamu ?!”

Minjung terkekeh pelan melihat reaksi kaget dari Namgyu lalu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

“Setelah mendengar cerita dari nya, wajar sih jika kau menolaknya. Lagipula, ia ingin menyatakan cinta pada seorang gadis dengan cara seperti itu, sama sekali tidak romantis. Dasar pria bodoh,” gumam Minjung dengan tidak setuju.

Namgyu masih heran, kenapa Myungsoo menceritakan hal itu pada Minjung ? Bukankah Minjung datang kembali karena ingin bersama dengan Myungsoo lagi ?

Seolah Minjung membaca pikiran Namgyu, ia tertawa kecil. “Tenang saja, aku tidak akan merebut Myungsoo darimu,” ucap nya dengan santai.

Wajah Namgyu bersemu merah karena malu. “E-Eh ? Aku tidak berpikiran seperti itu kok!”

Lagi-lagi Minjung tertawa melihat reaksi Namgyu yang menurutnya lucu. “Myungsoo. Kini, dimata nya hanya ada kau, Bang Namgyu. Only you.”

….

TBC

uwaaah! akhirnya bisa update namsoo juga setelah seabad ga update /oke, lebay/ hehe

maaaaaf banget karena udah lama banget ga update ini couple, soalnya aku lagi sibuk sama sekolah walopun baru kelas 2. kadang suka ga ada waktu tapi sekali nya ada waktu ga punya ide >.< sudah ber bulan2 aku terserang penyakit writer block, sama sekali buntu ide untuk buat chapter baru. tapi untunglah feel namsoo nya balik lagi setelah mandangin foto myungsoo 7 hari 7 malem /lebay/ hahaha :D

oh iya! Semoga kalian suka sama chapter ini ya :D

komen, kritik dan saran are love ~


{KyuNara Scene} Hot Chocolate’s Lesson

$
0
0

Image

Recommended Song : B1A4 – Only Learned Bad Things

‘For a young person like me,

The word “LOVE” is too awkward to say often’

 

“Ha ha ha ha!”

Nara menyeka air mata yang tanpa sadar keluar dari ujung pelupuk matanya, tawanya masih terus terdengar tanpa henti di seluruh penjuru dari dorm milik Super Junior yang berada di lantai 11.

Kyuhyun menatap mata gadis itu dengan lembut , seakan ingin merengkuh tubuh gadis itu ke dalam pelukan matanya. Dengan satu nafas yang terhembus perlahan , Kyuhyun berkata singkat. “Akulah pangeranmu. Kaulah putriku. Kita sudah ditakdirkan untuk bersama. Bahkan langit merestui hal itu.”

“Ha ha ha!!”, kini Nara malah menggerakkan kakinya tanpa henti di atas sofa yang sedang ia duduki, seakan-akan ada seseorang yang menggelitiki kakinya sehingga membuatnya tertawa terpingkal-pingkal seperti itu. Matanya masih tertuju ke arah layar tab-nya,  ”Ya Tuhan. Aduh, perutku sakit. Sejak kapan si bodoh itu bisa mengatakan hal seperti itu? Ini fanfic romantis atau komedi, sih? Si pangeran iblis mengatakan hal semanis itu? Kiamat!! Ha ha ha ha..AAWWW!”

Sebuah timpukan bantal berukuran sedang yang berasal dari belakang tubuh Nara itulah yang menghentikan tawanya. Nara mengelus pelan kepalanya karena timpukan bantal itu cukup membuat kepalanya kini terasa nyeri. “Aishh! Eunhyuk Oppa!”, seru Nara saat melihat Eunhyuk baru saja muncul dari kamarnya dengan hanya mengenakan kaus dalam berwarna putih.

Okay, mungkin jika para fans Super Junior yang melihat Eunhyuk dengan hanya berpakaian seperti itu, tentu saja mereka akan menjerit histeris atau malah akan menangis terharu. Akan tetapi bagi seorang Kwan Nara, hal itu sama sekali tidak berpengaruh apa-apa. Dia malah mendengus pelan saat melihat badan atletis Eunhyuk itu menyapu penglihatannya. “Eish,” gumam Nara pelan, “pantas saja dia bisa punya foto kontroversi dengan IU kalau setiap harinya hanya berkeliaran dengan kaus dalam seperti itu.”

“Apa yang kau katakan, hah?” tanya Eunhyuk sambil mencengkeram kepala Nara dengan kedua tangannya dari belakang sofa kemudian menggoyang-goyangkannya dengan gemas. “Coba ulangi apa yang kau katakan tadi, Kwan Nara.”

“Aaaaaaa!!!” Nara berteriak cukup kencang sambil mencoba melepaskan tangan Eunhyuk dari kepalanya. “Opppaaa, sakiit! Ya! Ya! Opppaaa!”

“Eunhyuk-ah, sudahlah. Nanti kau bisa dapat berita miring lainnya karena sudah membuat gadis lain menangis dengan ulahmu.”

Di tengah pertikaian yang seru diantara Eunhyuk – Nara, tiba-tiba saja Sungmin muncul dari balik dapur sambil membawa semangkuk penuh popcorn karamel. Dia berjalan menuju sofa dimana tempat Eunhyuk dan Nara berada kemudian duduk dengan tenang di samping Nara yang masih menggerutu kesal dengan ulah anarkis Eunhyuk tadi.

“Kau tidak mau ‘kan terkena berita skandal lagi?” tanya Sungmin dengan nada menggoda kepada Eunhyuk yang masih menatap Nara dengan gemas dan sesekali mengacak-acak rambut gadis itu.

“Hyung,” Eunhyuk kini beralih menatap tajam Sungmin dari balik sofa dan berkata singkat, “kau mau merasakan apa yang tadi dirasakan oleh gadis iblis ini tadi??”

“Sudah muka yadong seperti itu, penampilannya juga lebih yadong. Aigoo~”, gumam Nara pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan rasa prihatin. Eunhyuk menatap Nara dengan gemas dan menjitak kepalanya lagi, kali ini dengan lebih keras dari sebelumnya. “Opppaaaaaaaaa!”

“Apa? Apa? Kau mau lapor ke Leeteuk Hyung? Sana lapor ke bilik tentaranya,” goda Eunhyuk pada Nara yang biasanya selalu meminta bantuan Leeteuk pada saat sedang dikerjai oleh member Super Junior lainnya seperti sekarang. “Sana, sana. Lapor saja sana.”

“Sungmin opppaaaa!” Nara kini langsung merangkul lengan Sungmin kemudian berkata dengan nada yang di’imut-imut’kan. “Oppa, coba lihat perlakuan Eunhyuk oppa padaku. Hing~”, rengeknya pelan dan membuat Eunhyuk seperti ingin menimpuk gadis di depannya ini dengan benda lain selain bantal. Ehm, mungkin melemparnya langsung ke air terjun Niagara adalah ide terbaik.

Sungmin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat kedua dongsaengnya itu. Alih-alih menenangkan suasana, Sungmin kini hanya menyodorkan mangkuk yang berisi popcorn itu kepada dua orang di sampingnya itu. “Tutup mulut kalian dengan ini. Kurasa itu lebih bermanfaat,” ucapnya dengan tenang sambil mengunyah popcornnya.

“Oppa yang baik!” Seru Nara riang sembari menatap Sungmin dengan pandangan berbinar. Kemudian ia beralih menatap Eunhyuk dan berkata dengan nada rendah, “Oppa yadong.”

“Eish! Eish!” Eunhyuk kini ganti menjitaki kepala Nara dengan sepenuh hati. “Kalau saja kau bukan kekasih Kyuhyun, aku bisa hamili kau sekarang juga.”

“Tuh, kan! Pria mesum! Sungmin Oppa, tolong aku!” ucap Nara sambil merangkul lengan Sungmin lagi, kali ini dia juga membenamkan wajahnya di lengan kekar sang roommate kekasihnya itu.

Sungmin mendesah pelan kemudian menghadap ke belakang untuk menatap Eunhyuk dan menjitak kepalanya pelan, “jaga bicaramu, Eunhyuk-ah,” tegur Sungmin, membuat Eunhyuk hanya bisa memanyunkan bibirnya karena lagi-lagi si gadis Iblis ini mendapatkan malaikat pembelanya selain Leeteuk.

“Kami pulang~” suara yang Nara kenali sebagai suara Ryeowook dan Yesung itu kini terdengar dari arah pintu masuk. Benar saja, detik berikutnya wajah sang main vocal itu muncul dari balik tembok dengan masih menggunakan mantel tebal dan beberapa bulir salju yang menempel di rambutnya masing-masing. “Oh, Nara-ya? Kau disini?” tanya Ryeowook dengan nada ceria saat melihat keberadaan Nara di dormnya itu. “Pantas saja daritadi Kyuhyun kelihatannya tidak sabar untuk pulang ke dorm.”

“Hmm~”, jawab Nara ringan sambil mengambil popcorn yang disodorkan oleh Sungmin dan mengunyahnya nikmat. “Ekspresi dari luar bisa menipu, oppa. Jangan percaya semua ekspresi yang dia buat.”

Ryeowook hanya terkekeh kecil sambil melepaskan sepatunya dan juga menggantungkan mantelnya di coat hanger. “Kalian memang tidak pernah berubah,” gumam Ryeowook pelan dan dibalas dengan anggukan setuju dari semua yang ada disana.

“Ngomong-ngomong, dimana dia?” tanya Sungmin saat tidak melihat keberadaan Kyuhyun diantara Yesung dan Ryeowook. “Bukankah tadi dia berangkat bersama dengan kalian untuk latihan vokal?”

Ryeowook mengangguk. “Tadi dia bilang akan pergi ke supermarket dulu. Entah untuk apa.”

Yesung tidak mengatakan apapun dan langsung berlari berderap menuju sofa tempat Nara dan Sungmin berada. Dia langsung mendorong tubuh Nara supaya berhimpitan dengan Sungmin sehingga menyisakan ruang kosong baginya sendiri. “Geseeer~ Geseeer~ Hush, hush!”, seru Yesung dengan nada tidak sabar.

“Eishhh,” Nara hanya mendecak kesal. “Memangnya aku ayam yang bisa di-hush hush, begitu?” rutuknya pelan namun tetap menggeser posisinya ke sebelah kiri, berhimpitan dengan tubuh Sungmin.

Yesung langsung duduk di samping Nara dan merentangkan tangannya lebar-lebar ke arah Sungmin dan Nara yang ada di sampingnya. “Aku kedinginan. Peluk aku,” katanya dengan nada manja dan membuatnya langsung mendapatkan jitakan ‘manis’ yang melayang dari tangan Nara. “Aishh~ gadis iblis. Kasihan anakmu nanti. Ayahnya raja iblis, Ibunya pun ratu iblis,” gerutu Yesung sambil mengelus puncak kepalanya yang terasa sakit karena jitakan Nara tadi.

“Lihat saja nanti,” sebuah senyum menghiasi bibir Eunhyuk saat membisikkan satu kalimat ke telinga Nara. “Aku pastikan Kyuhyun akan membuatmu hamil sebelum menikah,” gumamnya jahil.

“Andwae!” seru Nara saat tiba-tiba membayangkan dirinya yang tengah berbadan dua sedangkan Kyuhyun sama sekali tidak memperdulikan keluarganya dan lebih memilih menyelesaikan level terakhir dari game kesukaannya dibandingkan dengan mengantarkan Nara ke rumah sakit untuk melahirkan. “Aku tidak mau dihamili olehnya!”

“Siapa yang hamil?” tiba-tiba saja suara bernada berat yang sangat Nara kenali muncul dari balik pintu masuk. Penampilannya terlihat sangat..kacau. Mantel tebal berwarna hitam yang dikenakan olehnya kini terselimuti seluruhnya oleh salju, begitupun wajahnya yang kini terlihat pucat karena udara yang dingin. Nara mendecak heran, bagaimana ada orang yang memilih untuk pergi ke supermarket di cuaca hujan salju seburuk ini?

“Kau mirip manusia salju,” celetuk Yesung dengan ringan saat melihat penampilan Kyuhyun. Sementara itu, Sungmin langsung bangkit dari bangkunya dan beranjak menuju kamarnya sendiri. Dari situ, dia membawa sebuah handuk dan segera melemparkannya ke arah Kyuhyun yang menangkapnya dengan sigap. “Thanks, hyung,” gumam Kyuhyun pelan dan dibalas dengan anggukan singkat dari Sungmin.

“Ckckck~” Eunhyuk menggeleng-geleng heran dengan pemandangan di hadapannya itu. “Siapa yang akan menyangka bahwa kekasih dari seorang Cho Kyuhyun hanya diam di bangkunya saat melihat kekasihnya yang tampan itu kedinginan oleh seluruh salju di badannya?” celetuk Eunhyuk, berniat menyindir Nara yang sama sekali tidak perduli dengan kondisi Kyuhyun, berbanding terbalik dengan perlakuan Sungmin barusan. “Yaaah~ aku lebih rela kalau Kyuhyun berpacaran dengan Sungmin hyung saja, kalau begitu.”

“Do as your wish,” jawab Nara dengan ringan sambil menggerakkan jemarinya di atas layar tab-nya. Rupanya dia sudah tenggelam dalam keasyikannya bermain game, seperti biasa. “Kalau memang mereka memang mau berpacaran, lakukan saja. Aku tidak keberatan.”

“Kalian membicarakan apa, sih?” tanya Sungmin dengan nada jengah sambil kembali duduk di samping Nara dan memakan popcorn karamelnya lagi. “Aku masih normal. Aku ini seorang pria yang bisa menghamili wanita dalam sekali kesempatan,” jawab Sungmin sambil menatap ke arah Eunhyuk yang terkekeh pelan. “Jadi hentikan pembicaraan tentang hal itu.”

“Eiyyy~”, Nara menggaruk telinganya yang terasa panas karena mendengarkan pembicaraan mengenai ‘hamil’ ‘hamil’ sedari tadi. “Ini hari yadong sedunia atau apa, sih? Kenapa kalian semua dari tadi membicarakan tentang hamil?”

Kyuhyun hanya mendengus kecil saat mendengar omongan gadis itu. Gadis bodoh, pikir Kyuhyun. Bagaimana bisa dia terlihat begitu tenang dan santai saat dikelilingi oleh empat orang pria di dalam dorm seperti ini, ditambah lagi satu dari keempat pria itu hanya menggunakan pakaian dalam? Kwan Nara benar-benar..bodoh.

“Mana pesananku?” tanya Ryeowook ke arah Kyuhyun yang sedang berjalan ke arah mereka berlima. Kyuhyun mengangkat tas plastik di tangannya kemudian mengeluarkan sekaleng bir dari sana. Dengan sigap, ia melemparkannya ke arah Ryeowook. “Jangan lupa kau bayar bir itu nanti,” ucap Kyuhyun singkat dan dibalas dengan cibiran dari Ryeowook. “Dasar pelit.”

Kyuhyun hanya mendengus pelan saat mendengar cibiran Ryeowook. Entahlah, otak dan juga badannya seakan sudah terlalu lelah untuk merespons perkataan siapapun. Apalagi flu yang sedari kemarin menyerangnya itu membuat dirinya semakin merasa lemah.

“Simpan saja cola pesananku ke kulkas,” seru Eunhyuk saat Kyuhyun sedang menggantungkan mantelnya ke coat hanger.

“Eheii~ kau sudah dilarang minum cola, Hyuk-ah,” sela Sungmin. “Program dietmu semakin berantakan kalau kau minum itu.”

“Tapi aku lebih dilarang minum bir oleh Tuhan, hyung,” ucapan polos yang meluncur keluar dari bibir Eunhyuk itu langsung membuat keempat orang lainnya yang berada di sofa itu langsung tertawa terbahak. “Ya! Jangan tertawa. Kalian tahu sendiri kalau Ibuku itu salah satu pengurus gereja. Bagaimana bisa aku minum itu, hah?”

Kyuhyun sama sekali tidak berekspresi apapun saat mendengar celetukan mereka semua. Ia hanya ingin tidur dan beristirahat, itu saja.

Sementara itu, Nara memperhatikan segala tingkah laku Kyuhyun dari ujung matanya. Dia tahu bahwa kekasihnya itu tidak sedang dalam kondisi yang baik. Langkahnya yang terlihat sempoyongan dan nafasnya yang terdengar sangat berat, entah kenapa itu membuat Nara menjadi sedikit..khawatir.

Kyuhyun membuka pintu kulkas dan memasukkan kaleng-kaleng cola milik Eunhyuk dan juga beberapa kaleng bir miliknya ke dalam sana. Kyuhyun memijat keningnya beberapa kali, dunianya seakan berputar saat ini.

“Ngomong-ngomong, apa yang kau tertawakan dari tadi?” tanya Sungmin kepada Nara. Gadis itu kini terlihat sangat bersemangat saat Sungmin menanyakan hal itu. “Ini!”, Nara langsung memperlihatkan layar tab-nya kepada mereka semua. “Aku sedang baca fanfic kalian semua.”

“Eiyyyy~” Kontan keempat member yang berada di sofa itu langsung mendengus dalam waktu yang bersamaan saat mendengar perkataan Nara tadi. “Jangan bahas hal itu lagi di depanku,” ucap Eunhyuk sambil menggaruk pipinya, terlihat enggan untuk membahas hal itu.

“Eh? Kenapa memangnya?”, Nara heran dengan semua perilaku keempatnya. “Ceritanya bagus, kok. Yahh~ walaupun ada beberapa yang tidak sesuai kenyataan, sih.”

“Apanya yang sesuai kenyataan kalau ceritanya aku dihamili oleh Kyuhyun?”, balas Sungmin sambil menyentuh lehernya sendiri, seakan merasa geli saat mengatakan hal itu. “Hiiiy~ ya Tuhan, aku tidak mau mengingat ceritanya lagi.”

“Lagipula di dalam kenyataan, mana mungkin aku menikahi dia,” lanjut Yesung sambil melirik ke arah Ryeowook yang masih menyesap birnya dengan nikmat. “Aku lebih baik menikahi Ibu Moon Geun Young daripada menikahi dia.”

“Dan karena fanfic seperti itu juga, Donghae sampai menjauhiku selama berminggu-minggu,” ucap Eunhyuk tanpa diminta. Melihat ekspresi Nara yang terlihat bingung, ia langsung menjelaskannya lagi. “Karena Donghae membaca fanfic yang isinya menceritakan aku akan memperkosa dia sampai mati.”

“Hiiiiiy~”, kini keempatnya langsung merinding secara bersamaan. Nara hanya tertawa geli mendengar pengakuan mereka semua.

Put your hands up. Put your hands up. Put put put, put your hands up!

“Handphone siapa itu?” tanya Ryeowook saat mendengar nada dering Hands Up milik 2PM itu terdengar menggema di dalam dormnya.

“Punyaku,” jawab Nara ringan sambil merogoh saku celananya kemudian mengeluarkan handphone LG Lollipop berwarna merah miliknya.

Ryeowook mendecak kesal. “Kau ini kekasih dari Cho Kyuhyun, member Super Junior. Tak bisakah kau sedikit menghargai usaha kami yang sudah menyanyi mati-matian dan mengganti nada deringmu dengan lagu Super Junior?”

“Hmmmm~”, Nara terlihat berpikir sejenak kemudian menjawab dengan tenang. “Tidak.” Tepat setelah mengatakan hal itu, kepala Nara langsung diserang oleh jitakan bertubi-tubi yang berasal dari tangan keempat pria itu. “Oppppaa! Sakit!”

Setelah menggerutu kesal karena perlakuan keempat pria itu kepadanya, Nara kembali memfokuskan dirinya kepada layar handphone miliknya. Ada sebuah SMS dari..Kyuhyun?

Sender : [K]

Aku sudah hangatkan coklat untukmu. Ada di microwave. Minum saja kalau kau mau.

Nara mengangkat alisnya sekilas dan beranjak dari sofa kemudian berjalan menuju dapur. Di sana, terlihat microwave-nya belum dimatikan dan masih beroperasi.

TING!

Lampu yang ada di dalam microwace itu tiba-tiba padam. Tanpa menunggu lama, Nara segera membuka pintu microwave itu dan dalam sekejap, aroma semerbak coklat hangat langsung menyapu indra penciumannya.

Saat Nara masih merasa bingung, Yesung muncul di samping Nara tanpa menimbulkan suara apapun dan hampir membuat gadis itu terjungkal karena kaget. “Oppa! Jangan mengagetkanku!”

Yesung hanya terkekeh pelan dan membuka pintu kulkas kemudian mengambil sekaleng bir dari dalamnya. Dia melirik ke arah benda yang ada di dalam microwave dan mengangguk paham, “ternyata dia ke supermarket karena itu, ya? Hmmm~”

“Eh? Apanya?”, tanya Nara heran.

“Saat Kyuhyun tahu bahwa kau datang ke dorm, dia langsung bertanya ke Ryeowook tentang persediaan coklat hangat. Saat Ryeowook bilang bahwa persediaan coklat hangat di dorm sudah habis, ternyata dia langsung meminta supir untuk berhenti di depan supermarket yang agak jauh dari sini. Ternyata..dia membeli itu, ya?”

“Kau serius?” tanya Nara tidak percaya.

“Yap,” jawab Yesung yakin. “Bukankah minuman kesukaanmu itu coklat hangat?”

Nara hanya bisa diam membatu setelah mendengar ucapan Yesung. Jadi Kyuhyun sampai harus berjalan di tengah guyuran hujan salju hanya untuk membelikannya coklat hangat? Apa iya?

“Cepat minum sebelum keburu dingin,” ucapan Yesung itu membuat Nara sadar dari lamunannya. “Kyuhyun pasti tidak mau kau minum coklat dingin di tengah cuaca dingin seperti ini,” lanjutnya sambil berjalan kembali menuju tempat ketiga membernya yang lain berada.

Nara menatap kembali cangkir berwarna putih yang ada di dalam microwave itu sebelum akhirnya mengambilnya kemudian menggenggamnya erat-erat. Dalam sekejap, aliran hangat yang berasal dari cangkir itu seakan menjalar ke seluruh tubuhnya. “Babo,” bisik Nara pelan, tanpa bisa ia pungkiri sebuah lengkungan yang membentuk sebuah senyuman terpajang di bibirnya. “Cho Kyuhyun babo.”

Teringat dengan langkah Kyuhyun yang terlihat sempoyongan tadi, akhirnya Nara memutuskan untuk mengecek kondisi Kyuhyun. Perlahan, ia membuka pintu kamar yang ditempati oleh Kyuhyun dan Sungmin, ia berusaha untuk tidak membuat suara sekecil apapun.

“Kau mau apa?” Tiba-tiba suara Sungmin mengagetkannya dan hampir membuat Nara melepaskan pegangan cangkir di tangannya itu.

Nara langsung membalikkan badannya ke arah sofa dan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. “Sssst, jangan berisik,” pintanya dan segera diikuti oleh keempat member Super Junior itu. “Aku hanya mau masuk sebeeentar saja. Ya?”, ucapnya meminta izin – lebih tepatnya kepada Sungmin -. Keempat member itu mengangguk dengan bersamaan dan tepat detik berikutnya, Nara langsung masuk ke dalam kamar itu dengan langkah yang mengendap-endap.

“Mungkin dia mau menawarkan dirinya sendiri untuk dihamili oleh Kyuhyun,” celetuk Eunhyuk dan segera dibalas oleh jitakan gemas dari tangan Sungmin. “Aish, hyung! Sakit!”

“Setelah mengatakan hal itu, kau masih mengaku bahwa kau tidak mau minum bir karena dilarang oleh Tuhan, hah?”

‘Because i’m still immature, a deep love is hard

I, who thoght “What’s love? Just keep pushing forward!”

Was stupid.’

Nara menutup engsel kamar dengan sangat perlahan, tidak ingin menimbulkan suara apapun. Setelah itu, Nara langsung mencari keberadaan Kyuhyun di dalam kamar itu.

Ah, itu dia. Dia sedang tidur dengan masih mengenakan pakaian yang dikenakannya tadi, bahkan dia tidak sempat mengganti baju. Ah, bukan. Mungkin bukannya tidak sempat, tapi tidak..kuat untuk mengganti bajunya?

Nara berjalan pelan menuju ke arah ranjang Kyuhyun. Dari jarak beberapa meter, bahkan Nara bisa mendengar suara helaan nafas Kyuhyun yang sangat berat. Seakan ada sesuatu yang mengganggu pernafasannya sehingga ia sulit untuk bernafas.

Setelah berada di samping ranjang Kyuhyun, Nara menempelkan punggung tangannya ke kening pria itu. Detik berikutnya, dia langsung membelalakkan matanya dengan tidak percaya. “Ya! Kenapa badannya panas sekali?”

“Ennngh..” , tiba-tiba saja Kyuhyun melenguh pelan dan menggerakkan sedikit badannya. Kontan saja, Nara langsung menempelkan tubuhnya ke dinding kamar, berharap bahwa dirinya bisa bermimikri dengan warna dinding itu seperti layaknya seekor bunglon. “Dingin.”

Satu kata yang keluar dari bibir Kyuhyun itu langsung membuat Nara merasa khawatir setengah mati. Bagaimana bisa dengan kondisi tubuh sepanas itu, Kyuhyun mengatakan bahwa dia merasa kedinginan? Apa-apaan ini?

Nara memperhatikan beberapa bungkus benda yang tergeletak di atas meja yang ada di samping ranjang milik Kyuhyun. Dari bentuknya, Nara tahu bahwa isi dari bungkus-bungkus itu adalah obat. Jadi dia benar-benar sakit?

“Eish,” Nara langsung mendecak kesal dan meletakkan cangkir berisi coklat yang sedari tadi ia bawa itu ke atas meja, berdampingan dengan obat-obat milik Kyuhyun. “Bahkan dengan kondisi seperti itu, kau masih sempat membelikan coklat hangat untukku di tengah hujan salju seperti ini?”

“Aku yakin hanya kau satu-satunya pria bodoh yang bisa melakukan hal itu, Cho Kyuhyun.”

‘ Because i only learned bad words, bad actions,

And dont know your heart

Something always gets twisted, twisted..’

3 Years Ago..

“Oh? Tidak ada coklat disini?”

“Apanya?” , tanya Kyuhyun sambil berdiri di samping Nara yang sedang membuka-buka lemari dapur dan memeriksa semua persediaan makanan mereka.

“Aku ingin membuat coklat hangat. Bukankah meminum coklat hangat di tengah hujan salju seperti ini adalah komposisi yang sangat tepat?”

Kyuhyun hanya mendengus kecil saat mendengar ucapan Nara. “Kau berkata seperti itu seakan-akan dorm ini adalah rumahmu sendiri. Kalau kau ingin minum coklat hangat di tengah hujan salju seperti ini, buat saja di rumahmu sendiri. Memangnya dorm ini rumahmu dan kami ini pembantu yang harus menyediakan segala keinginanmu, hah?”

Tiba-tiba saja ekspresi wajah Nara terlihat membeku. Kyuhyun sama sekali tidak memperhatikan perubahan wajah Nara dan malah mengacak-acak isi lemari dapurnya, “tapi daripada coklat hangat, bagaimana jika kita membuat teh saj..”

BRAK!

Hanya suara pintu yang ditutup dengan agak kencang itulah yang terdengar setelah Kyuhyun mengatakan hal itu. “Oh, hyung? Kau sudah pulang?”, ucap Kyuhyun tanpa menolehkan pandangannya dari lemari dapur. Namun alih-alih mendengar jawaban dari keempat membernya yang lain, ia hanya mendengar keheningan yang tiba-tiba melanda di dormnya itu.

Kyuhyun langsung menengokkan kepala ke sekitarnya dan tak menemukan sosok Nara di sampingnya. “Oh? Kemana dia?” tanya Kyuhyun, lebih kepada dirinya sendiri. Dia mengecek coat hanger, mantel berwarna coklat milik Nara masih tergantung dengan rapi. Itu berarti dia masih ada di dorm, karena tidak mungkin gadis itu keluar dari dorm di tengah hujan salju tanpa mengenakan mantelnya. Itu sama saja cari mati, bukan?

Berpikir bahwa Nara hanya pergi ke WC, akhirnya Kyuhyun duduk dengan santai di sofa dan menonton TV. Namun setelah beberapa saat, ia baru menyadari bahwa ada yang aneh. Biasanya gadis itu selalu meletakkan tasnya di atas sofa tapi kenapa sekarang ia tak melihat benda apapun di sampingnya?

Merasa ada yang tidak beres, ia mengecek ke pintu masuk dan benar saja, di sana hanya ada sepatu miliknya saja. Tidak ada sepatu gadis itu atau milik member lainnya. Berarti suara pintu yang tertutup tadi..

“Sial!” , rutuk Kyuhyun sambil bergegas menuju kamarnya dan mengambil kunci mobil serta mengambil tiga buah mantel tebal miliknya. Setelah membawa mantel milik Nara yang masih tergantung di coat hanger, ia segera berlari menuju basement dengan langkah tergesa. Tangannya masih sibuk menekan dial call nomor 1, nomor yang ia khususkan bagi Nara. Tapi sama sekali tidak ada jawaban biarpun telefon itu tersambung kepada sang pemiliknya.

Tanpa mengatakan apapun, Kyuhyun langsung menyalakan mobilnya dan mengendarainya di tengah derasnya guyuran hujan salju. “Gadis gila! Dia pergi di tengah hujan salju seperti ini?”

Setelah mengendarai agak jauh, akhirnya Kyuhyun melihat sosok gadis itu tengah berdiri di sebuah halte bus dengan lengan terlipat di depan dada. Rambutnya yang panjang kini terkibas bebas terkena oleh angin dingin. Kyuhyun dapat melihat wajah pucat gadis itu karena dia dengan bodohnya berada di tengah cuaca buruk seperti ini dengan hanya mengenakan kaus t-shirt, tanpa mantel yang menutupi tubuhnya.

“Ya!!” Kyuhyun meminggirkan mobilnya dengan sembarangan dan segera menyambar semua mantel yang dibawanya tadi. Dia segera berlari menghampiri Nara dan menyampirkan semua mantelnya itu ke tubuh kekasihnya. “Ya! Kau tidak apa-apa? Cepat masuk ke dalam mobil! Kau bisa mati membeku disini!”

“Maaf,” hanya satu kata itu yang meluncur keluar dari bibir Nara yang terlihat gemetar karena cuaca yang benar-benar menusuk tulang itu. “Aku benar-benar..minta maaf.”

“Eh?” Kyuhyun mengangkat alisnya dengan heran. “Kenapa kau yang minta maa..”

Semua ucapan Kyuhyun terhenti saat melihat sebulir air mata mengalir dari ujung pelupuk mata Nara. Gadis itu..menangis? Kenapa? Bukankah Kyuhyun yang bersalah dalam hal ini? Tapi kenapa malah dia yang meminta maaf dan malah menangis seperti ini?

“Kenap..”

“Aku sama sekali tidak bermaksud memperlakukan kalian seperti pelayan atau apapun yang kau bilang tadi. Maaf. Maaf kalau selama ini kau merasa seperti itu,” jelas Nara dengan suara lirih yang bergetar hebat. “Aku yang bersalah.”

Kyuhyun benar-benar tidak bisa mengatakan apapun. Gadis ini selalu saja melakukan sesuatu yang diluar perkiraannya sehingga membuatnya tidak bisa mengatakan apapun. Gadis ini terlalu bodoh, terlalu gegabah dalam melakukan setiap hal apapun, tapi..

.. Kyuhyun tidak pernah bisa mengubah setiap perasaannya kepada gadis itu. Entah karena apa.

“Maaf. Maa..”

Semua ucapan Nara langsung terhenti saat Kyuhyun merengkuh tubuh mungil itu kedalam pelukannya. Pada saat seperti ini, Kyuhyun baru menyadari bahwa tubuh gadis ini sangatlah mungil. Pada saat seperti ini, Kyuhyun baru menyadaru bahwa posisi yang paling tepat untuk gadis itu adalah dengan berada di dalam pelukannya.

Tidak ada lagi tempat yang paling pantas untuk gadis itu selain di dalam pelukannya.

“Permintaan maafmu diterima bahkan sebelum kau mengucapkannya,” ucap Kyuhyun sambil mengelus kepala Nara dengan lembut. “Jadi hentikan tangisanmu, hm?”

Nara mengangguk kecil di dalam pelukan Kyuhyun. Kyuhyun tahu bahwa anggukannya itu sama sekali tidak menunjukkan jawaban apapun karena ia masih merasakan kini kausnya terasa basah, dan ia yakin itu semua karena air mata gadis itu.

Mulai saat ini, Kyuhyun berjanji bahwa saat gadis itu datang ke dormnya, benda itu harus selalu tersedia.

Hot chocolate.

‘Please, Oh please

Just watch over me a bit more

At the end of my efforts and your trust, there’s only happiness’

Kyuhyun mengerjapkan matanya dengan perlahan dan langsung merasa silau saat lampu terang berwarna putih itu menyapu pandangannya. “Ah..”, erangnya pelan sambil berusaha menutup matanya kembali. Namun saat Kyuhyun tengah berniat menghalangi sinar lampu itu dengan tangannya sendiri, ia baru menyadari bahwa tangan kanannya kini terasa berat. Entah karena apa.

Ia mengalihkan pandangannya dan matanya langsung membelalak lebar saat itu juga. “Kenapa..”

Nara tengah tertidur di sampingnya, dengan kepala yang terkulai di ujung ranjangnya. Tangannya kini menggenggam tangan Kyuhyun dengan erat, seakan enggan melepaskannya untuk alasan apapun.

Dengan masih merasa heran, Kyuhyun kini merasakan ada benda lain yang ada di keningnya. Ia meraih benda itu dan semakin mengernyit heran saat mendapati sebuah handuk berukuran kecil itu ada di keningnya. Selain itu, ada juga sebuah baskom berukuran sedang yang ada di atas mejanya. “Ige mwoya?” tanyanya heran.

“Hmmm~” Nara mengerang pelan dalam tidurnya sehingga membuat Kyuhyun segera pura-pura tidur lagi. Namun ternyata Nara hanya mengubah sedikit posisi tidurnya tanpa terbangun sama sekali. Kini posisi kepala Nara benar-benar menghadap ke arah Kyuhyun yang sedang berbaring di kasurnya, sehingga kini Kyuhyun bisa dengan leluasa melihat wajah kekasihnya itu.

Selalu saja senyum Kyuhyun tanpa sadar terkembang saat melihat wajah kekasihnya itu.

Selalu saja seperti itu.

Selalu saja..

“Cho Kyuhyun..” Nara mengigau dalam tidurnya dan membuat Kyuhyun segera memasang telinganya tajam-tajam saat mendengar namanya disebut oleh kekasihnya tadi. “Kalau kau sakit hanya karena membelikanku coklat ini..”

“Seumur hidupku, aku akan benar-benar membenci coklat.”

Kyuhyun kontan terkekeh pelan saat mendengar ucapan gadis itu. Ia langsung mengelus rambut Nara dan mengusap pipinya pelan. “Maaf,” ucap Kyuhyun pelan.

“Mulai saat ini, aku akan melakukan yang terbaik,” lanjutnya lirih sambil mengelus rambut Nara yang tengah tertidur pulas. Senyum tipis lagi-lagi terkembang di bibirnya setiap kali ia mendengar helaan nafas gadis itu di dekatnya. “Kenapa?”

“Karena aku tak akan pernah mau melepaskan sesuatu yang memang sudah seharusnya berada di tempatnya berada..”

“..yaitu kau. Di pelukanku.”

‘twinkling, twinkling a land of stars

In my eyes, you are a queen

Your charms, that i knew about

After this night was almost over

In a edge of your locked heart,

I slightly light a fire

Your sweet voice

Long, straight hair like jasmine’

Yaiyyy! Hahaha, akhirnya Icha kembali ke peradaban! x3

Makasih banyak ya buat semua reader yang udah setia nunggu KyuNara (biarpun mungkin ga ada yang nunggu) haha. Ehm, sebagai comeback..kita bikin yang manis dulu deh. nanti kesananya KyuNara yang anarkis bakal balik lagii hehe.

Nah, Icha mohon maaf kalau cerita ini berkesan gaje, soalnya..bikinnya kilat. masih ada banyak kekurangan disana sini soalnya masih sibuk juga sama masalah kampus. Hing~ TT_TT makasih banyak buat semua readers + staff MP ( Mute, Mya, Orin, Ichel, i love youuu :*)

As usual, comment and like are always welcome <333



{Miracle Perfection} Special New Year: “New Stories” (2/3)

$
0
0

poster1 

Can you smile?

Can you sit here with me in the Beautiful Night?

I can’t tell you what The Reason that I choose you beside me is,

But I’m sure that you’re the one, theres No Other..

So, Can you promise to keep being my Angel?

(Infinite – B2ST – SHINee – Super Junior – EXO)

 

###

 

Kim Jonghyun menghentikan langkah tepat di ujung setapak kayu dermaga. Pria itu menaikkan ujung resleting jaketnya, mengedarkan pandang pada hamparan laut lepas di hadapannya. Kemudian tersenyum kecil. Ia memejamkan matanya sebentar, membiarkan angin dermaga menampar pelan tiap inci kulit wajahnya, membiarkan bunyi riak-riak air yang terdengar merdu itu mengisi tiap rongga telinganya, membiarkan aura alam yang bebas ini mengepungnya. Menenangkan..

“Hyun!”

Panggilan lembut itu juga terdengar menenangkan. Suara hangat yang begitu akrab di telinganya, berseru di antara deru mesin kapal yang mulai dinyalakan. Suara itu terdengar nyata, seperti bukan sebuah ilusi yang-

“PENDEK!”

Jonghyun membuka matanya, kemudian terkekeh kecil, tentu saja suara itu memang bukan ilusi..

Pria itu menengok pelan. Tersenyum simpul pada sosok seorang gadis berbolero putih yang tengah berjalan mendekat ke arahnya sambil berusaha menjinjing sebuah dezil handbag simple berukuran cukup besar,

‘Bugghhh!’

Bunyi debuman keras terdengar menghantam papan-papan setapak kayu dermaga ketika gadis yang tak lain adalah Hwang Soojung itu melempar handbagnya dari genggaman. Gadis itu lalu menepuk-nepuk tangannya yang terasa pegal. Entah apa saja yang dimasukannya hingga tas kain itu terlihat penuh.

“Hi…” sapa Jonghyun.

 “…’Hi’?” jengit Soojung. Gadis itu menatap lama-lamat raut wajah Jonghyun yang terlihat tenang di hadapannya, benar-benar menggelikan, “Ishh.. Berhentilah bersikap sok keren di depanku..”

Kim Jonghyun mendengus kecil, tapi sedetik kemudian pria itu sudah menggembungkan pipi sambil mengerjap-erjapkan matanya, “Arraseo..”

“Berhenti juga bersikap sok imut seperti itu, Hyun!” hardik Soojung lagi. Gadis itu melipat tangannya dengan kedua alis yang terangkat sebal, “Ya! Sejak tadi aku menunggumu di cafeteria, dan ternyata kau disini?”

Main vocal Shinee itu justru mengembangkan senyum lebar penuh percaya diri sambil bergaya memasang kacamata hitam berframe coklat kesayangannya, “Wae? Mencemaskanku, nona Barista?”

“Tentu saja ti-”

Deeggg…

Hwang Soojung memutus kalimatnya, tiba-tiba saja merasa bingung untuk menyahut. Ragu. Dulu, saat mereka masih sahabat dekat, mudah saja untuk Soojung menyangkal kata-kata itu dan berlalu mengabaikannya sebagai candaan kecil. Tapi sekarang? Apa yang bisa ia sangkal? Memangnya salah kalau seorang gadis mencemaskan kekasihnya sendiri? Lagipula, kenapa Jonghyun harus menggodanya dengan kata-kata seperti itu?

Soojung menelan ludah, kemudian tersenyum kikuk.

“Eung… apa… apa aku mengatakan sesuatu yang salah?” bingung Jonghyun melihat perubahan air muka Soojung, pria itu mengusap-usap tengkuknya dengan tidak enak.

 Ahh.. kenapa suasananya jadi secanggung ini?

“Soojung-ah!”

Hwang Soojung langsung menoleh cepat kearah sumber suara yang tiba-tiba memanggilnya. Diam-diam gadis itu bersyukur ada yang bisa mengalihkan perhatiannya dari atmosfer yang aneh ini.

Dilihatnya sosok Seorim tengah melambai ke arahnya dari tangga masuk kapal, sedang pria berpenampilan mirip teroris –yang dideteksi sebagai Yong Junhyung- berada di depannya, tepat satu anak tangga sebelum mencapai geladak kapal, “Sedang apa disitu? Ayo cepat naik!”

“OMOOO!!”

Baru saja mengangguk kecil menanggapi seruan Seorim, Soojung langsung menoleh heran pada sosok Jonghyun yang memekik tercekat dengan kedua bola mata yang membulat kaget, “Wae?”

Jonghyun langsung buru-buru memasang maskernya sambil memalingkan wajah agar tak bertemu pandang dengan sosok yang sekarang berada di atas geladak kapal itu, “Aiggoo.. Kenapa jurnalis menyeramkan itu ada disini?”

‘Plettaakk!’

Soojung melayangkan jitakan kecil ke kepala pria itu, “Hyun, tidak sopan mengatai seseorang seperti itu!”

“Ahh.. Nde, aku mengerti..” sahut Jonghyun, setengah mendengus.

Hwang Soojung terkekeh. Ia kemudian menghela nafas kecil, membuat uap-uap hangat mengepul di sekitar mulutnya. Bibir tipis gadis itu melengkungkan seulas senyum kecil, sementara sepasang mata bulatnya menatap puas pada sebuah kendaraan laut yang berada sekitar sepuluh meter dari arah tenggaranya. Kapal pesiar mini yang didominasi warna putih dengan lice pantulan hitam dan beberapa corak warna biru di beberapa bagiannya.

Kim Jonghyun mengikuti arah pandang gadisnya itu, kemudian ikut tersenyum. Benar. Bukankah sebuah perjalanan menyenangkan tengah menanti? Pria itu mengeratkan slempang ransel di pundaknya dan berjalan lebih dulu di depan Soojung, “Ayo kita naik!”

“Yak! Tunggu sebentar!”

“Ayo cepat, Hwang Soojung-shi!”

“Hyun..”

Jonghyun mengibaskan tangannya tanpa menoleh, “Sudahlah, nona Barista, kau tidak perlu berterimakasih karena aku telah mengajakmu kemari..”

“Bukan itu!”

“Eh?”

Dan ketika Kim Jonghyun menoleh menghentikan langkahnya. Pria itu berjengit melihat sosok Soojung yang masih terdiam di tempat, memegang handbag yang tampak penuh sambil menatap memohon padanya, “Hyun… Tas ini, berat sekali..”

***

“Huaaaa… Laut!”

Bang Namgyu yang baru saja sampai di atas kapal langsung melempar ranselnya begitu saja, membiarkan tas muatan itu meluncur sembarang di atas lantai kayu kapal yang licin. Gadis itu buru-buru berlari ke tepi, menyandarkan badannya pada pagar teralis di geladak belakang kapal. Menikmati hembus semilir angin, tanpa mengamuk karena benda tak terlihat itu telah merusak tatanan rambutnya.

“Kau menyukainya?”

Namgyu menoleh, Myungsoo sudah berada di sampingnya. Pria itu menyingkap tudung hoodie yang menutupi kepalanya, namun sama sekali tak berniat untuk melepas kacamatanya.

“Eung..” angguk Namgyu, sepasang matanya tersenyum menerawang pada hamparan biru di hadapannya, “Hal paling menyenangkan adalah saat kau memandang laut dan berdiri di atasnya, apalagi jika ditemani-”

“Vanilla Ice cream?”

Adik Bang Yongguk itu nampak terhenyak kaget saat sebungkus ice cream vanilla tiba-tiba saja sudah tersodor di depan wajahnya. Sambil menahan senyum, Namgyu meraih ice cream kesukaannya itu dari tangan Myungsoo, “Kapan kau membeli ini?”

Myungsoo membalikkan badan kearah Namgyu, memposisikan punggungnya bersandar pada pagar teralis kapal, “Baru saja. Di Cafetaria. Sebelum kita naik ke kapal.”

Namgyu hanya mengangguk-angguk kecil sambil terus menyembunyikan senyumnya. Mencoba menetralisir raut wajahnya sebiasa mungkin, gadis itu mulai menyobek bungkus ice cream-nya. Ia tidak ingin pria itu tau bahwa diam-diam ia merasa sangat senang dengan perhatian kecil seperti ini.

Mulai menggigit ice cream dan menikmati minuman beku itu dengan santai. Ahh tidak, tidak, tidak sesantai itu sebenarnya. Sosok Kim Myungsoo yang tengah menyangga kepalanya di atas sisi pagar geladak dengan tampang sok cool itu sejujurnya agak menganggu. Terlebih pria itu terus saja memandanginya dari samping dengan tatapan penuh perhatian.

Namgyu menelan ludah, mencoba untuk tidak salah tingkah. Ayo Bang Namgyu! Kau harus melakukan sesuatu sebelum jatuh semakin jauh kedalam kharisma seorang Kim Myungsoo!, gadis itu menyugestikan dirinya sendiri.

“Kau mau, Mr.Huffish?”

Kim Myungsoo akhirnya berkedip saat Namgyu menyodorkan ice cream yang tinggal setengah bagian itu ke arahnya. Visual infinite itu tersenyum, kemudian melahap satu gigitan ice cream stick yang disodorkan Namgyu ke depan mulutnya, membiarkan sensani dingin dan manis vanilla melumer di lidahnya.

“Wonsungi… Boleh aku jujur tentang sesuatu?” tanya Myungsoo, pria itu menyeka mulutnya, membersihkan sisa ice cream yang mungkin menempel disana.

“O..”, Namgyu mengangguk kecil sambil menjilati lelehan ice cream pada stick yang hamper mengenai tangannya.

Myungsoo berdehem sebentar, “Wongsungi, kau tau tidak bahwa aku sangat menyukaimu?”

Namgyu nyaris saja tersendak. Sedetik kemudian, gadis itu langsung melongokkan kepalanya ke bagian bawah kapal saat mendengar bunyi sesuatu, “Mr.Huffish! Lihat! Baling-balingnya bergerak!”

Myungsoo berjengit, “Bang Namgyu, apa rasa sukamu juga sebesar rasa sukaku?”

“Aigoo… kapalnya belum berlayar, tapi kenapa baling-balingnya sudah bergerak?” pekik Namgyu tanpa memperdulikan Myungsoo sama sekali.

“Yak!” bentak Myungsoo, kesabarannya nyaris habis, “YAK! Wonsungi! Kau be-”

‘BRRAAGGG!!’

………..

Namgyu menoleh reflek, “Apa itu barusan?”

“Entahlah..” Myungsoo mengedikkan bahu, tapi kemudian pandangannya tertuju pada sebuah ruangan dengan jendela kaca bulat di dekat tumpukan papan selancar, “Suaranya dari kabin ruangan itu.”

“Seseorang mengawasi kita?” tanya Namgyu, tapi nada bicara gadis itu sama sekali tidak mirip dengan pertanyaan.

Hening.

Myungsoo mau tak mau kembali menaikkan tudung hoodienya juga rapat-rapat, namun pria itu tetap berusaha positif thinking, “Ahh… mungkin itu peserta wisata pesiar yang lain.”

Bang Namgyu memicingkan matanya kearah jendela kaca bulat itu, “Feelingku mengatakan itu Kim Nayeon yang ingin memata-matai kita..”

***

‘BRRAAGGG!!’

Kwan Nara dan Cho Kyuhyun. Keduanya terhenyak kaget dengan mata membulat lebar saat setumpuk tong kayu  di samping mereka tiba-tiba roboh dan menimbulkan suara gaduh. Bukan suara yang terlalu keras sebenarnya, tapi cukup untuk mengganggu 2 orang yang tengah berduaan di geladak belakang kapal.

Keduanya lalu saling melempar pandang, menyalahkan.

“Puas?” desis Nara, tertahan.

“Yak! Kenapa kau menyalahkanku?” sungut Kyuhyun, tidak terima.

Kwan Nara memicingkan matanya, menatap sinis, “Tongnya jatuh karena kau tiba-tiba mendesak-desak!” gadis itu mengangkat wajahnya, menghakimi, “Masih tidak mengaku kalau kau salah?”

“Ishh… aku kan hanya ingin tau apa yang sedang kau tonton!” desis Kyuhyun, mencoba membela diri. Pria itu mengintip kecil lewat jendela, memastikan sepasang kekasih yang baru saja mereka ‘intip’ itu tidak terlalu penasaran untuk menuju ke tempat ini.

“Aku tidak sedang menonton, Cho Kyuhyun yang tampan..” cibir Nara, gadis itu membetulkan ikatan rambutnya yang berantakkan, “Aku sedang melihat kondisi.”

“Kalau begitu keluar saja,” sahut Kyuhyun, enteng.

“Yak! Kau tidak berpikir tentang resiko, ya?” sengit Nara, gadis itu mulai menyusun kembali tiga tong kayu kosong yang berjatuhan di sekitar mereka, “Kau ini seorang Idol dan aku adalah pewaris tunggal Kwan’s Corp yang disorot public. Terlebih kita pernah terlihat bersama di acara WGM!”

Kyuhyun mengangguk-angguk kecil sambil mengusap dagunya, sok intelek. “Eung.. Benar. Pintar juga kau..”

Kwan Nara menyibak poninya, “Ishh.. aku memang sudah pintar sejak dulu.”

“Ahhh… tapi kau tetap saja bodoh di matematika.”

“BERISIK!”

Mengabaikan bentakan peruntuh gedung itu, Cho Kyuhyun merangkulkan lengannya ke pundak Nara dengan santai, “Yasudah, seperti biasa, ayo kita menyamar saja..”

“YAK! LEPASKAN TANGAN KOTORMU DARI PUNDAKKU!”

Lalu sekeras apa pun seorang Kwan Nara berteriak di dalam ruangan kabin, tidak akan ada seorang pun yang mendengarnya. Karena pada saat itu, ada sebuah polusi suara yang lebih hebat dari sekedar teriakan seorang gadis setengah iblis.

Saat kapal pesiar ini mulai berderu.

Melaju..

***

Kim Seorim tersenyum lebar sambil merentangkan kedua tangannya. Berdiri tegak di ujung atap dek tertinggi adalah pilihan terbaik untuk menikmati moment-moment tertentu. Seperti sekarang, saat kapal mulai berlayar. Baling-baling berputar, semakin cepat. Badan kapal mulai bergerak menjauh dari dermaga. Menimbulkan deru yang kian lama kian melembut. Meninggalkan jejak riak yang memanjang membelah garis laut.

“Duduklah, Mrs.Coffee… kau bisa jatuh!” hardik Junhyung. Pria itu muncul dari arah tangga besi dengan sebotol cola di tangannya.

“.……”

“Kita tidak sedang berada di film Titanic, Raisly..”

“.……”

Yong Junhyung mengerucutkan mulutnya, jengkel. Pria itu sudah berada di petak yang sama dengan Seorim sejak beberapa menit lalu, hanya saja ia duduk, sambil membiarkan kedua kakinya menggantung bebas di tepi atap dek, “Yak! Duduk sekarang, atau kubuang semua persediaan Starbucks yang kubawa!”

Tapi gadis Daegu itu bahkan tak peduli dengan kalimat ancaman dari Mr.Cola-nya. Ia tetap berdiri di ujung sana. Bergeming. Membiarkan angin laut menampar lembut tiap inci kulit wajahnya. Membiarkan sepasang mata coklatnya mengedar liar dengan bebas, menikmati birunya laut dan langit yang menyatu dalam pandangannya. Membiarkan seluruh imajinnya berkelakar, pada betapa besar nikmat yang sudah Sang Budha berikan padanya hingga hari ini.

“Dulu aku pernah mengamuk..” ujar Seorim beberapa lama kemudian. Gadis itu menoleh kecil pada Junhyung, lalu akhirnya mendudukkan diri, memeluk kedua lututnya erat-erat. Pandangannya kemudian kembali pada laut, tersenyum simpul, “Aku sempat iri karena Junsu Oppa terus-terusan pamer tentang ia yang pernah naik kapal pesiar di Singapore saat menggarap Hands Up’s Music Video..”

Junhyung terkekeh geli,

Seorim menoleh, berjengit heran, “Wae?”

Yong Junhyung masih tertawa kecil, kemudian memukul pelan kepala Seorim dengan ujung botol Colanya, “Kau seperti anak kecil.”

“Biar saja..” timpal Seorim, tangan kanannya langsung melayang bebas merampas botol Cola di tangan Junhyung, kemudian mulai meneguk isinya yang tinggal seberapa itu. Ahh.. Minuman soda ini rasanya tidak buruk juga. Setelah mengkosongkan botol Cola di tangannya dalam beberapa kali teguk, gadis itu menurunkan kakinya, membiarkannya menggantung bersama kaki Junhyung.

Hening sebentar.

Yong Junhyung diam-diam mulai terpesona dengan pemandangan di depannya. Kapal mulai melewati selat. Menyuguhkan pemandangan hijau yang menawan di kanan kiri mereka, berjejer dengan tebing-tebing batu yang menjulang kokoh walau tak begitu tinggi, pulau-pulau kecil keindahan Korea.

‘Byuurrrr!!!’

Dan dari atap dek ini, ia bisa mendengar bunyi deburan air yang cukup keras. Seseorang nampaknya melompat dari geladak. Bunuh diri, mungkin? Mengingat suhu di musim dingin seperti ini sangat tidak bersahabat untuk berenang. Ya, kecuali untuk orang-orang bodoh sok keren yang suka mencari perhatian dan tebar sensasi.

……..

 ‘Yeah girl it’s oke.. ijen igsughae.. Neoman johdamyeonya na na nungamajulkke.. Yeah girl it’s okay.. ijen igsughae..’

……..

Ringtone ponsel berbunyi, mengalun pelan, memecah sunyi. Yong Junhyung menoleh, memandangi Seorim yang tampak mencari ponselnya di dalam tas kain kecil. Ringtone dengan alunan slow hip-hop ini, entah apa judulnya, tapi satu hal yang Junhyung yakini, bahwa ini adalah lagu Block B.

“Yoboseo?” sapa Seorim, ia meletakkan ponselnya di samping telinga setelah sebelumnya menekan tombol jawab. Lalu detik berikutnya, gadis itu mulai mendengarkan suara di seberang telpon dengan seksama, “Ahh… Direktur Shin, saya sudah setengah mengerjakan laporannya. Anda tidak perlu khawatir, ini akan selesai tepat waktu.”

“…….”

Gadis itu mengangguk-angguk kecil mendengarkan perintah sang Direktur, kemudian mulai beranjak dari duduknya dan berjalan agak menjauh dari Junhyung, “Nde? Proyek Deligent stars awal tahun besok? Apa saya juga harus turun tangan? Bukankah tim nona Han sudah mulai merancangnya?”

Yong Junhyung mendesis kecil dari tempatnya, “Cishh.. benar-benar gadis gila kerja.”

‘Pletak!’

Junhyung meringis kecil saat sebuah botol cola kosong menghantam tulang tengkoraknya. Ia menoleh pelan dan mendapati sosok Seorim sudah berada di dekat tangga, hendak turun dari atap dek sambil melempar tatapan ‘Aku-ke-kabin-duluan’ kearahnya. Rapper Beast itu hanya mengangguk kecil sambil melambai singkat.

Lalu setelah sosok Seorim tak lagi terlihat, pria itu hanya bisa merutuk kecil sambil memainkan botol cola kosongnya, “Harusnya kubuang saja ponselnya ke laut..” ia lalu melempar botol ditangannya, membuangnya ke bawah dengan sembarang, “Seperti ini..”

‘Takk!’

 “YAK! WARGA NEGARA BODOH! KAU TIDAK TAU ADA TEMPAT YANG BERNAMA TONG SAMPAH YA?”

“……”

Sepasang mata Junhyung langsung membulat kaget. Dengan agak ngeri, pria itu melongok ke bawah. Ia menelan ludah, tampak seorang gadis dengan kaos oblong putih dan kacamata hitam tampak mengamuk karena tertimpuk botol kosong yang dibuangnya.

“Ayo cepat!”

“Ishh… tidak bisakah kau sabar, sedikit?”

“Aigoo… Kaibabo! Kau ini lamban sekali!”

“Yak! Hime! Kau pikir tas-tas ini tidak berat? Hah?”

Belum selesai dengan seorang gadis yang masih mengamuk di bawah, Junhyung kembali dikagetkan oleh suara-suara aneh yang mendekat. Disusul dengan bunyi langkah kaki yang menaiki anak tangga mendekati atap dek. Celaka! Pria itu langsung menaikkan tudung jaket dan mengenakan masker hitamnya.

“Ahh… lihat, lihat! Benar kan kataku, pemandangan dari sini indah sekali!” terdengar suara pekikkan seorang gadis dari arah belakang, “Aku harus memotretnya..”

Oke, Yong Junhyung, kau harus segera pergi!

‘Ckreekk…’

Tapi tepat saat ia berbalik untuk pergi, seseorang memotretnya. Junhyung mendesis, dari balik kacamata hitamnya, ia melirik sekilas gadis berambut coklat ikal yang tengah mematung memegang instax di hadapannya.

“Ahh.. Mianhamnida..” gadis itu membungkuk tidak enak, “Aku tidak bermaksud memotret anda, hanya saja-”

“Gwaenchana..” potong Junhyung. Ia merapatkan jaketnya dan kemudian berlalu tak peduli, melewati si gadis yang tampak terdiam shock, kemudian melewati seorang pria berfedora coklat dengan dandanan tertutup serupa yang baru saja sampai di atap dek.

“……”

“Ya! Hime! Kau baik-baik saja?” pria yang tak lain adalah Kai itu menurunkan semua tas bawaannya dan buru-buru mengguncang tubuh Nayeon yang terdiam kaku.

“Kim Jong In..”

“Nde?”

“Aku merasakan sesuatu yang aneh.”

Dahi Kai berkerut bingung, “Eh?”

Nayeon menelan ludah, tangannya terulur meraih kertas foto yang meluncur keluar dari sisi bawah instaxnya, mengibas-ibaskannya pelan, kemudian mengamati sosok yang tak sengaja terpotret disana, “Sepertinya aku mengenal suara pria itu.”

“Kau yakin, Hime?”

Nayeon mengangguk kecil, ia kemudian mengedarkan pandangan, membiarkan sepasang matanya menyapu liar ke sekitar, hingga berhenti pada sebuah handbag hitam besar yang tampak tertinggal di tepi atap dek, tempat pria tadi duduk, “Tunggu… apa itu?”

Tanpa menunggu tanggapan dari Kai, Nayeon muali berjalan mendekat, meraih handbag itu dan mengamatinya sebentar. Tampak berat. Apa isinya?

“Yak! Jangan menyentuh benda asing sembarangan!” bentak Kai, dengan agak cemas ia menarik Nayeon untuk menjauh, “Bagaimana jika itu bom?”

Sepasang mata Nayeon langsung membulat ngeri, “Jinjja?”

Kai masih memasang sikap waspada. Ia berjongkok, mengambil alih handbag hitam yang tampak mencurigakan itu sambil mengintruksikan Nayeon untuk menjauh. Setelah gadisnya mundur beberapa langkah dan dirasa cukup aman, perlahan ia mulai membuka resleting tas itu, melihat isinya dengan hati-hati..

“OMONA!!!”

“Wae? Wae?” Nayeon agak mencondongkan badannya, takut-takut, “Apa… apa itu benar-benar bom?”

Kai menggeleng cepat.

Kim Nayeon menghela napas lega, setidaknya ia belum akan mati dalam waktu dekat ini. Gadis itu kembali mendekat dan ikut berjongkok di sebelah Kai, lalu hanya butuh waktu sedetik untuk membuatnya terhenyak kaget saat melihat berbotol-botol cairan coklat berlabel yang memenuhi handbag itu.

“Ya Tuhan! Rasanya aku tau siapa dia!” Nayeon setengah membekap mulutnya.

Kai menoleh cepat, “Jinjja?”

Nayeon mengangguk mantap, “Penyelundup Starbucks!”

***

Kwan Nara duduk menyilangkan kakinya pada sebuah kursi panjang di tepi geladak kapal. Ia masih menggoyang-goyangkan botol cola kosong di tangannya. Menatap benda plastik itu dengan penuh dendam, seolah ia bisa melelehkannya dengan sebuah tatapan laser. Sementara mulutnya terus mengunyah potongan-potongan salmon yang disuapkan Kyuhyun sejak tadi.

“Sebegitu dendamnya?” Kyuhyun melirik ngeri sambil terus memainkan pisaunya, memotong-motong daging salmon.

“Tidak juga.”

“Lalu kenapa kau memandang botolnya dengan begitu mengerikan?”

“Eh? Mengerikan? Jinjja?” Nara mengamati botol kosong itu lagi, kemudian membuangnya jauh-jauh.

“Yak! Ambil!” gertak Kyuhyun, pria itu menuding tajam pada botol cola kosong yang dibuang Nara dengan sembarang, “Kau tidak tau ada tempat bernama tong sampah? Kalau begitu, kau sama saja dengan pria di atap dek itu..”

Nara mendengus kecil, memungut botol itu kembali.

Sementara Cho Kyuhyun mulai meletakkan potongan salmon yang diselesaikannya ke dalam mangkuk melamin. Matanya tak sengaja menangkap sebuah pemandangan manis pada hamparan laut di belakang Nara. Sepasang kekasih yang terlihat seru menaiki motor-boat di sekitar kapal, tampak tertawa lepas. Dan… pria yang memegang kemudi motor-boat itu.. rasanya tidak asing, entahlah, ia tidak sedang memakai kacamatanya sekarang.

“Kwan Nara, apa kau tidak merasa aneh?” tanya Kyuhyun kemudian.

“Eh?”

Kyuhyun mencomot potongan cumi dan mencelupkannya pada koyaku washabi, “Bukankah ini acara wisata pesiar? Tapi setiap pasangan disini rasanya tidak mencoba untuk saling mengenal satu sama lain.”

“Aishhh… Memangnya kau mencoba?” sindir Nara, gadis itu menjilat sisa-sisa kecap asin di ujung jari-jarinya.

“Ya! Aku seorang idol!”

‘Ctakk!’

Kwan Nara tersenyum lebar setelah menjentikkan jarinya, “Mungkin saja semua yang ada di kapal ini ternyata juga seorang idol. Atau seorang tokoh tersohor? Anak presiden, mungkin? Pimpinan militer dari Korea Selatan? Buronan yang sedang dicari kepolisian Seoul? Atau…” gadis itu memutar bola matanya, “Atau mungkin seorang member 2PM?”

‘Grabb.’

Kyuhyun menggenggam kembali pisau di samping tangannya dengan satu gerakan cepat, sementara sepasang matanya sudah melempar isyarat perang pada pewaris tunggal Kwan’s Motor Corp itu.

Nara tersenyum sinis, “Wae? Kau mau membunuhku?”

“Tidak. Aku akan membunuh semua member 2PM.”

“Itu sama saja kau membunuhku, bodoh!”

“Ishhh… teori macam apa itu?” cibir Kyuhyun, pisau di tangannya kemudian kembali bergerak telaten memotong-motong berbagai daging lunak segar yang tergeletak di meja kayu, “Ngomong-ngomong, mungkin kau benar..”

“Tentang?”

Cho Kyuhyun memelankan suaranya, “Beberapa pria di dalam kapal ini mungkin juga seorang idol..” ia meletakkan pisaunya lagi, kemudian melirik pada seorang pria berpenampilan aneh (celana renang, hoodie abu-abu gelap bertudung dan kacamata hitam berframe animal print) yang tengah memancing di ujung muka geladak, “Lihat saja penampilan mereka yang selalu tertutup rapat. Tak beda jauh denganku, kan? Jaket gelap, tudung yang selalu menutupi kepala, kacamata hitam, topi, dan masker. Heumhh… Mencurigakan.”

Cho Kyuhyun masih mengamati pria misterius di ujung geladak, entah kenapa ia merasa mengenal pawakan pendek dengan otot kaki yang sedikit terbentuk seperti itu. Ia mencoba menajamkan matanya lagi, dan samar-samar melihat bentuk rahang yang menonjol kuat di balik sisi tudung hoodie yang sedikit tersibak angin sore. Rasanya tidak asing dengan sosok itu, tapi siapa?

“……”

Merasakan aura angker yang tiba-tiba menyelimutinya, Cho Kyuhyun buru-buru kembali mengalihkan padangannya pada Kwan Nara. Gadis itu tampak memiringkan wajah datarnya, diam mengamati Kyuhyun dengan tatapan aneh yang terkesan merendahkan, membuat pria itu berjengit ngeri, “Yak! Kenapa kau menatapku dengan sorot melecehkan begitu?”

Kwan Nara menghela napas kecil, “Berhentilah bicara tentang analisis seperti itu..” ujarnya seraya beralih mengambil sepotong ebi sashimi yang masih tersisa di mangkuk merah, kemudian melahapnya, “Wajahmu tidak cocok. Kau harus sadar diri bahwa kau sama sekali tidak punya tampang detektif atau semacamnya..”

‘Plettakk!’

“Yak! Bodoh! Jangan memukulku! Aku hanya bicara sejujurnya!” bentak Nara, nyaris berteriak. Gadis itu mendengus dan kembali mengunyah sisa ebi di mulutnya, “Ngomong-ngomong, daripada jadi seorang idol atau detektif, kau lebih cocok jadi penjual Sashimi di warung tenda…”

***

Hwang Soojung berjalan mendekat pada seorang pria berhoodie abu-abu yang tengah focus dengan kegiatan memancingnya di muka geladak. Kedua tangannya tampak penuh dengan handuk kering dan dua kaleng jus dingin.

“Sudah lama?”

Jonghyun menoleh dengan cengiran lebarnya, “Aku dapat 3 ikan! Besar!”

Soojung mendesah kecil, ia ikut duduk di samping pria itu, kemudian mengulurkan handuk kering yang dibawanya, “Setelah berenang di laut, harusnya kau mengeringkan badanmu dulu, kan? Kenapa malah mengambil alat pancing dan langsung berlari kesini?”

Jonghyun menggantung tongkat pancingnya pada teralis kapal. Pria itu menerima handuk pink yang diulurkan Soojung, melepas tudung hoodienya, dan mengusak kain tebal itu untuk mengeringkan rambutnya yang masih setengah basah,

“Ini namanya tidak membuang waktu untuk menikmati liburan..” sahutnya sambil mengerlingkan mata pada Soojung.

Gadis yang kini mengenakan mantel putih tebal itu hanya tersenyum kecil, “Eungg… Apa kau tidak ingin makan Seafood, Hyun?”

Jonghyun meletakkan handuknya dan kembali meraih meraih tongkat pancing sempat digantungkannya pada teralis kapal, “Tidak. Aku tidak lapar.”

“Naik ke atap dek?”

Main vocal Shinee itu menoleh ke atas, tampak sepasang kekasih yang ribut bermain saling menendang satu sama lain, “Di atas sana sepertinya ada pasangan gulat.”

Soojung menaikkan kedua alisnya, “Bagaimana dengan minum teh sambil menikmati sunset sebentar lagi?”

Kim Jonghyun hanya menoleh kecil sambil menarik roll pancingnya, “Bukankah lebih bagus menyaksikan sunset sambil memancing ikan?”

“Ahh.. ya, mungkin begitu lebih menyenangkan..” sahut Soojung, gadis itu tersenyum getir. Membiarkan matahari senja yang mulai mendekati ufuk barat membiaskan cahaya merah ke wajahnya yang tampak kecewa.

Jadi, sebenarnya wisata ini milik siapa?

Diam-diam Soojung merasa tak nyaman. Ia tau Jonghyun kadang egois, seringkali malah. Dulu, saat mereka masih hanya menjadi sahabat, ia masih bisa mentolerir itu. Tapi sekarang, bahkan setelah mereka menjadi sepasang kekasih, apa ia juga masih harus mentolerir dan tetap mengalah? Tidakkah seharusnya Jonghyun lebih dewasa dan belajar mengurangi keegoisannya itu?

Kenapa rasanya jadi seaneh ini?

Kalau harus terus begini, kalau ia dan Jonghyun tetap bersikap sama seperti dulu, lalu apa bedanya ‘kekasih’ dan ‘sahabat’? Apa yang berarti dari sebuah ikatan yang mereka buat?

Hwang Soojung beranjak dari duduknya dan perlahan melangkah pergi kedalam kabin. Meninggalkan dua kaleng jus yang sudah tak lagi dingin, teronggok tak tersentuh di atas lantai dek yang licin.

***

“Yuhhhuuuuuu!!!”

Kim Myungsoo kembali menarik gas dengan kecepatan tinggi. Membuat motor-boat yang dikendarainya menukik cepat di permukaan air laut yang bening, semakin mendekat kearah kapal pesiar mereka. Sementara Bang Namgyu terus berteriak kencang sambil memeluk pinggang Myungsoo erat-erat dari belakang.

‘Byyurrr!!!’

Guyuran air menciprat kemana-mana, membuat baju Myungsoo dan Namgyu kali ini benar-benar jauh dari kata selamat. Namgyu tertawa lepas sambil menyeka wajahnya yang basah dengan punggung tangan. Sore ini benar-benar menyenangkan. Ia tidak pernah tau Myungsoo punya keahlian mengendarai motor-boat seperti ini.

“Kau mau lagi?” tawar Myungsoo, setengah tertawa.

“O! Tapi ini sudah mulai gelap, lebih baik kita kembali ke kapal..” sahut Namgyu, gadis itu mendongak mengamati matahari yang sudah tak tampak lagi di ufuk barat.

“Arraseo..”

Sekitar lima menit kemudian, Myungsoo sudah merapatkan motor-boatnya ke tepi kapal, kemudian memasukkan benda itu kedalam garasi boat di bagian bawah kapal pesiar. Selain motor-boat, di dalam garasi itu juga ada cano, banana boat, dan semacamnya yang memang menjadi fasilitas untuk wisata pesiar ini.

“Kau lapar, Wonsungi?” tanya Myungsoo, pria itu mengulurkan tangannya, membantu Namgyu menaiki tangga besi menuju dek kapal.

Namgyu menggeleng. Setelah berhasil sampai di atas, ia langsung mendekat mengamati wajah Myungsoo lamat-lamat, kemudian meletakkan punggung tangannya di kening pria itu. Diam sebentar.

Myungsoo berjengit, “Wae?”

“Apa kau sakit?”

“Ani.”

Namgyu menurunkan tangannya, ia beralih mengambil handuk yang memang sudah ia persiapkan di atas dek, kemudian menyampirkan benda itu ke lehernya, “Kenapa seharian ini kau bersikap manis sekali padaku?”

“Eh? Kau keberatan?” bingung Myungsoo.

Namgyu mengangguk cepat, “Aku merasa itu sangat mengerikan.” Ia berbalik sebentar untuk mengambil handuk lain yang tergantung di teralis dek untuk mengeringkan rambutnya, “Tidak bisakah kau bersikap normal dan-”

Bang Namgyu menelan ludah, tenggorokannya tercekat saat merasakan hembusan napas hangat di tengkungnya. Perutnya seolah menghentak hangat saat lengan seseorang melingkup pinggangnya dari belakang. Pria itu memeluknya dengan sempurna. Tanpa peduli pada baju basah yang masih menempel di tubuh mereka.

“Apa ini juga mengerikan, huh?” goda Myungsoo.

“Eung.. Mr.Huffish..” Namgyu mencoba melepaskan rangkulan tangan Myungsoo dari pinggangnya, “Rasanya aku harus segera kembali ke kamar.”

Myungsoo semakin mengeratkan pelukannya, “Wae? Nanti saja..”

Namgyu mulai menyentak-nyentak badannya, “Tidak bisa. Aku harus kembali ke kamar sekarang!”

“Tidak boleh..”

“Aku harus kembali ke kamar!”

“Tidak bo-AWWWW!!! YA! BANG NAMGYU!”

Myungsoo langsung meloncat-loncat kesakitan, mengaduh meratapi telapak kakinya yang pegal karena diinjak Bang Namgyu. Sementara si tersangka sudah kabur jauh menuju kabin, melambai sambil menjulurkan lidahnya dengan penuh rasa kemenangan.

“Aigoo.. Kim Myungsoo, malang sekali nasibmu..” gumamnya, mengasihani diri sendiri, “Kau ini seperti seekor koala rumahan yang kurang belaian dari majikannya.”

***

“Mwoya?”

Kim Jong In menatap heran pada deretan papan-papan lonjong panjang yang ditunjuk Nayeon. Papan selancar? Yang benar saja! Ia melirik sosok Nayeon yang kini tengah menggosok-gosok telapak tangannya sambil meniupkan udara ke dalam sana. Apa gadis di hadapannya itu serius?

“Yak! Kim Nayeon!”

Nayeon mendongak polos, “Nde?”

“Ige mwoya?”

“Aku ingin melihatmu bermain itu.”

“Malam-malam begini?”

Nayeon mengangguk cepat.

Kai terdiam sebentar sambil menggaruk lehernya. Bingung. Berselancar? Aishh.. Demi Tuhan! Ia hanya pernah menyentuh papan-papan itu saat bergaya sok keren untuk pemotretan majalah! Tapi sekarang Nayeon ‘menantangnya’ untuk praktek langsung menggunakan benda itu di tengah laut?

“Kau tidak bisa berselancar ya?” tembak Nayeon.

“Eh? Ten-.. tentu saja aku bisa!” sangkal Kai, agak tersentak.

Nayeon tersenyum lebar. Ia mengeluarkan Nikon camera dari saku tas kecilnya, bukan lagi instax, persediaan kertas fotonya sudah hampir habis. Gadis itu mengedikkan kepalanya kearah deretan papan selancar yang terjejer rapi pada dinding belakang kabin, mengisyaratkan Kai untuk segera memilih satu dan beraksi di tengah laut.

Kai menelan ludah, matanya membulat setengah panik, “Yak! Kau gila? Disini tidak ada ombak, bagaimana aku bisa berselancar?”

“Jinjja?” Nayeon mengerjapkan matanya, kemudian mengedarkan mata pada laut lepas di sekitar mereka. Benar. Memang tidak ada ombak sama sekali disini. Tapi gadis itu tidak mau menyerah, “Kalau begitu kita pergi saja ke tempat yang ada ombaknya!”

Kai sedikit menurunkan kacamatnya, berjengit menatap Nayeon, “Kau pikir aku ini Doraemon yang punya pintu kemana saja?”

Nayeon hanya menggeleng kecil, “Tapi… bukankah kau ini penjaga pohon kehidupan yang mempunyai kekuatan teleport?”

‘Pletakk!’

“Ishh… Appo!” dengus Nayeon, gadis itu mengusap-usap kepalanya dengan pipi yang menggelembung sebal.

Kai terkekeh kecil dan langsung mencubit kedua pipi Nayeon dengan gemas, “Aigoo.. berhentilah menjelma menjadi ikan kembung seperti itu. Dasar je-”

Kalimat itu tergantung. Kai terdiam kaget, pria itu merasa beku saat menyadari sesuatu. Sekitar sepuluh meter di belakang Nayeon, tampak seorang pria dengan balutan mantel dan syal gelap tengah mengamatinya. Entah sejak kapan.

“Hime, sepertinya kita harus masuk ke kabin..” lirih Kai.

“Eh? Kena-”

‘Trett.. Treett…’

Nayeon menggantung pertanyaanya, gadis itu beralih meraih ponsel yang bergetar di saku celana, “Ahhh.. Jakkamanyo!” ujarnya seraya membuka satu pesan masuk dari nomor staff wisata pesiar. Sepasang mata coklatnya mulai menyapu isi pesan singkat itu dengan seksama,

“Party? Jinjja?”

***

‘Tok.. Tok.. Tok…’

Yong Junhyung melepas earphone yang menyumpal telinganya seraya beranjak dari posisi rebah, mendudukkan diri ke tepi ranjang, “Masuk.”

‘Kreekk..’

“Yongie?”

Semburat wajah Kim Seorim menyeruak dari pintu kayu yang terbuka. Gadis itu masih mengenakan pakaian yang sama sejak tadi pagi, tampak agak berantakan dengan rambut yang mencuat kemana-mana dari ikatannya, juga beberapa jilidan kertas dan pensil yang menumpuk membebani tangan kirinya. Tapi ia masih tetap terlihat cantik, selalu cantik..

“Kenapa kau betah sekali berdiri di depan pintu?” tegur Junhyung.

Seorim tertawa pelan, rasanya seperti de javu. Gadis itu mulai melangkah masuk tanpa menutup pintu kamar, “Yongie, boleh aku mengambil starbucks yang kau bawa? Aku butuh kopi untuk lembur malam ini.”

“Lembur?” Junhyung mentautkan alisnya, merasa tidak nyaman. Lalu detik berikutnya ia langsung teringat sesuatu, “Eung… tentang starbucks, aku sepertinya meninggalkan tas berisi starbucks itu di suatu tempat di kapal ini, dan aku lupa dimana itu.”

“Hhhhh… jinjja?” Seorim menghembuskan napas berat, tampak kecewa.

“Mianhae… Aku akan mencarinya besok.” timpal Junhyung, merasa tidak enak. Pria itu mengetuk-ngetukkan telunjuknya ke tepi kayu ranjang, tampak berpikir sebentar, “Eumhh… Mungkin kita bisa keluar untuk melihat bintang dan membuat kopi di dapur kapal?”

“Ahh… good idea!” sahut Seorim, setengah memekik.

Benarkah? Yong Junhyung tersenyum lebar. Pria itu sudah beranjak meraih ransel di dekat jendela, hendak mencari mini tube yang sengaja sudah ia bawa untuk melihat bintang bersama gadisnya. Tapi baru saja ia membuka resleting depan…

‘Kreekkk..’

Gerakannya terhenti saat mendengar suara derit pintu kayu yang digerakan. Ia menoleh, dahinya berkerut bingung mendapati Seorim yang hendak keluar dari kamarnya,

 “Aku akan ke dapur untuk membuat kopi! That’s a good idea..” jawab Seorim sebelum Junhyung sempat melontarkan pertanyaannya.

“Eh? Lalu melihat bintangnya?”

Seorim memainkan jemarinya pada kenop pintu, ia menatap jilidan kertas di tangannya, kemudian beralih lagi pada Junhyung dengan seulas senyum kecil, “Eung… itu nanti malam saja, ya?” ujarnya sambil berlalu keluar dari kamar.

Yong Junhyung mendesah panjang menatap pintu kayu kamarnya yang sudah tertutup rapat, “Nanti malam?” gumamnya sambil tersenyum miris, “Ini sudah malam, Mrs.Coffee.. Apa tumpukan pekerjaan itu bahkan sudah membuatmu amnesia tentang waktu?”

‘Trett.. Trett..’

Dengan malas pria itu meraih ponselnya yang bergetar di tepi ranjang, sebuah pesan singkat dari staff Romantic Yacht.

“Invitation? Barbecue Party?”

***

Kim Jonghyun terus melangkah menuju kabin sambil sesekali tersenyum memandang hasil pancingannya yang ia dapat buah kesabaran empat jam membatu di tepi geladak kapal. Ia akan membawa semua ikan ini pada Soojung dan meminta gadis itu untuk memasaknya ala Prancis. Ahhh… membayangkanya saja sudah membuatnya begitu lapar.

‘Treet.. Trett…’

Ponsel?

Pria itu meraih benda putih tipis kesayangannya dari kantong hoodie, mengelap layarnya yang sedikit lembab, kemudian membuka pesan masuk dari kontak ‘Romantic Yacht 2013’. Hanya butuh beberapa saat hingga ia terkekeh kecil, “Aigoo.. Ige mwoya? Party? Barbecue?”

“Ya! Jonghyun-ah!”

Jonghyun menghentikan langkahnya. Ia tersenyum kecil sebelum menoleh untuk menimpali Soojung. Tunggu.. Soojung? Sejak kapan suara Soojung berubah berat seperti seorang pria? Jonghyun menelan ludah, sepasang matanya membulat cemas. Ia merapatkan tudung hoodie dan membenarkan kacamatnya, lalu pelan-pelan ia menolehkan kepalanya ke belakang,

“Kau… Kim Jonghyun, kan?”

Seorang pria berdiri tak jauh di belakangnya. Mengenakan mantel hangat, kacamata hitam dan sebuah syal warna gelap yang menutupi hingga sebagian wajahnya. Nada bicaranya terdengar menghakimi dan penuh keyakinan di telinga Jonghyun. Mengerikan. Orang itu pasti paparazzi!

Run, Jjong! Run!

Dan sedetik kemudian Jonghyun langsung berlari sekencang mungkin.

“Yak! Jangan kabur!”

Jonghyun berlari semakin panik saat mendengar derap langkah cepat mengikuti di belakang. Pria mengerikan tadi mengejarnya. Sialan! Jonghyun berlari semakin cepat, lebih cepat, tapi tidak cukup cepat untuk memperjauh jarak dengan pria yang mengejar di belakangnya itu. Tanpa sempat masuk kedalam kabin, ia akhirnya berlari berputar-putar mengitari geladak, sambil diam-diam mengutuki diri karena tidak pernah ikut acara semacam running man.

Kedua pria itu seperti dua orang bocah yang tengah bermain kejar-kejaran di atas kapal. Atau lebih mirip dua orang actor yang sedang syuting film action? Dimana adegan seorang pria mesum berhoodie dengan celana renang, tengah dikejar oleh pria misterius yang mirip pembunuh bayaran.

“Yak! Berhenti! Sampai kapan kau akan lari, bodoh?”

Kim Jonghyun merasakan napasnya hampir putus saat pria mengerikan itu berhasil mencengkram bagian belakang hoodienya. Menghentikannya, tepat di wilayah kapal yang sepi, geladak belakang. Lalu dengan sekali gerakan menyentak, pria itu berhasil memutar badan Jonghyun menghadap kearahnya.

“Kau harus punya kaki yang lebih panjang agar bisa kabur dariku, Jonghyun-ah..”

Jonghyun terhenyak kaget, setengah tak percaya saat si pria misterius  itu menurunkan syal hitam yang menutupi wajahnya.

“Hyung…”

Hanya sahutan kecil bernada flat itu yang keluar dari mulut Jonghyun. Pria itu terlalu bingung tentang ekspresi macam apa yang harus ia pasang saat ini. Apakah ia harus kaget, senang, marah, atau mengamuk saat menemukan fakta bahwa pria yang mengejarnya itu ternyata adalah seorang Cho Kyuhyun?

“Haha.. ternyata dugaanku benar, ini memang kau!” Kyuhyun terkekeh menepuk-nepuk pundak Jonghyun dengan santai.

“Kenapa Hyung bisa berada disini?” bingung Jonghyun.

Kyuhyun memutar matanya, “Tentang itu, kau sendiri bagaimana bisa berada disini?”

“Ceritanya panjang!”

“Ceritaku juga tidak kalah panjang!”

Kemudian keduanya tertawa, saling berpeluk menepuk punggung sambil menertawai diri masing-masing yang sempat saling menyembunyikan identitas. Terasa sangat konyol bahwa mereka berada satu kapal seharian ini  namun tidak saling menyapa bahkan tidak saling menyadari satu sama lain.

“Ngomong-ngomong, rasanya bukan hanya kita yang menyamar disini..” ujar Kyuhyun disela  tawa mereka yang mulai mereda.

Jonghyun tiba-tiba teringat sesuatu dan langsung mengangguk-angguk setuju, “Nde! Aku juga sempat merasa begitu. Aku mencurigai seorang pria bertopi fedora coklat yang tadi sore berada dia atap dek bernama seorang gadis!”

“Johta! Aku juga mencurigai pria itu!” Kyuhyun menepuk tangannya, pria itu menatap Jonghyun lamat-lamat, “Menurutmu, apa kau kenal siapa dia?”

Jonghyun balas menatap Kyuhyun. Keduanya saling melempar pandang, kemudian mengangguk sambil mengembangkan sebuah senyum seringai dengan artian yang sama.

“Hyung, kita harus memastikannya!” ujar Jonghyun.

Kyuhyun mengangguk setuju. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengeluarkan ponsel dari saku mantelnya, kemudian menghubungi nomor seseorang..

‘Tuttt….’

“Yoboseo?”

“O~ JoonMyun-ah.. boleh aku menanyakan sesuatu?”

***

“Kelaparan, Soojung-ah?” tegur Seorim, gadis itu menyeret salah satu kursi makan, mendudukkan diri disana seraya meletakkan jilidan-jilidan kertas yang ia bawa ke atas meja kayu bulat di hadapannya.

Soojung yang sedari tadi tampak sibuk berkutat di dapur, menoleh kecil sambil mengaduk cangkir ungu di tangannya, “O… Seorim-ah,” ia tersenyum kecil sambil sedikit mengangkat cangkir yang dipegangnya, “Aku hanya sedang membuat coklat panas.”

“Ahh… Sepertinya aku juga butuh secangkir minuman hangat,” ujar Seorim, gadis itu hendak beranjak dari kursinya.

“Kopi?”

Seorim mengangguk.

“Duduklah.”

“Eh?”

Soojung tersenyum, “Akan kubuatkan secangkir untukmu.”

“Tidak perlu, Soojung-ah..” tolak Seorim, gadis itu berdiri dari kursinya dan berjalan mendekat, “Aku tidak ingin merepotkanmu, lagi pula aku bi-”

“Ani. Ani. Ani. Please…”

Kim Seorim berjengit bingung saat Soojung tiba-tiba memohon padanya dengan menangkupkan kedua tangan. What? Memohon? Gadis itu memohon padanya agar diijinkan untuk membuatkannya kopi? Adegan macam apa ini?

“Arraseo..” putus Seorim kemudian, walau ia sendiri masih tidak terlalu mengerti.

Soojung tersenyum lebar. Dengan penuh semangat, ia langsung mendorong-dorong Seorim untuk kembali duduk di kursinya, kemudian ia sendiri kembali ke dapur dan mulai berkutat dengan cangkir dan segala elemen tentang kopi. Mulai meracik. Tampak begitu cekatan dalam mencampur bahan-bahan sederhana yang ia temukan di rak-rak dapur.

Seorim hanya tersenyum geli melihat tingkah Soojung yang terlihat sangat serius dan bersemangat itu. Sambil menunggu, ia meraih papernya dan mulai membolak-balik jilidan kertas itu dengan serius. Ia harus segera menyelesaikan laporan rangkap dan mempelajari paper ini dengan baik agar Direktur Shin puas dan mempercayakannya untuk menangani pembukaan cabang Ceci di Jepang tahun depan. Prospek, prospek, dan prospek. Diam-diam ia ingin yang lebih baik dari sekedar jurnalis utama Ceci Magazine..

‘Treett… Trett…’

Gadis itu buru-buru meraih ponselnya saat benda itu tiba-tiba bergetar dia atas meja. Mungkin pesan penting dari Direktur atau beberapa writer dan jurnalis lain. Mungkin ada pemberitahuan tentang pengumuman jurnalis muda yang akan dikirim ke Jepang? Tapi ternyata bukan. Seorim hanya berjengit bingung saat membaca serentetan isi pesan yang masuk ke ponselnya, “Barbecue Party? Pukul 9 malam ini?”

“Owh… kau juga dapat pesannya?” timpal Soojung dari balik meja dapur.

Seorim mengangguk lemas, ia menoleh pada Soojung, “Kau juga diundang? Apa ini semacam acara wajib disini?”

“Maybe..”

“Aishh… acara aneh macam ini benar-benar menambah bebanku!” racau Seorim, gadis itu mengusak rambutnya dengan frustasi “Bagaimana aku bisa berpesta sementara aku masih harus mempelajari semua script dan paper-paper ini?”

“Pekerjaan?” tanya Soojung seraya menyodorkan secangkir kopi ke atas meja. Ia sendiri sudah duduk di samping Seorim dengan secangkir coklat panas.

Seorim mengangguk lagi, kali ini sambil tersenyum kecil tanda terimakasih, “Aku diberi banyak tanggung jawab untuk beberapa event dan skrip pemotretan utama dalam proyek tahun baru ini..”

“Pasti melelahkan.”

“Sangat.” sahut Seorim. Gadis itu meletakkan papernya dan beralih meraih secangkir kopi dengan gambar senyum yang menyambutnya. Seorim terkekeh kecil sambil melirik Soojung, kemudian mulai menyesap cairan hangat itu perlahan..

Soojung menggigit bibir bawahnya, tampak cemas, “Bagaimana?”

“…..”

“Tidak enak ya?”

Kim Seorim menjilat sisa busa kopi di bibirnya. Entah hilang kemana semua rasa kesalnya dan depresinya sekarang. Sambil memasang wajah datar yang tanpa ekspresi, gadis itu menoleh memandang Soojung dengan tatapan aneh yang sulit diartikan, “Jangan coba membohongiku! Kau ini… seorang barista ya?”

Soojung mengangguk polos.

“AAAA! DAEBAK!!!”

***

“Barbecue time!”

Nayeon berjingkrak riang sambil menghisap kuat aroma ikan bakar yang masih dibolak-balik oleh pria bermasker di hadapannya, seseorang yang ia kenal dengan nama Huffish. Mahasiswi Konkuk itu terus mengamati gerakan Mr.Huffish yang dengan cekatan mengipas-ngipas ikan di atas roaster, sambil sesekali mengoleskan saus dan kecap yang saat ini tampak meresap nikmat.

‘Taakkk!!’

Namgyu menggentok kepala gadis itu dengan sendok besar di tangannya, “Yak! Jangan diam saja! Bantu aku membuat sausnya!”

Nayeon mengaduh kecil, gadis itu lalu menoleh pada Namgyu dengan bibir yang mengerucut sebal, “Aishh… Nammie, aku sebenarnya ingin sekali membantumu. Tapi kau tau kan aku tidak bisa mengolah makanan? Bagaimana jika nanti sausnya malah beracun?”

“Ahh… benar juga.”

Sepasang mata Nayeon berbinar, “Iya, kan?”

Namgyu tersenyum kecil. Gadis itu berdiri sambil mengikat rambutnya ke atas, kemudian melotot sadis pada Nayeon, “Tapi tetap saja kau tidak boleh bersantai-santai seperti itu!”

“Aishh… Nammie, kau jahat sekali..” rajuk Nayeon.

Namgyu mengibaskan tangannya, tak peduli. Gadis itu justru beralih pada seorang pria jangkung bertopi baseball dengan setelan tertutup tebal yang tampak mengangkat alat penjepit dari roasternya. Satu-satunya pria yang ia kenal disini selain Kim Myungsoo, “O.. tuan Kim, apa lobsternya sudah matang?”

Sementara Seorim dan Soojung tampak sibuk memotong paprika, tomat, dan daging salmon, kemudian menyusunnya pada tusuk-tusuk bambu kecil, yang nantinya akan ditata diatas roaster Jonghyun dan siap untuk dibakar. Soojung terlihat sekali sangat cekatan, berbanding terbalik dengan Seorim yang tampak enggan mengerjakannya sambil sesekali membolak-balik script dan paper yang harus ia pelajari.

 “Jinjja!” desis Seorim seraya melirik sosok Nayeon yang tak jauh darinya.

Baiklah, seperti kata kebanyakan orang, gadis-gadis seumuran Hyosun seperti Namgyu dan Nayeon ini memang menggemaskan, sebuah hiburan kecil dengan aegyo-aegyo mereka, apalagi jika bisa dibully. Tapi terkadang, bagi Kim Seorim, mereka itu adalah makhluk-makhluk rusuh yang hanya bisa mengganggu kenormalan hidup orang lain.

“Wae?” sikut Soojung.

Seorim menghela napas, mencoba berbisik menahan emosinya, “Aku hanya tidak mengerti kenapa gadis-gadis remaja jaman sekarang banyak sekali yang suka memasang aegyo menjijikkan macam itu. Lagipula apa bagusnya bersikap sok ngambek di depan banyak orang yang bahkan belum terlalu mereka kenal? Apa mereka memang tipikal mulut rombeng yang tidak bisa diam?”

“……”

Hwang Soojung hanya terdiam shock setelah mendengar komentar-komentar pedas yang dengan mulusnya meluncur dari mulut Seorim.

Seorim menoleh bingung pada Soojung, “Ada yang salah?”

Gadis barista itu menggeleng pelan sambil balik menatap Seorim lamat-lamat, “Aku hanya penasaran tentang seperti apa masa remajamu dulu.”

Sementar di belakang mereka, Yong Junhyung tampak tertawa tanpa suara sambil mencuci seekor kepiting besar di atas baskom.

Di sudut lain geladak, Kwan Nara tampak sibuk mengelap piring-piring sambil bersenandung ringan mengikuti irama lagu dari headphonenya. Dengan penampilan cueknya yang mengenakan celana pendek, jaket jeans, topi kupluk dan kacamata hitam, tidak akan ada yang mengenali bahwa gadis ini ternyata adalah pewaris tunggal Kwan’s Motor Corp.

“No.. No.. No… No mercy..”

Namgyu yang tengah mencicipi lobster bakar langsung mendongak reflek pada Nara, “Owh! Itu lagu Yongguk Oppa!”

“Eh? Lagu macam apa itu? Rasanya Midnight atau Beautiful Night jauh lebih baik..” Nayeon berkomentar lirih dengan nada tanpa rasa bersalah sama sekali, ia masih sibuk meniup-niup potongan daging lobster yang dicomotnya.

Namgyu hanya mencibir.

Sementara Soojung ikut tersenyum mengamati Nara yang tampak asyik membuat hentakan-hentakan kecil dan membunyikan suara ‘Bomm.. clap. Bom bom clap..’ sambil terus mengelap piring dan gelas di atas meja, “Bukankah itu BAP?” tanyanya, memastikan.

“Nde!” seru Namgyu sambil tersenyum lebar.

Seorim beralih sebentar dari papernya, “Gadis itu. Eung.. siapa namanya?” ia mengedikkan dagu kearah Nara yang masih asyik dengan headphonenya.

“Nara..” sahut Soojung.

“Ahh.. iya, apa dia menyukai BAP?” tanya Seorim dengan nada yang agak tidak mengenakkan, “Aigoo… selera musiknya buruk sekali.”

……

‘JEDERRRR!!!!’

…….

Bukan. Bukan petir sungguhan. Hanya saja, rasanya ada petir besar yang menyambar kapal ini, hingga aliran listriknya membuat semua orang disana (kecuali Nara dan Seorim) terdiam kaku sambil menganga shock. Bang Namgyu tertutama, hatinya langsung mencelos saat mendengar seseorang mengkritik pedas grup yang digawangi kakaknya itu.

Bahkan Kyuhyun yang baru saja keluar dari kabin sambil membawa beberapa botol minuman langsung menghentikan langkahnya. Terdiam kaku saat tak sengaja mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan Seorim. Gawat! Kalau saja Kwan Nara melepas headphonenya sekarang, maka akan terjadi pertumpahan darah besar-besaran di kapal ini.

“…….”

 “JJAA!! SEMUA PIRING SUDAH MENGKILAP!”

Suara melengking itu terdengar begitu santai tanpa tau situasi. Semuanya kini beralih pada si empunya suara yang tak adalah sosok Kwan Nara. Gadis itu baru saja melepas headphone di telinganya.

Kedua alis Nara bertaut bingung, “Wae? Kenapa kalian semua memasang tampang horor seperti itu?”

___

“Permisi, syal abu-abu, bisa tolong ambilkan sumpit?”

“Ahh.. Topi baseball, kau pandai sekali membakar lobster! Ini enak!”

“Eung… maaf, kau yang pendek! Soojung memanggilmu!”

“Jaket devil, apa kau masih punya cola?”

“Aigoo… pria bermasker, lihatlah, Wongsungimu ini nakal sekali! Haha..”

…………..

Yong Junhyung diam-diam merasa risih dengan panggilan-panggilan itu. Pria bermasker? pendek? jaket devil? topi baseball? syal abu-abu? Aishh… panggilan macam apa itu? Kenapa acara barbecue party ini jadi sangat kaku bagi para pria? Mereka berlima seolah hanya diam menutup rapat diri masing-masing, tidak mengetahui nama masing-masing, bahkan hanya berbicara seperlunya, seolah suara mereka sangat mahal untuk didengar.

Sementara para gadis? Dengan bebasnya mereka mengobrol, tertawa, berkomentar, bahkan berteriak-teriak dengan sudah saling mengenal nama masing-masing. Terasa lebih fleksibel. Seorim juga tampak lebih lepas dan keluar sejenak meninggalkan semua papernya. Ia dan gadis bernama Nara tadi bahkan tampaknya saling cocok satu sama lain. Ia juga tampak mulai terbiasa dengan suara bising Nayeon dan Namgyu di sekitarnya..

Kim Seorim sudah menemukan kebahagiaan wisatanya.

Lalu ia sendiri?

Rapper Beast itu mengasihani dirinya sendiri yang saat ini hanya terus mengipasi sisa arang sambil meneguk cola dinginnya di belakang roaster. Ia melirik keempat pria lain di sekitarnya. Sama saja. Pria-pria aneh dengan style serba tertutup itu tampak kesepian, seolah saling menjaga jarak dan tidak ingin mencoba mengenal satu sama lain. Ahh.. tidak semuanya sebenarnya, si pria pendek dan pria jangkung bersyal abu-abu tampaknya sudah saling nyaman satu sama lain.

Tapi tetap saja ini aneh!

Oke, ia adalah seorang idol, karena itu ia menjaga jarak agar tidak ketahuan. Lalu pria-pria yang lain ini, mereka kenapa? Sakit? Anti-sosial? Atau malah buronan?

“Wae?”

Junhyung menoleh, Seorim sudah berdiri di sebelahnya sambil melahap sate salmon. Pria itu mengedikkan bahu, “Entahlah, aku lelah menyamar seperti ini.”

Seorim hanya mengangguk-angguk kecil sambil menyodorkan satenya ke depan mulut Junhyung, “Jadi?”

Junhyung menggigit bagian paprika hijau, mengunyahnya pelan, “Menurutmu?”

Gadis Daegu itu tampak berpikir sebentar sambil memainkan tusuk sate di tangannya, “Eung… Bukankah kau itu tipe pria yang nekat, Yongie?” ujarnya kemudian, ia melirik Junhyung agak sinis kali ini, “Bahkan mengumumkan hubunganmu dengan Goo Hara di depan publik saja kau berani, kan?”

Jlebb!!

Sindiran kecil yang mengena.

Seorim terkekeh puas melihat Junhyung yang sudah menekuk mukanya dengan masam. Ditinjunya pelan pundak pria itu sebagai dorongan, “Uri Yongie, kajja!”

Yong Junhyung tersenyum. Sambil menggandeng tangan Seorim dan menggenggamnya erat, pria itu mulai melangkah maju ke tengah kerumunan. Tak peduli apa yang akan terjadi setelah ini, Yong Junhyung hanya mencoba percaya. Mencoba percaya pada delapan pasang mata di sekitarnya. Mencoba percaya bahwa orang asing tak akan lagi menjadi orang asing jika kita bisa mulai terbuka.

“BOLEH AKU MINTA PERHATIANNYA?” suara berat Junhyung memecah keramaian para gadis yang sibuk bergurau.

Okay, Yong Junhyung, you got it.

Kini kedelapan pasang mata itu sudah tertuju fokus padanya.

“Mari berteman dan menikmati sisa wisata ini dengan gembira..” Ujarnya sembari menarik tudung jaket devilnya ke belakang, melepas kacamata hitamnya dan mengacak-acak rambut pirang gelapnya dengan asal, “Annyeonghaseyo, Yong Junhyung imnida, bangapsumnida..”

“Beast?”

“Jinjja?”

Respon singkat itu keluar dari mulut Nara dan Namgyu secara bergantian. Keduanya beberapa kali mengerjapkan mata, setengah tak percaya. Soojung hanya tersenyum kecil sambil terus menikmati kaki kepitingnya. Empat pria lain yang berada disana juga tampak terhenyak kaget, lebih kaget malah, hingga tak bisa bersuara sama sekali untuk saat ini. Sedangkan Nayeon-

“AAAAAAAAA!!!!”

Ya. Itu Kim Nayeon. Semua pandangan kini langsung beralih pada seorang gadis dengan jaket Keroro di samping Namgyu itu. Ia tiba-tiba saja memekik histeris setelah sempat membatu beberapa saat, badannya gemetar, bahkan tanpa sadar ia sudah menjatuhkan gelas kertas berisi jus di tangannya hingga cairan berwarna pink itu menggenang mengotori lantai geladak. Sementara sepasang mata coklatnya tampak berkaca-kaca menatap kearah Junhyung.

“AAAAAA!! OPPA!!!! JINJAA?? HUAAAA- Hmpfftt…”

Dan teriakan histeris berikutnya berhasil dihentikan oleh bekapan tangan seorang pria dengan topi baseball yang berada di belakang Nayeon.

“Wae?” Junhyung mengerjapkan matanya. Shock.

“Yeonnie…” Namgyu melempar telunjuknya kearah Nayeon yang masih berontak, sedang sepasang matanya masih terpaku lurus pada Junhyung, “Dia seorang Beauty.”

“Jinjja?” kaget Junhyung. Pria itu mengembangkan seulas senyumnnya sambil membungkuk sopan pada Nayeon, “Terimakasih sudah mencintai kami..”

Dengan mulut yang belum lepas dari bekapan pria di belakangnya, Nayeon hanya bisa mengangguk-angguk antusias.

“Oppa, kau bersama Seorim Eonni?” Nara membuka suara, ia melirik tangan kanan Junhyung yang melingkar di pundak Seorim, “Tapi bukankah Oppa ini kekasih Goo Hara?”

“Hmpfftt.. Ahhh!! PUBLIC COUPLE!”

Lagi-lagi semuanya menoleh pada sosok Nayeon yang baru saja berhasil meloloskan diri dari bekapan kekasihnya. Mereka seolah melempar tanda tanya besar pada seorang Kim Nayeon, seolah ingin memastikan, ‘benarkah?’ akan pernyataan gadis itu barusan.

Junhyung menepuk tangannya, “Tepat!”

“Eh?”

“Public couple?”

Lalu mulai terdengar bisik-bisik rumpi. Bahkan para pria disana mulai bergumam sendiri, tentang betapa frontal dan nekatnya sosok rapper idol di hadapan mereka dalam membeberkan kisah cintanya sendiri.

“Bagaimana kau bisa tau?” Seorim melirik heran pada Nayeon.

“Eunji pernah memberitahukan tentang hal itu padaku!” sahut Nayeon, cepat. Walau ia tengah menjawab pertayaan Seorim, tapi tetap saja yang terus mengisi kedua bola matanya adalah Yong Junhyung.

Diam-diam, sosok Kai di belakangnya mendengus sinis.

“Owhh.. kau kenal Eunji?” kekagetan Junhyung masih berlanjut.

Nayeon tersenyum lebar, sepasang matanya masih tak bisa lepas seinchi pun dari sosok Junhyung, “Nde! Kami teman baik.”

“Eung.. Hoya bilang padaku Eunji adalah gadis yang manis.” untuk pertama kalinya, pria bermasker hitam yang duduk pada kursi besi panjang di tepi geladak itu membuka suara. Ia tampak meringis kecil saat Namgyu kemudian mencubit lengannya dari samping.

Soojung menoleh cepat, “Mwo?” ia benar-benar merasa familiar dengan suara itu.

Nara menggantung sedotan limun di mulutnya, “Kau kenal Hoya?”

“Infinite?” gumam Seorim.

“Yak!” Junhyung tersenyum miring sambil mulai mengamati sosok pria itu, “Rasanya aku tau siapa kau..”

Bang Namgyu menepuk jidatnya.

Pria bermasker itu terkekeh sambil melirik Junhyung dari balik topinya, “Baiklah, karena Junhyung hyung ternyata ada disini, jadi sepertinya tidak masalah..” dengan sekali gerakan cepat ia langsung membuka masker dan membuang black hat yang menutupi kepalanya, “Infinite’s L imnida. Mohon bantuannya..”

Double shock.

Hwang Soojung yang kali ini nyaris berteriak langsung dibekap oleh seorang pria pendek bercelana renang yang detik itu juga langsung berlari menghampirinya.

Ige mwoya?

Idol?

Again?

“Aigoo… Myungsoo-ya!” Junhyung langsung mendekat memeluk Myungsoo, menepuk-nepuk punggung pria itu dengan bersahabat, “Lama tidak bertemu denganmu..”

“Eh? Apa mereka dekat?” kompak Seorim dan Namgyu, keduanya melempar pandang satu sama lain, kemudian mengangkat bahu dalam waktu yang sama pula.

‘Taakk!!’

“YAKK!!” Namgyu menjerit.

Kim Nayeon tiba-tiba memukulnya dengan sumpit kayu, “Ishhh… Bang Namgyu! Jinjja! Bagaimana bisa kau tidak memberitahuku bahwa kekasihmu itu adalah member Infinite?”

Namgyu hanya melempar cengirannya.

“……”

“Ish… kau tidak perlu membekapku seperti itu, Hyun!” terdengar omelan Soojung yang baru saja bebas bernapas setelah lepas dari bekapan tangan seseorang, “Jika aku berteriak pun, itu tidak akan sekencang yang kau pikirkan!”

Nara memutar pandang, semakin bingung dengan situasi di sekitarnya, “Eh? Wae? Apa Soojung Eonni ternyata seorang Inspirit?”

Myungsoo langsung menoleh, “Jinjja?”

Pria pendek berhoodie gelap di samping Soojung langsung menyangkal menggoyang-goyangkan telapak tangannya, “Ani. Dia hanya menyukai Nam Woohyun.”

“Woohyun hyung?” Myungsoo terkekeh geli.

Soojung tersenyum kikuk sambil mengusap tengkuknya.

“Hyung… kepalang basah, kan?” pria di samping Soojung tadi tiba-tiba berseru, menoleh pada pria jangkung bermantel dengan syal abu-abu di belakang Nara, “Kalau begitu sekalian saja!”

Pria itu mengangguk.

Keduanya lalu berjalan ke tengah geladak.

Kwan Nara berjengit, apa-apaan ini? Oke, Cho Kyuhyun juga akan ikut-ikutan membongkar identitasnya. Lalu siapa memangnya pria pendek yang kini seolah berkoalisi dengan pria itu? Seorang idol juga? Bagus! Sebenarnya, variety show macam apa ini?

“URI SM FAMILY!”

Keduanya berteriak kompak sambil melempas semua syal, kacamata, dan topi yang menutupi wajah mereka. Ikut mengakhiri semua penyamaran aneh mereka sehari ini.

Shinee’s Jonghyun dan Super Junior’s Kyuhyun.

Triple Shock.

“……..”

Tunggu! Jika itu adalah Kyuhyun Super Junior, berarti Nara yang ada disini adalah…

Namgyu menggumam setengah tak percaya, “KyuNara couple..”

“Yak! Kau!” Kyuhyun berseru pada pria terakhir yang berada di belakang panggung geladak, pria bertopi baseball yang mendadak tampak tengah bersembunyi, “Kenapa diam saja? Cepat kemari!”

“Eh?”

Jonghyun menggeleng-gelengkan kepalanya, “Aigoo… uri dongsaeng, sudah lah, jangan berpura-pura lagi!”

“Yak! Kim Jong In! Cepat kemari atau kubunuh kau!”

“……..”

 

-To Be Continued…

INI LONG SHOT!

Right? Jadi aku nggak mau banyak omong deh, haha..

Makasih banyak buat yang udah coment di part 1 kemaren. Maaf ya kalo ada coment2 yang belum bisa aku bales,

Untuk part ini juga tolong tinggalin jejak ya..  ƪ(ˆˆ)ʃ

Karena coment kalian bakal selalu jadi penyemangat buat authornya loh, apalagi sekarang authornya lagi agak2 depresi gitu (tunjuk diri sendiri).

Semoga nanti coment2 yang bikin author ketawa, orangnya dapet pahala. Amin… (?)

 

Keep support us!

Miracle Perfection Jjang!!

Ulalala~ Ulalala~ “ƪ(˘⌣˘)┐”ƪ(˘⌣˘)ʃ”┌(˘⌣˘)ʃ” [Block B – Action] (?)


{NamSoo} I Like You

$
0
0

ILY

buat yang pengen tau gimana wajah-wajah para member b.a.p, ini dia foto para membernya! cakep-cakep yaa keke xD

bap

Tuesday, 24th January 2012, 18:00 PM KST.

Bang’s residence, Seoul.

Bang Namgyu termenung menatap poster INFINITE yang tertempel di  dinding kamarnya. Matanya tertuju pada pria yang akhir-akhir ini tidak dapat ia singkirkan dari pikiran nya, Kim Myungsoo. Tiba-tiba saja ia teringat dengan percakapan antara dirinya dan Seo Minjung.

Jadi Seo Minjung sudah tidak memiliki perasaan spesial pada Mr. Huffish ?

Seolah Minjung membaca pikiran Namgyu, ia tertawa kecil. “Tenang saja, aku tidak akan merebut Myungsoo darimu,” ucap nya dengan santai.

Wajah Namgyu bersemu merah karena malu. “E-Eh ? Aku tidak berpikiran seperti itu kok!”

Lagi-lagi Minjung tertawa melihat reaksi Namgyu yang menurutnya lucu. “Myungsoo. Kini, dimata nya hanya ada kau, Bang Namgyu. Only you.”

“…”

Setelah beberapa waktu terdiam, memikirkan kalimat yang tepat untuk ditanyakan pada Minjung, Namgyu membuka mulutnya. “Ehm, sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan padamu, Minjung-ssi,” ucapnya sedikit canggung.

Minjung memiringkan kepala nya dengan heran. “Apa ?”

Namgyu menggigit bibirnya dengan sedikit gugup, ia tidak tahu apakah ia boleh menanyakan hal ini. Namun, ia sangat penasaran dan ingin tahu jawaban dari Minjung secepatnya.

“… apakah kau masih memiliki perasaan khusus pada Myungsoo ?”

Gadis berambut cokelat itu menangkap ekspresi kaget di wajah Minjung yang langsung membuatnya mengutuk dirinya sendiri karena terlalu bodoh untuk menanyakan hal seperti ini. Dasar bodoh.

“M-Maaf! Aku tidak bermaksud membuat mu tidak nyaman, hanya saja.. aku hanya..”

Hal selanjutnya yang dilakukan Minjung malah membuat Namgyu terhenyak, Minjung terkekeh kecil lalu menggelengkan kepalanya. “Aniya, tidak apa kok, aku mengerti kenapa kau menanyakan hal ini.”

Minjung menghela nafas pelan sebelum tersenyum samar. “I do still like him, I really do,” ia behenti sesaat dan melihat Namgyu menahan nafasnya ketika mendengarkan jawaban nya. Ia menggelengkan kepalanya. “… namun, bukan lagi perasaan khusus seperti yang aku rasakan dulu. Kau tahu, hanya perasaan kagum terhadap seorang pria.”

Namgyu mengerjapkan matanya berkali-kali, perlahan senyuman kecil muncul di wajahnya. Entahlah, ia merasa senang dan lega ketika mendengar jawaban dari Minjung.

“Sebenarnya, aku menemui Myungsoo kembali karena ingin mengundangnya ke acara pertunanganku,” gumam Minjung sebelum menyantap strawberry shortcake miliknya tanpa menghiraukan pandangan kaget dari gadis yang bersama nya.

“Kau akan bertunangan ?”

“Tentu saja. Kau tahu, orangtua ku melakukan ini untuk bisnis.”

“Maksudmu, seperti arrange marriage ?”

“Yup.”

Namgyu terhenyak, jadi alasan Minjung meninggalkan Myungsoo bukan keinginin nya namun karena ia terpaksa melakukan hal itu. Ya tuhan, ia sangat berasa bersalah karena sudah menganggap Minjung adalah gadis yang jahat karena sudah mengkhianati Myungsoo.

“Itu pasti buruk,” gumam Namgyu.

Minjung tertawa pelan lalu menggelengkan kepalanya. “Awalnya, kupikir begitu. Namun, setelah mengenal pria yang akan menikah denganku, aku rasa mungkin aku bisa menyukai nya. Dan tadaa~ Sekarang, aku benar-benar menyukainya,” tutur gadis tersebut dengan ceria.

Untuk beberapa waktu, mereka menghabiskan waktu dengan saling bercerita tentang satu sama lain. Namgyu dapat mengambil kesimpulan bahwa Seo Minjung itu adalah gadis yang baik dan easy-going, wajar saja Myungsoo sempat menyukai nya.

“See you later, Minjung eonni!” Namgyu melambaikan tangan nya.

Minjung membalasnya sambil tersenyum. “Take care, ingat nasehat ku, cepat tangkap Myungsoo sebelum seseorang mengambilnya,” ucapnya sambil mengedipkan matanya.

Wajah Namgyu memerah namun ia hanya tersenyum sebagai balasan.

Well, ia tidak menyangka bahwa ia dan Minjung bisa menjadi teman.

Tiba-tiba saja, ponsel nya yang tergeletak di atas meja berdering, menandakan sebuah pesan masuk. Ia segera meraih nya dan menekan password sebelum akhirnya membaca si pengerim pesan tersebut, Mr. Huffish.

Sender : Mr. Huffish

Kau tahu apa yang sedang ku pikirkan ?

Gadis tersebut menatap ponselnya dengan heran lalu menekan tombil ‘reply’.

To : Mr. Huffish

Nan molla~ Memangnya apa ?

Beberapa detik kemudian pesan baru muncul.

Sender : Mr. Huffish

You.

Satu kata, dan itu berhasil membuat jantung Namgyu berdegup kencang tidak karuan, ia tersenyum sambil menatap pesan dari Myungsoo. Dasar pria aneh, selalu mengatakan hal yang tidak dapat diduga.

‘BRAK’

“Yo! Berhenti tersenyum seperti orang gila, dinner’s ready.”

Namgyu mengerutkan kening nya lalu mendelik tajam kearah seorang pria yang tengah berdiri di depan pintu kamar nya.

“Yongnam oppa!”

Yang dimarahi hanya mengangkat bahunya lalu berbalik untuk pergi, namun Namgyu dengan cepat segera memanggilnya dan menyuruhnya untuk duduk di dekatnya. Tanpa pilihan, Yongnam mengikutinya.

“Jadi, apa yang ingin kau ceritakan ?’

Namgyu tersenyum kecil. “Oppa, aku sedang menyukai seseorang tapi aku masih belum yakin jika ini benar-benar perasaan suka atau hanya kagum.”

Sang oppa mengangkat alis nya, tertarik dengan topik yang dibicara kan. “Begini, apa yang kau rasakan tentang dirinya ?”

“Ehm,” Namgyu menerawang sambil mengingat-ingat tentang pria tersebut. “banyak hal, aku merasakan banyak hal ketika dengan nya, entah itu gugup, canggung, senang, kagum dan lain nya. Tapi yang aku yakin, aku merasakan this fuzzy and warm feelings ketika berada didekatnya.”

“Entah itu karena sikap tidak pedulinya yang tiba-tiba berubah menjadi manis atau kata-kata nya yang selalu mengejutkanku atau mungkin ia selalu dapat menenangkanku ketika panik. Entahlah,” ucap Namgyu yang lalu menatap oppa nya.

“Kau tahu, oppa, dulu aku pernah menolaknya karena saat itu aku tidak yakin dengan perasaanku, tapi setelah aku memikirkan nya, aku menyesal, seperti ‘kenapa aku menolaknya ?’” Gadis tersebut menghela nafasnya. “Menurutmu, apa yang harus aku lakukan oppa ?”

Yongnam terdiam untuk sesaat. “Kau sedang membicarakan Kim Myungsoo, member INFINITE itu ‘kan ?”

Namgyu menatapnya dengan terkejut. “Bagaimana kau bisa tahu, oppa ?!”

“Yongguk pernah bercerita padaku kalau kau menjadi asisten pribadi L INFINITE.” Namgyu menganggukan kepala nya mengerti. “Setelah mendengar cerita mu mengenai pria tersebut, aku yakin kau memang sangat menyukai nya. Matamu mengatakan semuanya.”

“Jadi, ikutilah kata hatimu, sis.” Yongnam tersenyum mantap sedangkan sang adik masih menatapnya. “Jika memilih bersama nya membuatmu senang, maka aku akan mendukungnya. Lagipula tenang saja, jika terjadi sesuatu, masih ada aku dan Yongguk yang akan dengan senang hati menghabisi nya.”

Namgyu bergidik ngeri ketika melihat senyuman lebar milik oppa nya, ia memukul lengan Yongnam. “Aish. Yongnam oppa! Jangan bercanda!”

Yongnam tertawa melihat reaksi sang adik lalu berdiri dan mengcak-acak rambut Namgyu. “Aigoo. Adik perempuan tercintaku ternyata sudah besar~”

Oppa~ kau merusak tatanan rambutku saja!”

“Sudahlah, ayo kebawah. Dinner’s ready~”

Eomma masak apa ?”

“Makanan kesukaanmu.”

Jinjja~ Uwaaah~”

….

Woollim’s dance practice room, Seoul.

“Myungsoo-ah, aku penasaran. Ketika Seo Minjung mengajakmu bertemu, apa yang kalian bicarakan ?” Tanya Sungyeol yang sudah duduk disebelah sang visual yang tengah sibuk menatap layar ponselnya.

Yang di tanyai justru mengacuhkan pertanyaan dari sahabatnya. Sungyeol memukul kepala pria yang ada disebelahnya dengan botol kosong yang ada didekatnya. Myungsoo mengusap kepalanya sambil menatap Sungyeol tajam.

“Ia mengundangku ke acara pertunangan nya. Tapi aku menolaknya karena kebetulan schedule kita lagi sibuk akhir-akhir ini.”

“Pertunangan ? Aku kira dia memintamu untuk kembali dengan nya,” Sungyeol mencibir, karena tebakan nya salah.

Myungsoo menghembuskan nafas pelan. “Dia terlihat sangat menyayangi tunangan nya, jadi tidak mungkin dia mengajakku untuk kembali dengan nya. Lagipula, jika hal itu terjadi, aku sudah pasti menolaknya.”

“Kenapa ?”

“Bang Namgyu.”

Hanya dengan satu nama itu, ia mengerti. Sungyeol menghela nafas pelan lalu mendecak. “Ah~ Bagaimana aku bisa lupa. Kau itu ‘kan tergila-gila dengan Namgyu saat ini.”

“Kau membuatku terdengar seperti seorang creepy stalker.”

“Karena kau memang iya, benar ‘kan ?”

“Oh iya, selain itu, aku juga menceritakan soal Namgyu pada Minjung noona. Ia memarahi ku karena confession yang aku lakukan itu ‘not romantic’ dan setuju jika Namgyu menolakku. Sepertinya, ia sama sekali tidak membenci Namgyu.”

Sang choding menganggukkan kepalanya mendengar ucapan sahabatnya. “Ah, bicara soal Namgyu, ia mengatakan padaku kalau ia akan mengunjungi kita ketika ia selesai ujian.”

Myungsoo langsung duduk tegak sambil menatap sahabatnya dengan pandangan tidak percaya. “Kau serius ? Bagimana bisa ia tidak memberitahukan ini kepadaku tapi padamu ?”

“Apa kau lupa ?” Sungyeol tersenyum kecil membalas pandangan heran dari Myungsoo. “.. dia itu fan ku, jadi wajar saja ia menghubungiku dulu.”

YA!”

Sungyeol tertawa puas lalu beranjak dan pergi menghampiri Sungjong yang tengah sibuk menari dance girl group di hadapan cermin besar yang tertempel di dinding.

“Sungyeol hyeong, apa yang kau lakukan sampai membuat Myungsoo hyeong berteriak seperti itu ?”

Sang choding tersenyum khas miliknya. “Bang Namgyu. Yeollipop. Jealous.”

Hanya dengan tiga kalimat itu. Sungjong mengangguk paham.

….

Saturday, 28th January 2012, 10:00 AM KST.

Seoul of Performing Arts, Seoul.

“Aaaah! Akhirnya ujian selesai juga! Semua beban hilang!” Hyunjae berteriak tanpa memedulikan tatapan murid-murid yang sudah melihat nya dengan aneh.

Namgyu hanya menggelengkan kepala nya sambil tersenyum. Akhirnya, ujian yang selama satu minggu ini membuatnya tidak tenang, selesai juga. Sekarang, ia hanya bisa berharap agar hasilnya memuaskan.

“Gyu! Kau akan masuk universitas mana ?” Tanya Hyunjae semangat sambil membereskan buku-buku di meja nya.

Gadis berambut cokelat gelap berpikir sejenak. “Entahlah, antara Seoul dae dan Konkuk,” gumam nya sambil menerawang keatas. “.. atau mungkin Daekyung saja, disana kan ada Sungyeol oppa!”

Hyunjae hanya mencibir mendengar ucapan sahabatnya.

“Bagaimana denganmu, Hyun-ah ?”

Sahabat nya malah mendecak kesal. “Tentu saja, aku akan ke universitas yang sama dengan Byun Baekhyun~!”

“Aku yakin disaat Baekhyun melihatmu, ia pasti langsung lari dari mu melihat tingkahmu seperti ini.”

“Ya! Jangan mengatakan hal itu. Siapa tahu ia malah akan terpesona padaku.”

“Tidak mungkin.”

“Mungkin!”

Bosan mendengar teriakan melengking sahabatnya itu, Namgyu segera mengeluarkan sebuah tiket VIP untuk konser Second Invasion. Dan benar, ocehan sahabatnya itu langsung terhenti seperti yang ia perkirakan.

“Apa ini ?”

“Untukmu. Ambil lah.”

Hyunjae lagi-lagi berteriak, namun kali ini berteriak layaknya fangirl yang dipeluk oleh idola nya. Dan lagi-lagi ia mendapat tatapan aneh dari murid-murid disekitar.

Kyaaa! Bagaimana kau bisa mendapatkan nya ? Kau tahu saja kalau aku sedang tidak ada uang untuk menonton konser ini~”

Namgyu menggaruk pipi nya dengan ragu. “Well, Myungsoo yang memberikan nya padaku. Dia memberikanku dua, kata nya aku boleh mengajak siapa saja.”

Lagi-lagi Hyunjae berteriak namun kali ini lebih pelan karena tatapan tajam yang ia dapat dari gadis yang ada dihadapan nya.

“Tunggu, L oppa yang memberikan mu ini ?”

Melihat tatapan menyelidik dari sang sahabatnya itu, membuat Namgyu merasa tidak nyaman. Ia yakin pasti sahabatnya yang satu ini mencurigai sesuatu.

“Jangan-jangan..”

Namgyu segera menepuk kedua tangan nya dengan senyuman ceria yang terkesan dipaksa kan. Ia segera memutar badan nya dan berjalan keluar kelas.

“Ayo kita ke kafetaria~”

Hyunjae masih terdiam di posisinya, lalu ia segera tersadar dan mengejar sahabatnya.

“Ya! Jangan meninggalkanku!”

“Aku tidak. Kau saja yang terlalu lama.”

“Kau melakukan ini karena menghindari pertanyaan ku ‘kan ?”

“Apa maksudmu ? Aku tidak mengerti~”

“Argh! Bang Namgyu, kau benar-benar menjengkelkan. Pokoknya kau harus mentraktir ku satu porsi set A di kantin karena sudah menghindar dariku!”

“Ya! Set A itu mahal!”

Yang diteriaki hanya menjulurkan lidah tanpa menghiraukan omelan dan protes dari sang sahabat. Ia masih teringat dengan reaksi Namgyu tadi, sahabatnya itu seolah tahu dengan apa yang akan ia  ucapkan dan dia segera menghindarinya. Jika memang tidak terjadi apa-apa diantara mereka, ia tidak perlu seperti itu ‘kan ?

Apa dugaan nya itu memang benar ?

….

Seoul.

“Ah, akhirnya selesai juga. Aku tidak menyangka banyak yang akan datang.”

Eo. Aku kira, karena kita baru saja debut, hanya akan sedikit orang yang datang. Ternyata banyak.”

“Kira-kira berapa orang ya ?”

“Sekitar 3.000!” Namgyu memasuki ruangan backstage untuk menyapa oppa nya yang telah sukses melangsungkan showcase dengan baik.

Himchan yang mendengar suara yang sangat ia kenal, segera menoleh dari kertas yang sedang ia baca. “Namgyu-ah~ Bagaimana penampilan suami tercintamu tadi ? Menakjubkan bukan ?” ucapnya dengan nada yang manja.

Yang ditanyai justru menghiraukan nya dan langsung berjalan kearah Yongguk. Ia mengangkat kedua jempol nya dengan senyuman manis nya. “Yongguk oppa, kau benar-benar jjang!”

Mendengar pujian dari sang adik kesangan nya, Yongguk mengelus kepala Namgyu dengan lembut sambil tersenyum. “Gomawo, gyu-ah.”

“Namgyu~ Bagaimana bisa kau menghiraukan ku ?”

“Himchan hyeong, kau berisik sekali,” protes Jongup yang tengah bermain dengan Zelo. Sang visual segera mendelik tajam kearah mereka yang langsung disambut dengan senyuman innocent sang kedua maknae tersebut.

Youngjae menghampiri Namgyu dengan wajah angkuh biasanya, yang selalu membuat Namgyu memutar kedua bola matanya dengan kesal. Ia mengangkat kedua alisnya seolah memberi sinyal pada Namgyu.

Namgyu mendecak sebal lalu menghela nafas pelan. “Ya, ya, kau tadi terlihat sangat keren. Suaramu terdengar bagus seperti biasanya,” pujinya dengan raut wajah kesal namun masih dapat terdengar nada tulus di suara nya.

Sang main vocal tersenyum, bukan senyuman merendahkan yang biasanya ia berikan pada Namgyu, namun sebuah senyuman manis dan hangat yang baru Namgyu lihat. Youngjae menepuk-nepuk pundak Namgyu dengan pelan.

Gomawo,” dengan itu, ia beranjak pergi meninggalkan Namgyu yang masih terlihat speechless.

Daehyun menghampiri Namgyu lalu tersenyum kecil melihat ekspresi nya, ia melambaikan tangan nya di depan wajah Namgyu. “Namgyu ?”

“Ah! Matokki!” kaget Namgyu. “Tadi kau terlihat menakjubkan seperti biasanya!” Puji Namgyu yang berusaha melupakan senyuman aneh dari Youngjae tadi.

Youngjae tidak salah makan ‘kan ? Kenapa tiba-tiba ia bersikap manis seperti tadi ?

….

Sunday, 29th January 2012, 16:15 PM KST.

INFINITE’s practice room, Seoul.

Seorang gadis berambut cokelat tengah sibuk menatap ke tujuh pria yang menari dengan seirama, ia terkagum melihat pemandangan yang ia lihat. Mata nya tertuju pada Dongwoo dan Hoya yang menari dengan powerful, tidak heran jika mereka dancers di grup ini, cara mereka menari beda dari member yang lain nya.

Pintu ruangan itu terbuka, namun hal itu sama sekali tidak mengganggu latihan yang sedang dilakukan oleh para ke tujuh pria tersebut. Sang manager berjalan mendekati gadis berambut cokelat gelap dan berdiri di sebelahnya.

“Ah, oppa,” sapa Namgyu dengan sedikit membungkuk sopan.

Sang manager membalas nya dengan senyuman.

“Mereka tidak menghentikan latihan mereka secara diam-diam ‘kan ?”

“Tentu saja tidak! Mereka ada di bawah pengawasanku, tenang saja oppa,” jawab Namgyu dengan ekspresi serius yang di buat-buat yang langsung disambut oleh kekehan dari sang manager.

“Kau akan disini hingga selesai ?”

“Tidak. Sebentar lagi aku akan pulang, aku masih capek karena tadi habis ada tambahan latihan di TS,” jawab Namgyu yang melirik kearah jam dinding.

Sang manager mengangguk mengerti. “Hati-hati saja jika keluar dari gedung ini, terkadang ada beberapa sasaeng fans yang menunggu diluar. Aku khawatir mereka malah menyerangmu.”

Gadis berambut cokelat gelap memiringkan kepala dengan bingung. Sasaeng fans ? Ah, kalau begitu ia harus cepat-cepat pulang sebelum larut malam. Mungkin nanti setelah INFINITE beristirahat sejenak.

“Tenang saja oppa, jika mereka menanyakan hal-hal mengenai INFINITE, aku akan tutup mulut!”

Beberapa menit kemudian, ke tujuh pria tersebut menghentikan latihan mereka untuk istirahat sebentar. Namgyu dengan cepat segera memberikan minuman dan handuk kepada masing-masing member yang dibalas dengan ucapan terima kasih dari setiap member.

Well, kecuali Kim Myungsoo, ia malah hanya mengacak-acak rambut Namgyu sambil tersenyum kecil, membuat sang gadis menggerutu sebal.

“Aku dengar kau akan menyanyi solo di konser nanti, benarkah ?” Namgyu membenarkan posisi duduknya di sebelah Myungsoo yang tengah meneguk habis satu botol minum yang tadi ia berikan.

Myungsoo meletakkan botol kosong tersebut lalu mengangguk kan kepala nya. “Yeah, kau harus melihat nya! Arraseo ?”

“Ya, ya, ya Mr. Huffish,” gumam Namgyu tidak antusias, membuat sang visual menggembungkan pipi nya. “Ah! Apa Sungyeol oppa akan melakukan solo juga ?!” Kali ini Namgyu terlihat antusias, yang semakin membuat Myungsoo bertambah kesal.

“Hmm. Bersama Sungjong, lihatlah, mereka sedang berlatih,” tunjuk Myungsoo kearah Sungyeol dan Sungjong yang tengah memiliki perdebatan kecil.

Aish, Sungyeol hyeong! Sudah kubilang, lakukanlah sedikit lebih feminim, seperti layaknya seorang gadis. Seperti HyunA!” Omel Sungjong yang seolah tidak puas dengan gerakan Sungyeol.

Sungyeol memutar kedua bola matanya. “Aku ini bukan kau, yang bisa menari seperti seorang gadis dengan natural,” cibir sang choding.

Sang maknae malah menghiraukan ejekan dari hyeong nya dan mendecak kesal. “Lakukanlah lebih feminim dan seksi, like this!”

Sungyeol menatap sang maknae yang sudah menari layaknya HyunA di Trouble Maker. Ia membenturkan kepalanya ke dinding dengan pelan. “Beritahu aku, bagamana bisa ada pria seperti dirinya ?” bisiknya pelan sambil bergidik ngeri.

Member yang lain nya malah seolah menikmati tontonan yang ada dan ikut menyanyikan lagu Trouble Maker.

Namgyu terhenyak untuk sesaat sebelum akhirnya menoleh kearah Myungsoo yang terkekeh pelan melihat reaksi dirinya. “Mereka.. Ah, tidak..”

“Gyu hyeong, aku keluar sebentar,” ucap Woohyun yang sudah berjalan kearah pintu ruangan tersebut.

Sunggyu menganggukkan kepala nya tidak pedulu. “Eo. Jangan lama-lama, sebentar lagi latihan akan dimulai.”

“Memangnya, Woohyun oppa mau kemana ?” Tanya Namgyu dengan penasaran.

Woohyun mengangkat alisnya lalu tersenyum manis. “Kekasihku,” dengan itu dia berjalan keluar.

“Eh ? Woohyun oppa punya kekasih ? Siapa ?” Namgyu menatap kearah member yang terlihat santai dengan pandangan kaget.

Sunggyu mendesah pelan lalu melambaikan tangan nya. “Eii~ Jangan percaya pria itu, mana ada gadis yang mau dengan pria greasy seperti dirinya,” ucap Sunggyu dengan yakin, member yang lain terkekeh mendengar ejekan dari Sunggyu.

Tiba-tiba pintu terbuka kembali, dan muncul Woohyun dengan tatapan tajam kearah sang leader. “Aku mendengar itu semua, hyeong~” Lalu ia menoleh kearah Namgyu, “aku memang memiliki kekasih, dan ada banyak lagi,” ucapnya dengan bangga.

Oppa, kau seorang player ya ?”

“Tentu saja tidak, Namgyu-ah,”

“Lalu kenapa kau memiliki kekasih yang banyak ? Siapa mereka ?”

Inspirits,” dengan itu, ia lalu beranjak pergi meninggalkan gadis berambut cokelat gelap yang terhenyak mendengar jawaban dari sang main vocal tersebut.

Namgyu mendecak kesal. “Aish. Woohyun oppa!”

“Sudah kubilang, jangan percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut pria itu,” tutur Sunggyu yang tengah memarahi Sungjong karena malah sibuk menari dance girl group bukan nya berlatih dengan Sungyeol.

“Sepertinya, sekarang waktu nya aku harus pulang,” gumam Namgyu yang sudah meraih tas nya.

Myungsoo menghentikan nya lalu tersenyum sekilas. “Mau aku antar sampai halte ?”

Namgyu menggelengkan kepalanya. “Tidak usah, aku dengar dari manager oppa, terkadang ada sasaeng fans yang menunggu diluar, bisa bahaya jika mereka melihat kau bersama seorang gadis yang tidak mereka kenal.”

“Justru karena itu, aku khawatir jika mereka melakukan sesuatu padamu,” bisik Myungsoo dengan lembut.

Wajah Namgyu sedikit memerah mendengar nada lembut dari pria yang ada disebelahnya. “T-Tidak usah khawatir, aku akan baik-baik saja!”

Dengan itu, ia segera beranjak pergi setelah berpamitan dengan member lain nya.

“Apakah membuatnya gugup seperti itu adalah salah satu hobi mu, Myungsoo ?”

Sang visual menoleh kearah Hoya yang tengah duduk bersama Dongwoo. “Hyeong, aku tidak pernah bermaksud membuat nya gugup, aku hanya mengatakan apa yang ingin aku katakan,” jawab Myungsoo dengan tatapan merasa bersalah.

Well, itu sebenarnya bukan hal yang buruk,” gumam Hoya lalu menatap Dongwoo yang mengangguk setuju.

“Sebenarnya, melihat reaksi dari Namgyu, aku bisa memastikan bahwa ia mulai merasakan hal yang sama denganmu, Myungsoo-ah,” tutur Dongwoo dengan santai yang langsung membuat Myungsoo membelalakan matanya.

Hyeong! Apa kau serius ?” Tanya Myungsoo tidak percaya.

Dongwoo dan Hoya hanya tertawa, tidak peduli dengan tatapan penasaran yang diberikan oleh sang visual.

….

Namgyu melangkahkan kaki nya keluar dari gedung Woollim, alangkah terkejutnya, ia disambut oleh beberapa gadis yang mungkin lebih muda darinya tengah duduk di dekat gedung tersebut. Mereka langsung berdiri dan mendekati Namgyu.

“Siapa kau ? Kami tidak pernah melihatmu berada di daerah sini, apa kau mempunyai hubungan dengan INFINITE oppa ?” Tanya seorang gadis yang terlihat paling menyeramkan.

Merasa bingung dan sedikit takut dengan keberadaan mereka, Namgyu menggigit bibirnya gugup. Apa mereka sasaeng fans yang dimaksud oleh manager oppa ?

“Aku tidak mengerti dengan apa yang kalian maksud,” gumam Namgyu yang melangkah untuk pergi. Pokoknya, ia harus pergi dari sini sekarang juga!

Salah seorang gadis meraih lengan nya dengan kuat sehingga membuat Namgyu meringis kesakitan. “Hei! Lepaskan tanganmun!” Teriak Namgyu yang merasa mulai kesal dengan tingkah kekanak-kanakan para gadis yang ada dihadapan nya.

“Tidak akan sebelum kau memberitahu apa hubunganmu dengan INFINITE oppa!”

“Apa kau kekasih salah satu INFINITE oppa ?!”

Namgyu membelalakan matanya. “Tidak! Sudah kubilang, aku tidak mengerti apa yang kalian maksud!”

Gadis yang terlihat paling menyeramkan menarik rambut Namgyu dengan kasar. “Jangan pura-pura innocent! Kami melihatmu berbicara dengan Woohyun oppa tadi! Berani nya kau mendekati Woohyun oppa kami!”

Baru saja gadis itu mengangkat tangan nya untuk memukul Namgyu, sebuah tangan sudah menghentikan nya. Namgyu membuka matanya lalu terkejut ketika mendapati seorang pria dengan rambut berwarna biru sudah berdiri di hadapan nya.

“Hentikan! Tidak tahu kah kalian bahwa yang kalian sedang lakukan saat ini sangat tidak bermoral ?”

“Seokkie..” bisik Namgyu pelan.

Gadis yang paling menyeramkan menatap pria tampan yang ada dihadapan nya dengan kesal, walaupun beberapa gadis yang lain nya terlihat terpesona dengan  kehadiran pria tersebut. “Siapa kau ?! Aku hanya ingin memberi pelajaran pada gadis ini karena sudah berani mendekati INFINITE oppa!”

Jinseok mengangkat alis nya dengan kesal. “Aku adalah kekasih nya,” ucap nya tanpa ada tanda-tanda kebohongan di wajahnya.

“Kekasihnya ?” Gadis tersebut terlihat kaget mendengar hal itu.

Jinseok dengan cepat menggenggam tangan Namgyu dan membawa nya pergi jauh dari tempat tersebut.

Setelah cukup jauh, Jinseok mengehentikan langkahnya sambil menghela nafas lega. “Dasar bodoh! Seharusnya kau balas saja mereka!”

Ia segera menoleh dan terkejut ketika mendapati Namgyu menutupi wajah dengan kedua tangan nya. Jinseok dapat mendengar isakan tangis kecil dari gadis tersebut. Ia mengacak-acak rambutnya lalu menarik Namgyu kedalam pelukan nya.

“Aku tadi sangat takut, Seokkie pabo..” bisiknya diantara tangisnya.

Jinseok mengelus kepala Namgyu dengan lembut. “Maaf sudah membentakmu, Nammie. Sudahlah, berhenti menagis, ‘kan sudah ada aku disini denganmu.”

Alih-alih mengehentikan tangisan nya, Namgyu malah semakin menangis hebat. “Huwaa.. Seokkie-ah, kau tidak tahu betapa lega nya aku ketika melihatmu..”

Aish. Iya, iya. Sudahlah, berhenti menangis, aku tidak suka melihatmu menangis.”

….

Thursday, 2nd February 2012, 09:45 AM KST.

Seoul of Performing Arts, Seoul.

SOPA terlihat ramai saat ini dikarenakan adanya graduation untuk para murid kelas 3. Setelah acara kelulusan, para murid dibebaskan untuk melakukan apa saja, entah itu berfoto bersama teman atau keluarga. Dan ini kesempatan besar bagi para fans untuk memberi selamat pada para idola mereka yang telah lulus.

Namgyu dan Hyunjae berjalan kearah gedung sekolah setelah berbicara dengan banyak orang. Di koridor, mereka bertemu Nayeon dan Jongin yang sedang bersama. Dengan cepat, Hyunjae menghampiri kedua pasang itu.

“Kim Nayeon, Kim Jongin, selamat atas kelulusan nya!” ucap Namgyu dengan senyuman khas nya yang dibalas anggukan dari mereka.

Disisi lain, Hyunjae malah menyodorkan sebuah kertas dan pulpen kearah Jongin. “Berikan aku tanda tangan mu! Sebentar lagi ‘kan kau akan menjadi artis, jadi nanti tanda tangan mu ini bisa ku banggakan!”

Namgyu menutup wajahnya, malu dengan sikap sahabatnya itu. Ia memutuskan untuk beranjak pergi untuk pulang. Lebih baik ia pulang dan beristirahat di rumah. Ya, ide itu terdengar lebih baik dibandingkan mendengar ocehan sahabatnya mengenai Byun Baekhyun.

“…”

Namgyu berjalan sambil menendang kerikil-kerikil yang ada dijalan. Ia menghentikan langkahnya ketika ada sebuah kaleng kosong yang tergeletak di jalan, tanpa pikir panjang, ia memungutnya dan membuangnya ke tempat sampah.

“Gadis yang baik,” puji sebuah suara dari belakangnya.

Mendengar suara yang begitu familiar baginya, Namgyu segera menoleh dan mendapati sang visual INFINITE tengah berdiri dihadapan nya sambil tersenyum merendahkan walaupun ia tidak dapat melihatnya dengan jelas karena hampir setengah wajahnya tertutup oleh syal yang ia pakai.

Tch. Pujianmu sangat trerdengar tidak tulus,” cibir Namgyu yang sudah berjalan menghampiri Myungsoo.

Tanpa mengatakan apa-apa, Myungsoo menarik lengan Namgyu lalu membenamkan tubuhnya kedalam pelukan hangatnya. Namgyu terhenyak untuk sesaat sebelum akhirnya ia berhasil mengusai dirinya dan mengatur degup jantungnya.

Mr. Huffish ?”

“Maaf..”

Namgyu mengerutkan keningnya dengan bingung, tidak mengerti maksud pria yang tengah memeluknya.

“Maaf, karena tidak bisa melindungimu,” bisiknya dengan lirih.

Dengan perlahan, Namgyu mendorong tubuh Myungsoo untuk melepaskan pelukan nya. Ia menatap pria tersebut dengan penuh ingin tahu. Ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang sedang pria itu bicarakan.

“Aku mendengar dari manager hyeong, katanya ia sempat melihat kau di ganggu oleh sasaeng fans, ia berniat untuk menolongmu namun katanya seorang pria menduluinya dan membawa mu pergi,” jelas Myungsoo sambil menatap Namgyu.

Namgyu terdiam dan menundukkan kepala. Ia sangat ingin melupakan kejadian itu.

“Seharusnya aku mengantarmu saja,”

“Kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu!”

Namgyu maraih wajah Myungsoo dan memegang kedua pipi nya. “Aku baik-baik saja, Mr. Huffish!” ucapnya meyakin kan lalu melepaskan tangan nya.

“Kau yakin ?”

“100% yakin!”

Myungsoo mengacak-acak rambut Namgyu sambil tersenyum lega, sedangkan gadis tersebut hanya menggembungkan pipinya sebal karena pria tersebut tidak pernah mengerti kalau ia selalu saja merusak tatanan rambutnya.

….

Saturday, 11st February 2012, 19:00 PM KST.

Seoul Olympic Park, Songpa district, eastern Seoul.

“Beritahu aku, kenapa aku yang menemani mu menonton konser ini,” desah Jinseok dengan lirih ketika mendapati dirinya sudah berada diantara 8.000 inspirits yang tidak bisa berhenti berteriak kencang. Ia menghembuskan nafas kesal.

Gadis yang berada disebelahnya menoleh lalu tersenyum manis. “Terima kasih sudah menemaniku, Seokkie~” Lalu pandangan nya kembali kearah layar yang mulai menampilkan video INFINITE, menandakan konser akan segera dimulai, para inspirits kemudian berteriak lebih kencang lagi.

Awalnya, Namgyu memang berencana pergi dengan Hyunjae, namun sialnya sahabatnya itu ada acara keluarga yang harus ia kunjungi sehingga ia tidak dapat pergi. Namgyu masih ingat bagaimana wajah sedih sahabatnya ketika membiarkan ‘tiket gratis’ ia lewatkan.

Alhasil, ia mengajak Jinseok yang kebetulan menyetujui nya. Lebih baik daripada menyia-nyia kan satu tiket VIP, ‘kan ?

Setelah beberapa lagu, tiba-tiba Sungjong muncul sambil memainkan piano. Para inspirits kembali berteriak, dan muncul lah Myungsoo yang mulai menyanyikan lagu ‘That I was Once By Your Side’,  yang semakin membuat inspirits semakin heboh.

Kyaaa! L oppa!

“L oppa, saranghae!

“Sungjong neomu kyeopta!

“L oppa!

Jinseok menutup telinga nya mendengar teriakan yang begitu kuat.

“Sungjong oppa! Mr. Huffish!

Jinseok menoleh kearah gadis disebelahnya ketika mendengar gadis tersebut memanggil Myungsoo dengan panggilan khusus. Ia tertegun untuk sejenak ketika mendapati Namgyu menatap Myungsoo dengan mata yang berkerlip dan tersenyum samar.

Mungkinkah ?

Beberapa lagu berlalu, hingga musik yang terdengar tidak asing diputarkan. Trouble Maker. Mendengar lagu tersebut, para inspirits kembali heboh.

Oh my gyu! Sungyeol oppa!”

“Sungjong oppa!”

Namgyu tidak dapat menahan tawanya ketika melihat kedua member INFINITE tersebut. “Sungjong oppa! YeolnA!”

Saat di akhir lagu, Sungyeol merobek baju nya menunjukkan dada nya. Menjadi seorang Yeollipop, tentu saja hal ini membuat Namgyu berteriak histeris. “Kyaa! Sungyeol oppa!

Jinseok hanya dapat pasrah dan membenamkan wajahnya pada kedua telapak tangan nya ketika melihat ‘kiss scene’ dia akhir lagu. Apalagi Namgyu tidak dapat berhenti berteriak melihat hal itu. Baru kali ini, ia melihat Namgyu benar-benar seperti seorang fangirl.

….

Backstage.

Konser selesai dengan sukses. Namgyu tengah menunggu Jinseok yang entah pergi kemana. Samar-samar, ia menangkap sosok pria yang ia kenal, Kim Myungsoo. Dengan cepat, ia menghampiri nya.

Mr. Huffish!”

Pria tersebut menoleh dan terkejut ketika mendapati Namgyu tersenyum padanya.

“Lagu solo mu tadi itu sangat bagus! Walaupun suara mu tidak se-powerful Sunggyu oppa dan Woohyun oppa, tapi suara mu itu bagus!”

“Tentu saja, jika aku tidak bisa bernyanyi, kenapa aku bisa masuk INFINITE ?”

“Karena visual mu ?”

Ya!”

Namgyu terkekeh pelan setelah berhasil meledek Myungsoo sedangkan pria tersebut hanya menjitak kepala nya dengan pelan.

“Ah! Kau menyanyikan lagu itu untuk Seo Minjung ya ?”

Myungsoo mebelalakan matanya lalu segera membantahnya yang hanya dibalas dengan tatapan curiga dari Namgyu. Ia mengepalkan tangan nya dengan geram. Dalam sekejap, ia sudah mendorong Namgyu ke dinding dan meletakkan kedua tangan nya di sebelah kepala gadis tersebut, agar gadis tersebut tidak dapat kabur.

Ouch! That’s hurts!

Baru saja Namgyu ingin memarahi Myungsoo karena sudah mendorongnya dengan kasar, ia tertegun ketika mendapati sang visual menatapnya dengan lekat-lekat. Hal itu justru membuat Namgyu menelan ludahnya.

“Harus berapa kali aku bilang kepadamu, Bang Namgyu ?” Tanya dengan frustasi. “Hanya kau yang sekarang aku pikirkan. Just you.”

Wajah Namgyu memerah dan ia teringat oleh kata-kata Yongnam beberapa hari yang lalu.

“Jadi, ikutilah kata hatimu, sis.” Yongnam tersenyum mantap sedangkan sang adik masih menatapnya. “Jika memilih bersama nya membuatmu senang, maka aku akan mendukungnya. Lagipula tenang saja, jika terjadi sesuatu, masih ada aku dan Yongguk yang akan dengan senang hati menghabisi nya.”

“M-Mr. Huffish..”

Myungsoo mengangkat kedua alisnya.

“Sebenarnya, Aku.. Aku..”

I Like You. Dasar Namgyu bodoh. Apa susahnya mengucapkan tiga kalimat itu ?

Ketika ia membuka mulutnya untuk melanjutkan ucapan nya, seseorang memanggil nama nya dan berlari menghampiri nya.

Beberapa detik kemudian, Myungsoo sudah di dorong oleh Jinseok jauh-jauh.

“Nammie, kau baik-baik saja ?! Apa yang dia lakukan padamu ?”

Namgyu mengerjapkan kedua matanya, bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Ia menoleh kearah Jinseok yang menatapnya cemas lalu kearah Myungsoo yang terlihat sama bingung nya dengan dirinya.

H-Hah ? Seokkie-ah, dia itu Kim Myungsoo atau lebih dikenal dengan L, dia tidak melakukan apapun kok,” gumam nya.

Jinseok menghela nafas lega lalu meraih tangan Namgyu dan menggenggam nya, Myungsoo mengerutkan keningnya, tidak senang dengan apa yang ia lihat.

“Ayo kita pulang,” ajak Jinseok.

“Tunggu,” panggil Myungsoo dengan pelan.

Jinseok menoleh kearah Myungsoo dengan tatapan tidak senang, sedangkan Namgyu terlihat tidak suka dengan situasi yang sedang terjadi saat ini.

“Kau siapa ?” Tanya Myungsoo dengan nada dingin.

Jinseok mendecak lalu tersenyum kecil. “Choi Jinseok. Namgyu’s ex-boyfriend.”

TBC

hmm.. ini gpp kan kalo aku nge post lagi ? :/
anyway, ada yang surprise kalo jinseok itu ternyata mantan nya namgyu ? ~ kekeke
berhubung bentar lagi mau uts , makanya aku langsung nge post chapter ini begitu selesai soalnya takutnya ntar malah ga sempat >< well, disini namgyu gagal ngungkapin perasaan nya, karena emang mereka itu direncanakan untuk ga jadian dulu sih kekeke :D

keep supporting ya /bow/ read and comment are love :D


{ UPDATE : KyuNara Scene & NEW BLOG }

$
0
0

안녕! ㅋㅋㅋ

Wah, udah lama banget rasanya nggak say hello sama readers. Terakhir kali Icha bikin fan fiction itu Januari 2013 lalu, berarti udah mau tiga tahun semenjak Icha hiatus nulis fan fiction ㅠㅠ Secara pribadi, Icha minta maaf karena udah meninggalkan tanggung jawab buat ngelanjutin cerita yang ngegantung di tengah jalanㅡ mohon maaf sedalam-dalamnya ㅠㅠ semoga readers di miracleperfection bisa memaklumi Icha yang tahun 2013 memang lagi sibuk-sibuknya sama urusan kampus dan ngurusin pertukaran pelajar di Korea ㅠㅠ

Bersamaan dengan dimuatnya postingan ini, Icha mau memberitahu ke semua readers bahwa cerita KyuNara akan diberhentikan pembuatannya. Mohon maaf ke para readers yang mungkin menanti update-an dari blog ini, khususnya bagi readers yang sering nanya “kapan KyuNara update?”

Icha mengambil keputusan ini karena penulis sendiri udah merasa stuck dengan alur cerita KyuNara, apalagi ditambah dengan Kyuhyun yang sudah semakin dewasa & sudah bukan masanya bagi Kyuhyun buat dijadikan sebagai objek khayalan Icha ㅋㅋ tapi yah, seneng juga sama semua perkembangan yang dialami sama Kyuhyun sekarang. Dimulai dari Icha memutuskan buat memasangkan Kyuhyun sama Nara di comeback Bonamana ( pada cerita Diary Of Secret Girlfriend ) sampai akhirnya Icha berakhir bikin cerita KyuNara Scene, banyak banget moment yang dihabiskan Icha buat memahami sosok member Super Junior yang namanya Cho Kyuhyun demi bisa membuat cerita yang menarik.

Mungkin Icha harus berterima kasih sama Kyuhyun yang udah bisa bikin Icha ketemu dan tegur sapa sama readers yang mampir ke blog ini. Biarpun hanya sekedar lewat dunia maya, Icha merasa bener-bener seneng udah sempet kenal dan berbagi kesukaan yang sama barengan readers di miracleperfection. Jeongmal kamsahamnida~ ㅋㅋ

Tapi jangan sedih! Icha memang berhenti menulis cerita KyuNara tapi bukan berarti Icha berhenti menulis fan fiction ㅋㅋ

Sekarang Icha balik lagi dengan ide cerita baru ! Bukan ide cerita tentang boyband Korea atau semacamnya, karena jujur aja ㅡ Icha udah nggak begitu freak sama boyband lagi ( maklum, umurnya udah masuk kepala dua jadi udah mesti sadar sama fangirl-an ㅋㅋ ). Tapi tetep membawa latar belakang Korea, Icha bakal balik ke dunia fanfiction dengan si triplets yang lagi populer di mana-mana, Daehan Minguk Manse!

Screenshot_2015-10-30-17-51-35

Siapa yang nggak kenal sama tiga anak kembar imut bermarga Song yang punya karakter berbeda-beda ini? Song Daehan yang terkesan dewasa dan sangat bisa menjadi sosok seorang kakak bagi adik-adiknya. Song Minguk yang imut dan punya aegyeo setinggi langit yang bisa membuat siapapun langsung jatuh hati. Dan yang terakhir, Song Manse yang terkenal sangat hyper-active namun sangat pintar menarik hati para noona.

Readers semua juga pasti tahu tentang mereka bertiga, ‘kan?

Tapi bagaimana dengan sosok mereka bertiga saat berusia tujuh belas tahun? Apa semua readers mau tahu bagaimana kehidupan mereka bertiga saat kelas tiga SMA?

Ya. Cerita yang akan Icha jadikan project selanjutnya adalah cerita yang berlatar waktu pada tahun 2029 dan menceritakan keseharian Daehan Minguk Manse yang menginjak usia remaja. Nah, buat para readers yang mau tau tentang bagaimana kehidupan mereka bertigaㅡ ayo segera cek blog pribadi Icha : http://www.miraclesinmarch.wordpress.com .

Sampai ketemu disana ! 안녕~!

Screenshot_2015-10-30-17-52-41


Welcome, readers~! ♡

$
0
0

narakwan:

New blog ! : )

Originally posted on miraclesinmarch:

First of all, penulis mau mengenalkan diri sebelum mulai ngomong tentang topik yang lainnya ㅋㅋ Blog ini dikelola oleh anak kuliah yang namanya Icha ㅡ dan..apa lagi, ya? Mungkin segitu aja. Untuk selanjutnya, bisa readers semua tanyakan lebih lanjut di post comment atau di kesempatan lainnya 흐흐흐

Bagi sebagian readers, mungkin ada yang pernah membaca fanfiction dengan judul “KyuNara Scene” tapi mungkin juga ada yang belum pernah membacanya sama sekali. Tidak masalah, kok. Penulis tidak mempermasalahkannya sama sekali ㅋㅋ. Hanya saja, penulis ingin memberitahu alasan kenapa blog ini memuat tokoh dengan karakter yang baru dan bukannya dengan karakter Cho Kyuhyun seperti yang pernah dimuat pada blog http://www.miracleperfection.wordpress.com . Tidak ada alasan khusus, penulis hanya ingin membuat suasana baru dengan memuat karakter yang baru juga. Maka dari itu, mohon maaf apabila ada beberapa readers yang merasa kecewa dengan keputusan penulis untuk mengakhiri pembuatan KyuNara Scene. Secara pribadi, penulis minta maaf sedalam-dalamnya…

View original 256 more words


Boo-ya~❣

$
0
0

narakwan:

New fanfiction : ) go go go check it ! : )
http://www.miraclesinmarch.wordpress.com

Originally posted on miraclesinmarch:

Series of Miracles in March akan dipublish pada tanggal 3 November 2015.

Mohon antisipasinya : )


 { TEASER }


Song Daehan’s Story

Berisik.

Hanya satu kata itu yang terlintas di benak seorang murid laki-laki berusia tujuh belas tahun yang kini sedang berjalan dengan langkah tergesa menuju ruang perpustakaan, Song Daehan. Bukan tanpa alasan jika ia berpikiran seperti itu, karena langkah Daehan sedang diikuti oleh beberapa gadiㅡ oh, mungkin bukan hanya beberapa, sepertinya ada puluhan murid perempuan yang kini sedang mengikuti langkahnya dari belakang. Tidak hanya sekadar mengikuti, suara bisikan yang mereka ucapkan dengan nada sedikit lantang itu juga terdengar oleh Daehan dan hal tersebut membuat dirinya semakin merasa risih.

“Tampan sekali, ya?”

“Kau tahu? Katanya Daehan seonbae akan diikut sertakan dalam olimpiade kimia lagi.”

“Sebenarnya seonbae itu manusia atau robot, sih? Kenapa tidak pernah tersenyum?”

“Sikapnya dingin sekali. Tapi tetap saja tampan!”

Suara decakan kecil terdengar meluncur keluar dari…

View original 614 more words


{NamSoo} Only You

$
0
0

OY

Monday, 27thDecember 2011, 14:00 PM KST.

Somewhere in Seoul.

Bang Namgyu merapihkan file-file tugas miliknya yang akhirnya selesai setelah ia berkutat di dalam perpustakaan kota dari pagi yang ditemani oleh tumpukan buku-buku tebal dan tua penuh debu. Gadis berambut cokelat gelap itu mendorong pintu perpustakaan dan ia langsung disambut dengan keramaian kota Seoul di siang hari. Dengan cepat ia mengeluarkan ponsel berwarna hitam dari dalam saku jaket cokelat miliknya.

Setelah mengetik password, layar ponselnya menampilkan foto Mr. Huffish yang sedang tertidur ketika menunggu INFINITE perform. Seulas senyum terukir diwajah gadis tersebut. Beberapa detik setelah memandangi wallpaper ponselnya, telunjuknya menyentuh icon memopad.

“Hmm. Jam 14:25, berkunjung ke lokasi syuting Mr. Huffish,” ucap Namgyu yang masih terus menatap ponselnya.

Namgyu menghembuskan nafas pelan lalu berjalan menuju lokasi syuting drama Myungsoo yang kebetulan dekat dari perpustakaan. Lagi-lagi Namgyu menghela nafas berat.

Psh. Pria itu tidak mengerti kalau sebentar lagi akan ada ujian nasional. Ia malah menyuruhku menjadi asisten pribadi nya. That jerk,” gumam Namgyu. Sebenarnya ia bisa saja menolak perintah Kim Myungsoo namun ia sudah berjanji untuk tetap menjadi personal assistant Myungsoo.

Ketika ia sampai di lokasi, ia tidak menemukan Myungsoo. Biasanya tugas Namgyu hanya membawakan makanan atau minuman untuk Myungsoo atau sekedar menemani nya walaupun sudah ada manager oppa yang datang bersama pria itu. Merasa tidak menemukan pria yang ia cari, Namgyu memutuskan untuk pergi ke cafe yang kebetulan dekat dengan lokasi syuting.

Belum sempat ia memasuki cafe tersebut, ia menangkap sosok figur yang ia kenal. Itu adalah Kim Myungsoo namun ia tidak sendiri, ia ditemani oleh seorang gadis dengan rambut panjang berwarna cokelat terang. Namgyu ingat siapa gadis itu, bahkan ia sangat ingat. Gadis itu Seo Minjung. Apa yang sedang mereka bicarakan ?

Walaupun dari jauh, Namgyu dapat melihat mata Seo Minjung berkerlip setiap Myungsoo berkata sesuatu, menggambarkan seolah-olah dapat berbicara dengan Myungsoo adalah hal yang sangat menyenangkan baginya. Sedangkan Myungsoo tidak menunjukkan rasa tertarik sedikit pun walaupun kadang-kadang Namgyu dapat menangkap pria itu diam-diam memperhatikan gadis yang ada di hadapan nya ketika perhatian Seo Minjung tidak padanya.

Sedih ? Kecewa ? Marah ? Entah apa yang Namgyu seharusnya rasakan. Namun yang ia yakin akan satu hal yaitu ia tidak suka dengan pemandangan yang ia lihat saat ini. Mungkin ia sudah terlalu lama berdiri di sebelah cafe itu sambil menatap kedua pasang itu sampai ia tidak menyadari seseorang telah berdiri disampingnya.

“Hm. Lebih baik kau hampiri Myungsoo dan sapa dia. Aku yakin ia akan senang melihat kau datang kesini,” ucap sebuah suara dengan satoori yang khas dari arah sebelahnya.

Otomatis, Namgyu segera menoleh dan terhenyak ketika mendapati seseorang yang ia kenal. “Kim Minseok-ssi!” Bisiknya kaget pada pria bertubuh kecil yang dikenal sebagai Seo Kyungjong di drama ‘Shut up! Flower Boyband’ yang berperan sebagai teman satu band Myungsoo.

Kim Minseok tertawa pelan melihat reaksi kaget dari Namgyu. “Pergilah kesana,” ulangnya lagi.

Namgyu memiringkan kepala nya dengan heran. Minseok menoleh kearah dua pasang yang masih berbincang tanpa menyadari dua orang tengah memandangi mereka. “Apa maksudmu ? Aku tidak ingin menganggu pembicaraan mereka.”

“Kau suka dengan Myungsoo ‘kan ? Makanya kau melihat mereka dengan tatapan seperti itu,” ucap Minseok dengan yakin. “Jadi, hampiri dia dan alihkan perhatian Myungsoo dari gadis itu!”

Gadis berambut cokelat itu segera menggelengkan kepala nya dengan cepat. “Aniyo! Aku.. Aku tidak suka pada Myungsoo,” bantah nya.

Minseok mengangkat bahu nya ringan. “Well, okay. Tapi, aku sering melihat Myungsoo menatapmu dengan tatapan yang bisa membuat semua gadis meleleh. Yaah, mungkin kau tidak menyadari nya, tapi aku yang melihatnya menyadari hal itu.”

Namgyu menghembuskan nafas pelan entah untuk keberapa kali nya di hari ini. Ia memasukkan kedua tangan nya kedalam saku jaketnya untuk menghindari dingin nya udara musim dingin saat ini. Ia menoleh kearah pria dihadapan nya sedangkan Minseok terlihat bingung. Namgyu tersenyum tipis lalu mengalihkan pandangan nya kearah Myungsoo dan Minjung.

“Kim Myungsoo. Pria itu.. Masih belum bisa melupakan gadis itu seutuhnya. Aku.. Aku tidak mau membuatnya tambah bingung dengan perasaan nya.”

….

Friday, 31stDecember 2011, 14:00 PM KST.

Seoul of Performing Arts High School.

 “Jadi kau masih menjadi asisten pribadi L oppa ?” Tanya gadis dengan rambut cokelat terang sebahu. Ia sibuk mengunyah bibimbap tanpa mempedulikan pandangan aneh dari sahabatnya.

Bang Namgyu memandang sahabatnya dengan aneh lalu menunjuk sahabatnya dengan sumpit nya. “Kim Hyunjae! Habiskan makanan mu dulu baru bicara! Aish. Jorok sekali kau ini,” omel Namgyu sambil mengibas rambut nya.

Alih-alih meminta maaf atau menuruti ucapan sahabatnya, Hyunjae malah mejulurkan lidahnya -berusaha meledek Namgyu. Melihat kelakuan kekanak-kanakan nya Hyunjae, Namgyu mendecak kesal lalu kembali fokus memakan makan siangnya.

“Ah, bagaimana dengan bias baru mu itu, hah ? Byun.. Baekhyun ?”

Mendengar nama Baekhyun, mata Hyunjae langsung bercahaya dan tersenyum lebar, saking lebarnya sampai-sampai Namgyu bergidik melihatnya.

“Aaah! Jinjja! Byun Baekhyun! Namja itu sangaaaaat menganggumkan. Marvelous!” Ucap Hyunjae dengan nada fangirl nya.

Namgyu memijat pelipis nya ketika mendengar sahabatnya kembali spazzing tentang Byun Baekhyun. “Hyunjae’s fangirl side. Mode: On. Bad timing.”

Belum sempat Namgyu berteriak untuk menghentikan sahabatnya yang masih terus memuja pria bernama Byun Baekhyun tanpa henti, salah satu teman sekelas nya menghampiri mereka. Gadis berambut cokelat gelap itu mendongakkan kepalanya dengan pandangan penuh tanya.

Waegeurae Kyungmi-ah ?”

“Namgyu-ah, ada seorang pria yang sedang mencarimu!”

Nugu ?”

Molla~ Sebaiknya kau temui saja sepulang sekolah. Ia bilang ia akan menunggumu.”

Namgyu memiringkan kepala nya sambil berpikir siapa pria yang dimaksud Kyungmi. Ia mengalihkan pandangan nya kearah jam tangan putih yang melingkar di pergelangan tangan nya. Pukul 2 siang, ia sebenarnya masih ada kegiatan club yang kemungkinan ia akan pulang sore. Apa orang itu mau menunggu selama itu ? Dengan perasaan heran ia melanjutkan makan siang nya sambil berusaha menghiraukan ocehan sahabatnya.

Pukul 2 lewat 20 menit. Namgyu berjalan bersama Hyunjae di koridor menuju ruangan club mereka. Teringat dengan ucapan Kyungmi sebelumnya, Namgyu menghentikan langkahnya dan berpikir sejenak. Sahabatnya ikut berhenti dan menatapnya heran.

Apa orang itu masih menungguku ? Bagaimana kalau ini hal penting ?

Setelah berpikir cukup lama, ia akhirnya memutuskan pilihan nya. Ia segera menoleh kearah Hyunjae yang masih menatapnya heran. Namgyu tersenyum sekilas sebelum ia menepuk pundak gadis yang ada dihadapan nya.

“Hyunjae-ya! Aku harus pulang dulu, tolong bilang pada ketua aku tidak bisa datang. Gomawo!

Dengan itu ia segera berlari keluar area sekolah. Samar-samar ia dapat mendengar seseorang berteriak padanya.

Rule #12, jangan berlari di koridor!”

Namgyu menoleh sebentar dan mendapati Ricky yang tersenyum puas.

“YOO CHANGHYUN!”

Rule #15, dilarang berteriak di koridor!”

What the– Sejak kapan ia ingat peraturan sekolah ?!

Setelah sampai di gerbang utama sekolahnya, Namgyu menemukan seseorang yang ia kenal tengah bersandar di dinding dengan mata tertutup. Ia menyadari sesuatu yang berbeda dari pria itu. Sejak kapan ia mengubah warna rambutnya menjadi biru ?

“Choi Jinseok!”

Pria yang dipanggil membuka matanya lalu tersenyum dan melambaikan tangan nya. Namgyu yang tidak dapat mengendalikan dirinya ketika berlari, hampir saja menabrak pria tersebut. Untung saja Jinseok refleks menghentikan gadis itu dengan menggenggam kedua lengan gadis itu.

tumblr_mczxaodzw91qaeqimo1_500

Be careful,” tutur pria tersebut.

Opps. Sorry!”

Mereka berdua mulai berjalan keluar dari area sekolah. Namgyu menyentuh rambut biru Jinseok yang tampak bersinar dibawah terik matahari.

“Sejak kapan rambutmu jadi biru ?” Tanya Namgyu memulai pembicaraan.

Jinseok menyentuh rambutnya ketika Namgyu menurunkan tangan nya dari rambutnya. “Ah. Beberapa jam yang lalu.”

Namgyu mengangkat kedua alisnya. “Jadi, kau datang kesekolahku hanya untuk menunjukkan rambut baru mu ini, hah ?” Ucap Namgyu tidak percaya. “Aku kira ada hal yang penting.”

“Hei! Setidaknya berikan sebuah pujian untukku dan rambut baruku,” cibir Jinseok yang kelihatan sedikit tidak terima karena Namgyu menganggap rambut barunya adalah hal yang tidak penting.

Ah. Arraseo. Uwaaah~ Kau semakin tampak tampan, Seokkie~”

Eish. Kau sama sekali tidak tulus mengatakan nya.”

“Yang penting aku sudah mengatakan nya. Kau tau, rambutmu jadi seperti ice cream.”

“Terserahmu saja.”

Beberapa menit mereka berjalan dengan tidak ada salah satu dari mereka yang berminat untuk memecahkan keheningan. Bagi mereka ini bukan suasana yang canggung melainkan terasa nyaman. Jinseok menoleh kearah gadis yang ada disebelahnya.

“Oh. Tujuanku datang ke sekolahmu itu bukan untuk menunjukkan rambut baruku.”

“Jadi ?”

“Aku ingin mengajakmu keliling Seoul. Tenang saja, aku yang traktir! Bagaimana ?”

Ah~ Jadi kau mau mengajakku date ‘kan, Seokkie ?”

“E-Eh ? A-Apa kau sudah gila ?!”

Eii. Akui saja kalau kau sedang mengajak gadis cantik disebelahmu ini untuk date.”

“Bang Namgyu, kau ini berisik sekali ya.”

Aigoo~ Uri Seokkie tersipu malu~”

….

INFINITE’s Dance Practice Room.

I’m doom, Sungyeol-ah,” Myungsoo menundukkan kepala lemah, aura  disekitarnya berubah menjadi gelap dan berat.

Pria bertubuh tinggi berjalan menghampirinya lalu duduk disebelah Myungsoo. Ia meneguk sebotol air mineral yang ada di tangan nya sampai habis. Pria tersebut mendecak heran ketika melihat sahabatnya masih terlihat murung.

“Sebenarnya apa yang terjadi ?” Tanya Sungyeol yang setidaknya berusaha membantu meringankan beban Myungsoo.

Myungsoo mendongakkan kepalanya kearah Sungyeol dengan mata berbinar. “Namgyu melihat aku sedang berbicara dengan Minjung. Bagaimana ini ?”

Raut wajah Sungyeol berubah menjadi tidak senang. “Seo Minjung ? Kau masih berhubungan dengan gadis itu?”

Melihat Myungsoo hanya menganggukan kepalanya, Sungyeol mendesis kesal. Semenjak gadis itu memutuskan Myungsoo dengan alasan yang tidak masuk akal, Sungyeol menjadi sangat tidak suka dengan gadis itu. Ia membenci gadis itu karena sempat mengubah sahabatnya menjadi pria yang murung, terlalu sensitif dan mudah marah.

“Dasar bodoh,” gumam Sungyeol.

“Mau bagaimana lagi, ia sendiri yang mengatakan bahwa ia ingin bertemu denganku.”

“Kenapa tidak kau tolak saja ?”

“…”

“Aku tahu, kau tidak tega menolaknya ‘kan ?”

“Bukan begitu..”

“Jangan bilang kau masih menyukai nya. Aigoo.”

Myungsoo dengan cepat menggelengkan kepalanya. “Aku sudah tidak memiliki perasaan apa-apa lagi untuk Seo Minjung. Sekarang, aku hanya menyukai Bang Namgyu, hanya dia. Tidak ada yang lain.”

Sungyeol menatap sahabatnya dengan tatapan cukup terkesan. “Woah. Aku tidak menyangka bahwa kau bisa begini frontal soal perasaanmu.”

Sang visual terkekeh pelan, namun raut wajahnya kembali cemberut.

“Tapi, aku khawatir, dengan Namgyu melihat aku berbicara dengan Minjung waktu itu, kemungkinan untuk ia menerima perasaanku akan semakin menurun menjadi 0,0001%”

….

Game Centre, Seoul.

“Wohooo! Score-ku lebih besar darimu. Aku menang~” Namgyu menjulurkan lidahnya sambil tersenyum puas melihat pria yang ada dihadapan nya terlihat kesal.

Jinseok mendecak heran sambil menggelengkan kepalanya. “Itu semua karena tadi aku tidak terlalu fokus memperhatikan layar nya,” balas Jinseok membela diri.

Namgyu menganggukan kepalanya, tidak peduli dengan alasan yang dibuat Jinseok. Ia melihat sekeliling nya sambil tersenyum lebar.

“Yongguk oppa dan yang lain nya pasti akan senang jika datang kesini,” gumamnya pelan, membayangkan reaksi setiap para member B.A.P yang tidak sabar ingin bermain. Apalagi Zelo dan Jongup, mereka pasti akan sangat senang.

Tiba-tiba saja ia merasa seseorang menjitak kepalanya dengan pelan. Matanya menangkap Jinseok yang menatapnya dengan pura-pura terlihat marah. Ia mendecak pelan lalu menggembungkan pipinya kesal.

“Sekarang kau sedang denganku, jadi jangan pikirkan pria lain.”

“Ah! Jadi uri Seokkie ini jealous, hah ? Aigoo. Sudah kuduga. Kau itu memang sudah jatuh pada pesonaku ini.”

“Bang Namgyu, kau ini memang sangat berisik ya.”

“Ah. Aku lapar. Kau yang traktir ‘kan ?”

“Ya, ya, ya. Semuanya terserahmu, Namgyu-nim.”

“…dan sekarang kau memperlakukanku seperti aku adalah majikanmu.”

“Nammie~ Berhenti membuatku kesal!”

Setelah beberapa menit berdebat tanpa henti, akhirnya kedua pasang itu menghentikannya ketika makanan mereka tiba. Namgyu dan Jinseok menatap Jajangmyun yang kini ada dihadapan mereka. Sebelum Namgyu sempat meraih sumpit untuk segera melahap makanan itu, Jinseok menghentikan nya.

“Nammie-ah, bagaimana kalau kita bermain game ?” Usul Jinseok dengan senyuman khasnya.

Gadis berambut cokelat gelap itu terlihat sedikit kesal karena di ganggu. Namun, ia juga sedikit tertarik setelah mendengar kata game dari Jinseok. “Game ?”

“Yup! Siapa yang bisa menghabiskan Jajangmyun paling banyak, dialah pemenangnya.”

Call! Call! Yang kalah akan mendapatkan ttakbam, bagaimana ?” Namgyu mengangkat kedua alisnya.

Jinseok menganggukkan kepalanya dengan mantap. “Baiklah! Nammie-ah, bersiaplah menerima ttakbam milikku yang sangat kuat!”

….

3 mangkuk..

5 mangkuk..

7 mangkuk..

Jinseok mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan jika yang terjadi dihadapannya adalah nyata. Beberapa pelayan cafe disitu juga ikut menatap gadis yang tengah asik menyantap suapan terakhir miliknya dengan lahap. Namgyu meletakkan sumpit nya lalu tersenyum manis.

Ah~ I’m full!”

Daebak! Nammie-ah, kau menghabiskan 7 mangkuk Jajangmyun tanpa masalah. Aku saja hanya sanggup 5 mangkuk,” gumam Jinseok yang masih terheran-heran.

Gadis yang dipuji tersenyum dengan bangga. “Tentu saja! Kalau begitu aku yang menang ‘kan ?”

“Tapi monster memang biasanya makan banyak sih,” bisik Jinseok pelan yang sayangnya ditangkap dengan jelas oleh pendengaran Namgyu yang cukup tajam.

Alih-alih menyerang pria tersebut seperti yang biasanya ia lakukan, Namgyu hanya menatapnya sinis. Ia setidaknya harus bersikap sedikit baik karena bagaimanapun juga Jinseok yang akan membayar makanan nya ini.

Setelah Jinseok membayar semua pesanan mereka, kedua pasang tersebut berjalan keluar dari cafe tersebut. Namgyu menggenggam lengan Jinseok secara tiba-iba, membuat pria tersebut sedikit terkejut.

Waegeurae ?”

“Kau belum menerima ttakbam dariku!”

Jinseok mendesah karena ternyata gadis itu masih mengingat perjanjian game yang ia buat. Ia tidak menyangka bahwa gadis tersebut dapat mengalahkan nya dalam hal makan. Benar-benar aneh.

Aish. Yasudah, cepatlah,” protes Jinseok sedangkan Namgyu terkekeh puas dan bersiap untuk menyentil kening pria tersebut. Jinseok menutup matanya rapat-rapat, menunggu rasa sakit yang akan ia terima.

‘TAK’

Jinseok segera mengusap keningnya yang sakit luar biasa sambil meringis sedangkan Namgyu tertawa puas.

YA! KENAPA KAU MEMUKULKU SANGAT KUAT ?!”

“Karena aku melakukannya dengan penuh cinta ?”

“Bang Namgyu! Berhenti bercanda!”

 ….

Jinseok dan Namgyu berhenti melangkah ketika mereka tiba di depan dorm B.A.P. Awalnya, ketika Namgyu mengatakan bahwa ia harus menemui oppa nya dan Jinseok menawarkan diri untuk mengantarnya yang tentu saja Namgyu menolaknya karena tidak mau merepotkan. Gadis itu mengira pria tersebut akan menurutinya. Namun, tak disangka justru Jinseok tetap  ingin mengantarnya dengan alasan ‘Ini sudah malam, tidak baik seorang gadis berjalan sendirian.’ Namgyu sedikit heran. Sejak kapan Choi Jinseok menjadi seorang gentleman ?

Namgyu memiringkan kepalanya dengan heran ketika ia melihat sosok figur yang ia kenal dengan seorang gadis. “Seokkie, bukankah itu Daehyun ?”

Yang ditanyai justru sibuk memainkan rambut cokelat Namgyu, ia menoleh sekilas sebelum kembali pada kegiatan nya yang Namgyu tidak pedulikan sama sekali.

Eo. Siapa yeoja disebelahnya ya ? Kekasihnya ?”

“Itu dia! Aku tidak tau, apakah kita mengganggu jika menghampiri mereka ?”

Jinseok berhenti memainkan rambut Namgyu. “Well, gadis nya sudah pergi,” ucap Jinseok.

Mereka pun berjalan menghampiri Daehyun yang masih belum menyadari kehadiran mereka. Namgyu diam-diam menyelinap di belakang pria tersebut dan dalam hitungan detik –setelah mendapat sinyal ‘OK’ dari Jinseok, ia menyentuh pundak Daehyun dengan kuat, membuat pria tersebut terlonjak kaget.

Goma agashi!”

Alih-alih mendengarkan ocehan Daehyun, kedua pasang itu tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi Daehyun yang terlihat sangat lucu ketika terkejut.

Setelah beberapa detik, akhirnya tawa mereka reda. Namgyu mengatupkan kedua tangan nya didepan wajahnya dengan senyuman jahilnya.

“Maaf Matokki!”

“Yup. Kami hanya bercanda, Daehyun-ah.”

Pria yang menjadi korban kejahilan kedua makhluk itu hanya dapat pasrah dan menerima permintaan maaf mereka.

“Kalau begitu, aku pulang dulu, Nammie-ah. ‘Kan sudah ada Daehyun yang menemanimu,” pamit Jinseok sambil mengacak-acak tatanan rambut Namgyu yang tadi ia mainkan.

Namgyu menggembungkan pipi nya kesal. “Seokkie, kau ini memang mempunyai hobi merusak rambutku, hah ?”

Jinseok hanya tertawa sebagai balasan, ia pun menoleh kearah Daehyun yang juga menatapnya. “Daehyun-ah, jaga Namgyu ya,” tutur Jinseok dengan santai yang langsung disambut dengan ocehan Namgyu lagi.

“Hei! Memangnya aku ini anak kecil apa, harus dijaga segala.”

“Tenang saja, Jinseok-ah.”

Dengan itu Jinseok berbalik badan dan berlari menjauh.

Seolah sesuatu membisikkan hal yang dilupakan nya, Namgyu segera menoleh kearah Daehyun yang kini sudah berjalan duluan. Namgyu berlari mengejarnya dan berjalan disamping pria tersebut. Daehyun yang  seolah merasakan gadis yang disebelahnya ingin mengatakan sesuatu, menoleh dengan senyuman khasnya yang mampu membuat para gadis tergila-gila padanya.

“Ada apa ? Kau ingin mengatakan sesuatu ‘kan ?”

Namgyu mengerjapkan matanya berkali-kali lalu tersenyum samar. “Iya, bagaimana kau bisa tau ?”

Daripada menjawab pertanyaan tersebut, Daehyun malah tersenyum lagi.

“Ah! Tadi itu siapa ? Yeoja yang bersamamu tadi ? Kekasihmu ?”

Mendengar pertanyaan Namgyu, warna wajah Daehyun berubah memerah membuat Namgyu semakin yakin dengan tebakan nya. Gadis itu terkekeh pelan, puas dengan reaksi pria disebelahnya. Mereka pun berhenti ketika sampai didepan pintu dorm. Daehyun membuka pintu yang langsung disambut oleh sang visual. Himchan berlari dan segera memeluk Namgyu.

Baby doll! Akhirnya kau datang juga. Aku sangaaaat merindukanmu~ Kau tau tidak, aku selalu memikirkanmu.”

Zelo muncul dari belakang Himchan dengan semangkuk popcorn dipelukan nya. “Himchan hyung bohong, noona. Baru saja tadi ia memuja-muja girl group yang muncul di music show.”

Himchan segera melepaskan pelukan nya dari Namgyu dan menyorotkan tatapan tajam pada maknae yang tengah tersenyum kaku padanya.

“CHOI JUNHONG!”

Battery dead!”

Dengan itu, Zelo segera berlari yang langsung di ikuti dengan Himchan yang terlihat sangat kesal.

Namgyu hanya mendecak heran sambil memasuki dorm yang di ikuti dengan Daehyun setelah menutup pintu. Pandangan Namgyu segera menangkap sosok Youngjae yang tengah berdiri sambil melipat kedua tangan nya di depan dada. Pria itu menatapnya dengan senyuman menyindir. That jerk. Selalu bertingkah high and mighty.

“Yo, servant. Lama tidak bertemu.”

Aish. Sudah kubilang, aku ini bukan budakmu, Yoo Youngjae!”

“Ah, dwasseo. Kenapa kau telat datang ? Habis darimana ?”

Belum sempat Namgyu menjawab pertanyaan dari Youngjae, Daehyun memotongnya, “tadi sepertinya ia habis date sama Jinseok.”

Youngjae mengangkat salah satu alisnya dengan pandangan tidak percaya. “Jadi kalian… ?”

Namgyu buru-buru melambaikan kedua tangan nya sebagai jawaban. “Tidak, tadi kebetulan ia sedang ingin mengajakku jalan-jalan,” jawab Namgyu sedikit tidak yakin. Sebenarnya ia juga heran kenapa Jinseok tiba-tiba menjemputnya ke sekolah dan mau menunggu lama. Yang ia tahu, Jinseok itu benci menunggu.

Youngjae yang sepertinya tidak merasakan ketidakpastian didalam suara Namgyu, hanya menganggukan kepalanya dan berbalik untuk kembali menonton TV.

“Oh, sudah kuduga. Maksudku, Jinseok yang flower boy itu tidak mungkin tertarik pada gadis sepertimu.”

Mendengar hal itu, Namgyu segera berlari menghampiri Youngjae yang masih tidak sadar bahwa dirinya akan diserang oleh seekor singa yang mengamuk.

“YOO YOUNGJAE! TARIK UCAPANMU KEMBALI!”

“AWW! SAKIT! YA! BANG NAMGYU LEPASKAN TANGANMU DARI RAMBUTKU SEKARANG JUGA!”

“TIDAK AKAN SEBELUM KAU MENARIK UCAPANMU KEMBALI!”

‘BRAK’

Pintu kamar Yongguk terbuka dengan hentakan cukup kuat sehingga membuat Namgyu dan Youngjae yang ingin saling membunuh satu sama lain, Himchan yang masih terus mengejar Zelo dengan Jongup sibuk memperhatikan kedua pertengkaran hebat dihadapan nya ditemani semangkuk popcorn milik Zelo sebelumnya atau Daehyun yang berusaha melerai pertengkaran Youngjae dan Namgyu, langsung menghentikan kegiatan mereka.

“Kenapa berisik sekali sih ?!” Tanya Yongguk dengan nada yang sangat kesal karena tidur nya diganggu.

Namgyu menunjuk Youngjae dengan kesal. “Yongguk oppa! Youngjae mengataiku gadis yang bahkan tidak pantas disukai oleh Jinseok yang menurutnya flower boy itu. Tentu saja aku kesal!”

“Hey! Aku tidak bilang seperti itu!” Ucap Youngjae tidak terima.

“Setidaknya itu memiliki arti yang sama!”

Yongguk menghela nafas berat. “YOO YOUNGJAE! BERANI NYA KAU MENGHINA ADIK PEREMPUANKU SATU-SATUNYA!”

Dengan itu, keributan di dorm tersebut kembali terjadi seperti yang terjadi pada hari-hari sebelumnya. Daehyun menggelengkan kepalanya lalu berjalan kearah kamarnya, tidak ingin ikut campur dalam pertempuran yang terjadi dihadapan nya.

….

Monday, 23rdJanuary 2012, 06:15 PM KST.

Bang’s residence, Seoul.

“AAAAH! OPPA, AKU BENCI KAU!”

Namgyu menuruni tangga sambil berteriak kesal, ia sudah tampak rapi dengan seragam lengkap. Kemeja putih dengan kerah berwarna biru tua, sebuah pita berwarna senada bercorak bintang berwarna kuning melingkar dilehernya, ditambah lagi dengan sweater berlengan panjang berwarna kuning dengan lambang SOPA di dada sebelah kiri dan dilengkapi dengan rok pendek sedikit di atas lutut berwarna biru tua terlihat sangat cocok pada gadis itu.

Ia segera menggantungkan jas berwarna kuning serta ransel putih nya di kursi yang ia duduki. Ia melahap sarapan nya dengan kesal sambil menatap sinis pada pria yang ada dihadapan nya. Pria yang ditatap tidak memedulikan nya dan tetap sibuk meniup black coffee dihadapan nya.

tumblr_m5xf7zH3pK1rz7z7ho1_400

“Kenapa pagi-pagi sudah berisik ?” Tanya suara halus milik sang Eomma tercinta, Cho Nami.

Namgyu meneguk segelas susu putih hangat kesukaan nya lalu menatap Nami sambil mencibir.

“Yongnam oppa! Ia mengubah waktu jam weker-ku menjadi 30 menit lebih cepat. Aku pikir aku akan telat!”

Bang Yongnam adalah oppa Namgyu selain Yongguk, ia dan Yongguk adalah saudara kembar dengan wajah yang hampir sangat mirip. Well, mereka benar-benar sangat mirip, dari kejahilan mereka sampai sikap over-protective mereka terhadap Namgyu. Satu hal yang dapat membedakan mereka adalah hal yang mereka suka. Yongguk menyukai hip hop sedangkan Yongnam lebih menyukai genre rock, Yongguk seorang underground rapper sedangkan Yongnam seorang penyanyi rock.

Yongnam mengalihkan pandangan nya dari secangkir black coffee yang sedari tadi sibuk ia tiupi. “Well, aku hanya tidak ingin adik perempuan kesayanganku ini telat dihari kau leakukan ujian nasional,” ucapnya tanpa beban yang kembali fokus pada secangkir minuman dihadapan nya.

“Tapi tidak usah segitu nya! Oppa ‘kan bisa membangunkan ku saja!” Protes Namgyu yang masih belum bisa menghilngkan rasa kesal nya.

“Dan mendapatkan timpukan-timpukan bantal darimu ? Aku tidak mau membangunkan singa yang sedang tertidur,” jawab Yongnam tanpa mengalihan pandangan nya.

Dan dengan itulah, perdebatan di keluarga Bang yang terjadi setiap pagi dimulai.

Bang Yonghae, Appa tercinta mereka melipat koran yang sedari tadi ia baca. “Mereka mulai lagi,” komentar Yonghae dengan senyuman samar.

Nami ikut tersenyum. “Kalau ada Yongguk, pasti akan lebih berisik dari ini,” balasnya sedikit memikirkan putra nya yang sudah tidak tinggal bersama mereka lagi.

Sebenarnya kedua orang tua mereka tidak pernah suka jika anaknya tertarik pada hal berhubungan dengan musik. Namun, mau bagaimana lagi, kedua putra mereka sangat tertarik dengan musik dan juga putri mereka satu-satunya juga tertarik dengan musik dan akting.

Setelah menikmati sarapan yang diselingin dengan kebiasan berdebat dengan oppa nya, Namgyu mengenakan jaket berwarna kuning dengan lambang SOPA yang lalu di lapisi lagi dengan jaket lain nya berwarna hitam. Ia kemudian menyandangkan ranselnya setelah selesai memakai sepatu.

“Namgyu berangkat sekolah dulu!”

Setelah berpamitan dengan kedua orang tua nya dan Yongnam, Namgyu keluar dan menutup pintu pagar rumah dengan pelan. Udara masih terasa dingin. Ia terhenyak untuk sesaat lalu kemudian mengerjapkan matanya berkali-kali.

Sedang apa pria itu disini ? Apakah aku sedang berimajinasi ?

Kini, dihadapan gadis itu tengah berdiri seorang pria yang sangat ia kenal, walaupun hampir seluruh wajah nya ditutupi oleh syal hitam yang ia pakai dan beanie hitam.

Mr. Huffish!”

Namgyu berjalan mendekati pria yang masih berdiri bersandar disamping pagar rumah keluarga Bang. Myungsoo menatap Namgyu dengan senyuman manisnya. Ia meraih jaket yang dipakai oleh Namgyu dan membenarkan posisinya serta memastikan apakah Namgyu terasa hangat dan nyaman.

“Kenapa kau ada disini ? Dan sepagi ini..”

“Aku ingin mengatakan semangat dalam mengerjakan ujian nasional mu nanti.”

“…”

“Kenapa ? Hari ini kau akan ujian nasional ‘kan ?” Myungsoo memiringkan kepalanya heran ketika tidak mendapat respon dari Namgyu.

Namgyu menganggukkan kepalanya pelan. “Iya, tapi kau datang kesini hanya untuk mengatakan itu ? Kau ‘kan bisa mengatakan nya lewat sms atau telepon.”

“Ah, itu..” Myungsoo mengusap kedua tangan nya dengan senyuman sedikit malu. “Aku ingin mengantarmu ke sekolah,” lanjut Myungsoo dengan mantap yang langsung dtanggapi dengan tatapan kaget dari Namgyu.

Myungsoo meraih tangan Namgyu lalu menggenggam nya dengan erat dan membawa nya pergi, sedangkan Namgyu tidak berusaha melepaskan genggaman tangan Myungsoo yang terasa hangat dan nyaman. Ia sangat suka ketika Myungsoo menggenggam tangan nya.

“Tapi, apa tidak apa-apa kau mengantarku ke sekolah ? Maksudku, bagaimana dengan schedule mu ?” Tanya Namgyu sedikit khawatir menganggu waktu Myungsoo.

Myungsoo mengalihkan pandangan nya pada Namgyu sambil tersenyum kecil. “Aku akan selalu ada waktu jika itu berarti aku bisa menghabiskan waktu itu bersama mu, Wonsungi,” jawab Myungsoo dengan senyuman manisnya.

Mendengar perkataan Myungsoo, wajah Namgyu seketika memerah. Sial, sejak kapan Myungsoo menjadi sweet talker begini ? Apa Woohyun yang mengajari nya ?

“Jangan bercanda,” ucap Namgyu pelan namun Myungsoo hanya tersenyum.

Namgyu hanya berdeham lalu mengalihkan pandangan nya ke arah lain dengan gugup. Di sisi lain, Myungsoo terlihat sangat tenang, ia mengalihkan pandangan nya ke depan dengan senyuman khas nya menghiasi wajah tampan nya lalu mengeratkan genggaman nya.

Akhirnya mereka tiba di gerbang SOPA, beberapa murid sudah tiba disekolah. Namgyu menoleh pada Myungsoo dengan senyuman khas nya yang menunjukkan eye-smile miliknya.

Gomawo sudah mau meluangkan waktu untuk mengantarku kesini, Mr. Huffish.”

Myungsoo terkekeh pelan. “Sudah kubilang, aku akan selalu ada waktu untukmu, Wonsungi. I’ll cherish every moment I had with you.”

Namgyu menggembungkan pipinya sebal. “Ya! Mr. Huffish. Bisakah kau berhenti bersikap ‘too romantic’ ?”

Myungsoo tertawa melihat ekspresi sebal gadis yang ada dihadapan nya sambil menepuk-nepuk puncak kepala gadis itu dengan lembut. Ia mencondong tubuhnya agar menyamai tinggi nya dengan gadis tersebut. Namgyu menatap Myungsoo heran –tidak mengerti apa yang ingin Myungsoo lakukan. Yang pria tersebut lakukan selanjutnya justru membuat seakan jantung Namgyu berhenti detik itu juga. Myungsoo mengecup kening Namgyu dengan lembut lalu ia tersenyum.

“Semangat, kau pasti bisa, Bang Namgyu.”

Dengan itu, ia berbalik badan dan meninggalkan Namgyu yang masih diam terpaku di tempat ia berdiri. Perlahan jemarinya menyentuh tempat dimana Myungsoo mengceup nya. Namgyu menggelengkan kepala nya –berusaha untuk menjernihkan pikiran nya. Ini sudah kedua kali nya Myungsoo melakukan hal ini dan ia selalu berakhir tidak dapat berkata apa-apa.

“Ah! Apa yang aku pikirkan ? Bang Namgyu kau masih ada tes yang sangat penting!”

Ketika ia berjalan menelusuri koridor menuju kelas nya, seseorang menepuk pundak nya. Ia tidak perlu menoleh lagi karena ia tau siapa orang itu. Kim Hyunjae, sahabat setia nya itu.

“Namgyu-ah, tadi aku melihat kau bersama seorang namja di depan gerbang sekolah. Siapa dia ? Kekasihmu ?” Tanya Hyunjae penuh dengan rasa penasaran.

Namgyu segera membantahnya.

Eiii. Jangan bohong~ Aku melihat dia mencium keningmu. Waah. So sweet~” Ucap Hyunjae dengan menggoda.

Aish. Diam kau.”

“Ah! Namgyu-ah, kau tidak gugup ? Sebentar lagi kita ‘kan akan tes.”

“Tentu saja aku sangat gugup! Aku khawatir nilaiku sangat buruk.”

Eiii. School president, sejak kapan kau jadi sepesimis ini ? Semangat!”

Tiba-tiba saja ia ingat dengan ucapan Myungsoo tadi.

‘Semangat, kau pasti bisa, Bang Namgyu.’

Namgyu menganggukkan kepala nya dengan mantap sambil tersenyum penuh dengan keyakinan. Yup! Kau pasti bisa, Bang Namgyu!

….

After school.

Namgyu berjalan gontai dengan kepala ditundukkan, ia sudah berusaha sebisa nya dalam tes penting hari ini. Namun, tetap saja ia tidak yakin dengan hasil akhir nya. Ia tidak pernah sepesimis ini seperti yang di katakan oleh Hyunjae tadi pagi. Namgyu sudah berusaha untuk tetap fokus dan berpikir positif namun ia masih merasa terbebani dengan bayangan keluarganya –terutama kedua orang tua nya, kecewa dengan nilai nya yang tidak memuaskan dan terlalu berharap banyak pada diri nya.

Poritive thinking. Harus,” gumam gadis itu pada diri nya sendiri.

Dengan itu, ia kemudian berjalan dengan lebih percaya diri. Namun, ia menghentikan langkah nya ketika ia mendengar seseorang memanggil nama nya.

“Bang Namgyu ?”

Seorang gadis kini tengah berdiri dihadapan nya, ia kenal siapa gadis itu. Rambut cokelat nya yang panjang di kepang satu ke samping tidak terlalu rapih. Ia mengenakan kemeja putih berlengan panjang dengan skinny jean berwarna krem dan sebuah tas cokelat di genggaman nya. Ia tampak cantik walaupun dengan style yang sederhana.

tumblr_m7mjgrLdwI1rahjuto1_500_large

“Ah. Seo Minjung.”

Minjung tersenyum kecil. “Apakah kau keberatan jika kita berbicara sebentar ?”

….

Cafe in Seoul.

Hening.

Kedua yeoja yang tengah duduk di sebuah cafe yang cozy dan hangat, sama sekali tidak berniat untuk memecahkan suasana canggung disekitar mereka. Well, bagi Namgyu susasana ini sangat canggung. Ia tidak mengerti kenapa Seo Minjung ingin berbicara dengan nya. Apa yang ingin ia bicarakan ? Apa mengenai Mr. Huffish ?

Perlahan, Namgyu menyeruput Caramel Machiatto milik nya dengan kedua mata nya sibuk menerawang langit-langit cafe tersebut.

Akhirnya Minjung membuka mulutnya untuk memulai pembicaraan. “Aku mengajakmu kesini untuk meminta maaf karena aku terkesan kasar di hari pertama kita bertemu. Seharusnya aku tidak bersikap seperti itu,” ucap Minjung sambil menatap Namgyu.

Namgyu segera menggelengkan kepala nya. “Ah, tidak apa-apa! Aku sama sekali tidak terganggu dengan sikap mu.”

Sebuah senyuman tulus muncul di wajah cantik Seo Minjung, ia menghembuskan nafas pelan. “Baguslah kalau kau tidak marah karena sikap ku. “

Kedua yeoja tersebut saling tersenyum. Namgyu mulai berpikir, mungkin Seo Minjung tidak seburuk yang pernah ia bayangkan. Ia memang tidak boleh menilai seseorang dari pertama kali bertemu.

“Oh iya, aku dengar kau menolak Myungsoo saat ia menyatakan cinta nya padamu,” tutur Minjung, tertarik dengan jawaban dari gadis yang ada dihadapan nya.

Mendengar ucapan Minjung, Namgyu segera menutup wajah nya karena malu.

“K-Kau tau darimana ?”

“Myungsoo. Ia sendiri yang mengatakan nya padaku.”

“EH ?! Ia mengatakan hal itu padamu ?!”

Minjung terkekeh pelan melihat reaksi kaget dari Namgyu lalu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

“Setelah mendengar cerita dari nya, wajar sih jika kau menolaknya. Lagipula, ia ingin menyatakan cinta pada seorang gadis dengan cara seperti itu, sama sekali tidak romantis. Dasar pria bodoh,” gumam Minjung dengan tidak setuju.

Namgyu masih heran, kenapa Myungsoo menceritakan hal itu pada Minjung ? Bukankah Minjung datang kembali karena ingin bersama dengan Myungsoo lagi ?

Seolah Minjung membaca pikiran Namgyu, ia tertawa kecil. “Tenang saja, aku tidak akan merebut Myungsoo darimu,” ucap nya dengan santai.

Wajah Namgyu bersemu merah karena malu. “E-Eh ? Aku tidak berpikiran seperti itu kok!”

Lagi-lagi Minjung tertawa melihat reaksi Namgyu yang menurutnya lucu. “Myungsoo. Kini, dimata nya hanya ada kau, Bang Namgyu. Only you.”

….

TBC

uwaaah! akhirnya bisa update namsoo juga setelah seabad ga update /oke, lebay/ hehe

maaaaaf banget karena udah lama banget ga update ini couple, soalnya aku lagi sibuk sama sekolah walopun baru kelas 2. kadang suka ga ada waktu tapi sekali nya ada waktu ga punya ide >.< sudah ber bulan2 aku terserang penyakit writer block, sama sekali buntu ide untuk buat chapter baru. tapi untunglah feel namsoo nya balik lagi setelah mandangin foto myungsoo 7 hari 7 malem /lebay/ hahaha :D

oh iya! Semoga kalian suka sama chapter ini ya :D

komen, kritik dan saran are love ~


{KyuNara Scene} Hot Chocolate’s Lesson

$
0
0

Image

Recommended Song : B1A4 – Only Learned Bad Things

‘For a young person like me,

The word “LOVE” is too awkward to say often’

 

“Ha ha ha ha!”

Nara menyeka air mata yang tanpa sadar keluar dari ujung pelupuk matanya, tawanya masih terus terdengar tanpa henti di seluruh penjuru dari dorm milik Super Junior yang berada di lantai 11.

Kyuhyun menatap mata gadis itu dengan lembut , seakan ingin merengkuh tubuh gadis itu ke dalam pelukan matanya. Dengan satu nafas yang terhembus perlahan , Kyuhyun berkata singkat. “Akulah pangeranmu. Kaulah putriku. Kita sudah ditakdirkan untuk bersama. Bahkan langit merestui hal itu.”

“Ha ha ha!!”, kini Nara malah menggerakkan kakinya tanpa henti di atas sofa yang sedang ia duduki, seakan-akan ada seseorang yang menggelitiki kakinya sehingga membuatnya tertawa terpingkal-pingkal seperti itu. Matanya masih tertuju ke arah layar tab-nya,  “Ya Tuhan. Aduh, perutku sakit. Sejak kapan si bodoh itu bisa mengatakan hal seperti itu? Ini fanfic romantis atau komedi, sih? Si pangeran iblis mengatakan hal semanis itu? Kiamat!! Ha ha ha ha..AAWWW!”

Sebuah timpukan bantal berukuran sedang yang berasal dari belakang tubuh Nara itulah yang menghentikan tawanya. Nara mengelus pelan kepalanya karena timpukan bantal itu cukup membuat kepalanya kini terasa nyeri. “Aishh! Eunhyuk Oppa!”, seru Nara saat melihat Eunhyuk baru saja muncul dari kamarnya dengan hanya mengenakan kaus dalam berwarna putih.

Okay, mungkin jika para fans Super Junior yang melihat Eunhyuk dengan hanya berpakaian seperti itu, tentu saja mereka akan menjerit histeris atau malah akan menangis terharu. Akan tetapi bagi seorang Kwan Nara, hal itu sama sekali tidak berpengaruh apa-apa. Dia malah mendengus pelan saat melihat badan atletis Eunhyuk itu menyapu penglihatannya. “Eish,” gumam Nara pelan, “pantas saja dia bisa punya foto kontroversi dengan IU kalau setiap harinya hanya berkeliaran dengan kaus dalam seperti itu.”

“Apa yang kau katakan, hah?” tanya Eunhyuk sambil mencengkeram kepala Nara dengan kedua tangannya dari belakang sofa kemudian menggoyang-goyangkannya dengan gemas. “Coba ulangi apa yang kau katakan tadi, Kwan Nara.”

“Aaaaaaa!!!” Nara berteriak cukup kencang sambil mencoba melepaskan tangan Eunhyuk dari kepalanya. “Opppaaa, sakiit! Ya! Ya! Opppaaa!”

“Eunhyuk-ah, sudahlah. Nanti kau bisa dapat berita miring lainnya karena sudah membuat gadis lain menangis dengan ulahmu.”

Di tengah pertikaian yang seru diantara Eunhyuk – Nara, tiba-tiba saja Sungmin muncul dari balik dapur sambil membawa semangkuk penuh popcorn karamel. Dia berjalan menuju sofa dimana tempat Eunhyuk dan Nara berada kemudian duduk dengan tenang di samping Nara yang masih menggerutu kesal dengan ulah anarkis Eunhyuk tadi.

“Kau tidak mau ‘kan terkena berita skandal lagi?” tanya Sungmin dengan nada menggoda kepada Eunhyuk yang masih menatap Nara dengan gemas dan sesekali mengacak-acak rambut gadis itu.

“Hyung,” Eunhyuk kini beralih menatap tajam Sungmin dari balik sofa dan berkata singkat, “kau mau merasakan apa yang tadi dirasakan oleh gadis iblis ini tadi??”

“Sudah muka yadong seperti itu, penampilannya juga lebih yadong. Aigoo~”, gumam Nara pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan rasa prihatin. Eunhyuk menatap Nara dengan gemas dan menjitak kepalanya lagi, kali ini dengan lebih keras dari sebelumnya. “Opppaaaaaaaaa!”

“Apa? Apa? Kau mau lapor ke Leeteuk Hyung? Sana lapor ke bilik tentaranya,” goda Eunhyuk pada Nara yang biasanya selalu meminta bantuan Leeteuk pada saat sedang dikerjai oleh member Super Junior lainnya seperti sekarang. “Sana, sana. Lapor saja sana.”

“Sungmin opppaaaa!” Nara kini langsung merangkul lengan Sungmin kemudian berkata dengan nada yang di’imut-imut’kan. “Oppa, coba lihat perlakuan Eunhyuk oppa padaku. Hing~”, rengeknya pelan dan membuat Eunhyuk seperti ingin menimpuk gadis di depannya ini dengan benda lain selain bantal. Ehm, mungkin melemparnya langsung ke air terjun Niagara adalah ide terbaik.

Sungmin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat kedua dongsaengnya itu. Alih-alih menenangkan suasana, Sungmin kini hanya menyodorkan mangkuk yang berisi popcorn itu kepada dua orang di sampingnya itu. “Tutup mulut kalian dengan ini. Kurasa itu lebih bermanfaat,” ucapnya dengan tenang sambil mengunyah popcornnya.

“Oppa yang baik!” Seru Nara riang sembari menatap Sungmin dengan pandangan berbinar. Kemudian ia beralih menatap Eunhyuk dan berkata dengan nada rendah, “Oppa yadong.”

“Eish! Eish!” Eunhyuk kini ganti menjitaki kepala Nara dengan sepenuh hati. “Kalau saja kau bukan kekasih Kyuhyun, aku bisa hamili kau sekarang juga.”

“Tuh, kan! Pria mesum! Sungmin Oppa, tolong aku!” ucap Nara sambil merangkul lengan Sungmin lagi, kali ini dia juga membenamkan wajahnya di lengan kekar sang roommate kekasihnya itu.

Sungmin mendesah pelan kemudian menghadap ke belakang untuk menatap Eunhyuk dan menjitak kepalanya pelan, “jaga bicaramu, Eunhyuk-ah,” tegur Sungmin, membuat Eunhyuk hanya bisa memanyunkan bibirnya karena lagi-lagi si gadis Iblis ini mendapatkan malaikat pembelanya selain Leeteuk.

“Kami pulang~” suara yang Nara kenali sebagai suara Ryeowook dan Yesung itu kini terdengar dari arah pintu masuk. Benar saja, detik berikutnya wajah sang main vocal itu muncul dari balik tembok dengan masih menggunakan mantel tebal dan beberapa bulir salju yang menempel di rambutnya masing-masing. “Oh, Nara-ya? Kau disini?” tanya Ryeowook dengan nada ceria saat melihat keberadaan Nara di dormnya itu. “Pantas saja daritadi Kyuhyun kelihatannya tidak sabar untuk pulang ke dorm.”

“Hmm~”, jawab Nara ringan sambil mengambil popcorn yang disodorkan oleh Sungmin dan mengunyahnya nikmat. “Ekspresi dari luar bisa menipu, oppa. Jangan percaya semua ekspresi yang dia buat.”

Ryeowook hanya terkekeh kecil sambil melepaskan sepatunya dan juga menggantungkan mantelnya di coat hanger. “Kalian memang tidak pernah berubah,” gumam Ryeowook pelan dan dibalas dengan anggukan setuju dari semua yang ada disana.

“Ngomong-ngomong, dimana dia?” tanya Sungmin saat tidak melihat keberadaan Kyuhyun diantara Yesung dan Ryeowook. “Bukankah tadi dia berangkat bersama dengan kalian untuk latihan vokal?”

Ryeowook mengangguk. “Tadi dia bilang akan pergi ke supermarket dulu. Entah untuk apa.”

Yesung tidak mengatakan apapun dan langsung berlari berderap menuju sofa tempat Nara dan Sungmin berada. Dia langsung mendorong tubuh Nara supaya berhimpitan dengan Sungmin sehingga menyisakan ruang kosong baginya sendiri. “Geseeer~ Geseeer~ Hush, hush!”, seru Yesung dengan nada tidak sabar.

“Eishhh,” Nara hanya mendecak kesal. “Memangnya aku ayam yang bisa di-hush hush, begitu?” rutuknya pelan namun tetap menggeser posisinya ke sebelah kiri, berhimpitan dengan tubuh Sungmin.

Yesung langsung duduk di samping Nara dan merentangkan tangannya lebar-lebar ke arah Sungmin dan Nara yang ada di sampingnya. “Aku kedinginan. Peluk aku,” katanya dengan nada manja dan membuatnya langsung mendapatkan jitakan ‘manis’ yang melayang dari tangan Nara. “Aishh~ gadis iblis. Kasihan anakmu nanti. Ayahnya raja iblis, Ibunya pun ratu iblis,” gerutu Yesung sambil mengelus puncak kepalanya yang terasa sakit karena jitakan Nara tadi.

“Lihat saja nanti,” sebuah senyum menghiasi bibir Eunhyuk saat membisikkan satu kalimat ke telinga Nara. “Aku pastikan Kyuhyun akan membuatmu hamil sebelum menikah,” gumamnya jahil.

“Andwae!” seru Nara saat tiba-tiba membayangkan dirinya yang tengah berbadan dua sedangkan Kyuhyun sama sekali tidak memperdulikan keluarganya dan lebih memilih menyelesaikan level terakhir dari game kesukaannya dibandingkan dengan mengantarkan Nara ke rumah sakit untuk melahirkan. “Aku tidak mau dihamili olehnya!”

“Siapa yang hamil?” tiba-tiba saja suara bernada berat yang sangat Nara kenali muncul dari balik pintu masuk. Penampilannya terlihat sangat..kacau. Mantel tebal berwarna hitam yang dikenakan olehnya kini terselimuti seluruhnya oleh salju, begitupun wajahnya yang kini terlihat pucat karena udara yang dingin. Nara mendecak heran, bagaimana ada orang yang memilih untuk pergi ke supermarket di cuaca hujan salju seburuk ini?

“Kau mirip manusia salju,” celetuk Yesung dengan ringan saat melihat penampilan Kyuhyun. Sementara itu, Sungmin langsung bangkit dari bangkunya dan beranjak menuju kamarnya sendiri. Dari situ, dia membawa sebuah handuk dan segera melemparkannya ke arah Kyuhyun yang menangkapnya dengan sigap. “Thanks, hyung,” gumam Kyuhyun pelan dan dibalas dengan anggukan singkat dari Sungmin.

“Ckckck~” Eunhyuk menggeleng-geleng heran dengan pemandangan di hadapannya itu. “Siapa yang akan menyangka bahwa kekasih dari seorang Cho Kyuhyun hanya diam di bangkunya saat melihat kekasihnya yang tampan itu kedinginan oleh seluruh salju di badannya?” celetuk Eunhyuk, berniat menyindir Nara yang sama sekali tidak perduli dengan kondisi Kyuhyun, berbanding terbalik dengan perlakuan Sungmin barusan. “Yaaah~ aku lebih rela kalau Kyuhyun berpacaran dengan Sungmin hyung saja, kalau begitu.”

“Do as your wish,” jawab Nara dengan ringan sambil menggerakkan jemarinya di atas layar tab-nya. Rupanya dia sudah tenggelam dalam keasyikannya bermain game, seperti biasa. “Kalau memang mereka memang mau berpacaran, lakukan saja. Aku tidak keberatan.”

“Kalian membicarakan apa, sih?” tanya Sungmin dengan nada jengah sambil kembali duduk di samping Nara dan memakan popcorn karamelnya lagi. “Aku masih normal. Aku ini seorang pria yang bisa menghamili wanita dalam sekali kesempatan,” jawab Sungmin sambil menatap ke arah Eunhyuk yang terkekeh pelan. “Jadi hentikan pembicaraan tentang hal itu.”

“Eiyyy~”, Nara menggaruk telinganya yang terasa panas karena mendengarkan pembicaraan mengenai ‘hamil’ ‘hamil’ sedari tadi. “Ini hari yadong sedunia atau apa, sih? Kenapa kalian semua dari tadi membicarakan tentang hamil?”

Kyuhyun hanya mendengus kecil saat mendengar omongan gadis itu. Gadis bodoh, pikir Kyuhyun. Bagaimana bisa dia terlihat begitu tenang dan santai saat dikelilingi oleh empat orang pria di dalam dorm seperti ini, ditambah lagi satu dari keempat pria itu hanya menggunakan pakaian dalam? Kwan Nara benar-benar..bodoh.

“Mana pesananku?” tanya Ryeowook ke arah Kyuhyun yang sedang berjalan ke arah mereka berlima. Kyuhyun mengangkat tas plastik di tangannya kemudian mengeluarkan sekaleng bir dari sana. Dengan sigap, ia melemparkannya ke arah Ryeowook. “Jangan lupa kau bayar bir itu nanti,” ucap Kyuhyun singkat dan dibalas dengan cibiran dari Ryeowook. “Dasar pelit.”

Kyuhyun hanya mendengus pelan saat mendengar cibiran Ryeowook. Entahlah, otak dan juga badannya seakan sudah terlalu lelah untuk merespons perkataan siapapun. Apalagi flu yang sedari kemarin menyerangnya itu membuat dirinya semakin merasa lemah.

“Simpan saja cola pesananku ke kulkas,” seru Eunhyuk saat Kyuhyun sedang menggantungkan mantelnya ke coat hanger.

“Eheii~ kau sudah dilarang minum cola, Hyuk-ah,” sela Sungmin. “Program dietmu semakin berantakan kalau kau minum itu.”

“Tapi aku lebih dilarang minum bir oleh Tuhan, hyung,” ucapan polos yang meluncur keluar dari bibir Eunhyuk itu langsung membuat keempat orang lainnya yang berada di sofa itu langsung tertawa terbahak. “Ya! Jangan tertawa. Kalian tahu sendiri kalau Ibuku itu salah satu pengurus gereja. Bagaimana bisa aku minum itu, hah?”

Kyuhyun sama sekali tidak berekspresi apapun saat mendengar celetukan mereka semua. Ia hanya ingin tidur dan beristirahat, itu saja.

Sementara itu, Nara memperhatikan segala tingkah laku Kyuhyun dari ujung matanya. Dia tahu bahwa kekasihnya itu tidak sedang dalam kondisi yang baik. Langkahnya yang terlihat sempoyongan dan nafasnya yang terdengar sangat berat, entah kenapa itu membuat Nara menjadi sedikit..khawatir.

Kyuhyun membuka pintu kulkas dan memasukkan kaleng-kaleng cola milik Eunhyuk dan juga beberapa kaleng bir miliknya ke dalam sana. Kyuhyun memijat keningnya beberapa kali, dunianya seakan berputar saat ini.

“Ngomong-ngomong, apa yang kau tertawakan dari tadi?” tanya Sungmin kepada Nara. Gadis itu kini terlihat sangat bersemangat saat Sungmin menanyakan hal itu. “Ini!”, Nara langsung memperlihatkan layar tab-nya kepada mereka semua. “Aku sedang baca fanfic kalian semua.”

“Eiyyyy~” Kontan keempat member yang berada di sofa itu langsung mendengus dalam waktu yang bersamaan saat mendengar perkataan Nara tadi. “Jangan bahas hal itu lagi di depanku,” ucap Eunhyuk sambil menggaruk pipinya, terlihat enggan untuk membahas hal itu.

“Eh? Kenapa memangnya?”, Nara heran dengan semua perilaku keempatnya. “Ceritanya bagus, kok. Yahh~ walaupun ada beberapa yang tidak sesuai kenyataan, sih.”

“Apanya yang sesuai kenyataan kalau ceritanya aku dihamili oleh Kyuhyun?”, balas Sungmin sambil menyentuh lehernya sendiri, seakan merasa geli saat mengatakan hal itu. “Hiiiy~ ya Tuhan, aku tidak mau mengingat ceritanya lagi.”

“Lagipula di dalam kenyataan, mana mungkin aku menikahi dia,” lanjut Yesung sambil melirik ke arah Ryeowook yang masih menyesap birnya dengan nikmat. “Aku lebih baik menikahi Ibu Moon Geun Young daripada menikahi dia.”

“Dan karena fanfic seperti itu juga, Donghae sampai menjauhiku selama berminggu-minggu,” ucap Eunhyuk tanpa diminta. Melihat ekspresi Nara yang terlihat bingung, ia langsung menjelaskannya lagi. “Karena Donghae membaca fanfic yang isinya menceritakan aku akan memperkosa dia sampai mati.”

“Hiiiiiy~”, kini keempatnya langsung merinding secara bersamaan. Nara hanya tertawa geli mendengar pengakuan mereka semua.

Put your hands up. Put your hands up. Put put put, put your hands up!

“Handphone siapa itu?” tanya Ryeowook saat mendengar nada dering Hands Up milik 2PM itu terdengar menggema di dalam dormnya.

“Punyaku,” jawab Nara ringan sambil merogoh saku celananya kemudian mengeluarkan handphone LG Lollipop berwarna merah miliknya.

Ryeowook mendecak kesal. “Kau ini kekasih dari Cho Kyuhyun, member Super Junior. Tak bisakah kau sedikit menghargai usaha kami yang sudah menyanyi mati-matian dan mengganti nada deringmu dengan lagu Super Junior?”

“Hmmmm~”, Nara terlihat berpikir sejenak kemudian menjawab dengan tenang. “Tidak.” Tepat setelah mengatakan hal itu, kepala Nara langsung diserang oleh jitakan bertubi-tubi yang berasal dari tangan keempat pria itu. “Oppppaa! Sakit!”

Setelah menggerutu kesal karena perlakuan keempat pria itu kepadanya, Nara kembali memfokuskan dirinya kepada layar handphone miliknya. Ada sebuah SMS dari..Kyuhyun?

Sender : [K]

Aku sudah hangatkan coklat untukmu. Ada di microwave. Minum saja kalau kau mau.

Nara mengangkat alisnya sekilas dan beranjak dari sofa kemudian berjalan menuju dapur. Di sana, terlihat microwave-nya belum dimatikan dan masih beroperasi.

TING!

Lampu yang ada di dalam microwace itu tiba-tiba padam. Tanpa menunggu lama, Nara segera membuka pintu microwave itu dan dalam sekejap, aroma semerbak coklat hangat langsung menyapu indra penciumannya.

Saat Nara masih merasa bingung, Yesung muncul di samping Nara tanpa menimbulkan suara apapun dan hampir membuat gadis itu terjungkal karena kaget. “Oppa! Jangan mengagetkanku!”

Yesung hanya terkekeh pelan dan membuka pintu kulkas kemudian mengambil sekaleng bir dari dalamnya. Dia melirik ke arah benda yang ada di dalam microwave dan mengangguk paham, “ternyata dia ke supermarket karena itu, ya? Hmmm~”

“Eh? Apanya?”, tanya Nara heran.

“Saat Kyuhyun tahu bahwa kau datang ke dorm, dia langsung bertanya ke Ryeowook tentang persediaan coklat hangat. Saat Ryeowook bilang bahwa persediaan coklat hangat di dorm sudah habis, ternyata dia langsung meminta supir untuk berhenti di depan supermarket yang agak jauh dari sini. Ternyata..dia membeli itu, ya?”

“Kau serius?” tanya Nara tidak percaya.

“Yap,” jawab Yesung yakin. “Bukankah minuman kesukaanmu itu coklat hangat?”

Nara hanya bisa diam membatu setelah mendengar ucapan Yesung. Jadi Kyuhyun sampai harus berjalan di tengah guyuran hujan salju hanya untuk membelikannya coklat hangat? Apa iya?

“Cepat minum sebelum keburu dingin,” ucapan Yesung itu membuat Nara sadar dari lamunannya. “Kyuhyun pasti tidak mau kau minum coklat dingin di tengah cuaca dingin seperti ini,” lanjutnya sambil berjalan kembali menuju tempat ketiga membernya yang lain berada.

Nara menatap kembali cangkir berwarna putih yang ada di dalam microwave itu sebelum akhirnya mengambilnya kemudian menggenggamnya erat-erat. Dalam sekejap, aliran hangat yang berasal dari cangkir itu seakan menjalar ke seluruh tubuhnya. “Babo,” bisik Nara pelan, tanpa bisa ia pungkiri sebuah lengkungan yang membentuk sebuah senyuman terpajang di bibirnya. “Cho Kyuhyun babo.”

Teringat dengan langkah Kyuhyun yang terlihat sempoyongan tadi, akhirnya Nara memutuskan untuk mengecek kondisi Kyuhyun. Perlahan, ia membuka pintu kamar yang ditempati oleh Kyuhyun dan Sungmin, ia berusaha untuk tidak membuat suara sekecil apapun.

“Kau mau apa?” Tiba-tiba suara Sungmin mengagetkannya dan hampir membuat Nara melepaskan pegangan cangkir di tangannya itu.

Nara langsung membalikkan badannya ke arah sofa dan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. “Sssst, jangan berisik,” pintanya dan segera diikuti oleh keempat member Super Junior itu. “Aku hanya mau masuk sebeeentar saja. Ya?”, ucapnya meminta izin – lebih tepatnya kepada Sungmin -. Keempat member itu mengangguk dengan bersamaan dan tepat detik berikutnya, Nara langsung masuk ke dalam kamar itu dengan langkah yang mengendap-endap.

“Mungkin dia mau menawarkan dirinya sendiri untuk dihamili oleh Kyuhyun,” celetuk Eunhyuk dan segera dibalas oleh jitakan gemas dari tangan Sungmin. “Aish, hyung! Sakit!”

“Setelah mengatakan hal itu, kau masih mengaku bahwa kau tidak mau minum bir karena dilarang oleh Tuhan, hah?”

‘Because i’m still immature, a deep love is hard

I, who thoght “What’s love? Just keep pushing forward!”

Was stupid.’

Nara menutup engsel kamar dengan sangat perlahan, tidak ingin menimbulkan suara apapun. Setelah itu, Nara langsung mencari keberadaan Kyuhyun di dalam kamar itu.

Ah, itu dia. Dia sedang tidur dengan masih mengenakan pakaian yang dikenakannya tadi, bahkan dia tidak sempat mengganti baju. Ah, bukan. Mungkin bukannya tidak sempat, tapi tidak..kuat untuk mengganti bajunya?

Nara berjalan pelan menuju ke arah ranjang Kyuhyun. Dari jarak beberapa meter, bahkan Nara bisa mendengar suara helaan nafas Kyuhyun yang sangat berat. Seakan ada sesuatu yang mengganggu pernafasannya sehingga ia sulit untuk bernafas.

Setelah berada di samping ranjang Kyuhyun, Nara menempelkan punggung tangannya ke kening pria itu. Detik berikutnya, dia langsung membelalakkan matanya dengan tidak percaya. “Ya! Kenapa badannya panas sekali?”

“Ennngh..” , tiba-tiba saja Kyuhyun melenguh pelan dan menggerakkan sedikit badannya. Kontan saja, Nara langsung menempelkan tubuhnya ke dinding kamar, berharap bahwa dirinya bisa bermimikri dengan warna dinding itu seperti layaknya seekor bunglon. “Dingin.”

Satu kata yang keluar dari bibir Kyuhyun itu langsung membuat Nara merasa khawatir setengah mati. Bagaimana bisa dengan kondisi tubuh sepanas itu, Kyuhyun mengatakan bahwa dia merasa kedinginan? Apa-apaan ini?

Nara memperhatikan beberapa bungkus benda yang tergeletak di atas meja yang ada di samping ranjang milik Kyuhyun. Dari bentuknya, Nara tahu bahwa isi dari bungkus-bungkus itu adalah obat. Jadi dia benar-benar sakit?

“Eish,” Nara langsung mendecak kesal dan meletakkan cangkir berisi coklat yang sedari tadi ia bawa itu ke atas meja, berdampingan dengan obat-obat milik Kyuhyun. “Bahkan dengan kondisi seperti itu, kau masih sempat membelikan coklat hangat untukku di tengah hujan salju seperti ini?”

“Aku yakin hanya kau satu-satunya pria bodoh yang bisa melakukan hal itu, Cho Kyuhyun.”

‘ Because i only learned bad words, bad actions,

And dont know your heart

Something always gets twisted, twisted..’

3 Years Ago..

“Oh? Tidak ada coklat disini?”

“Apanya?” , tanya Kyuhyun sambil berdiri di samping Nara yang sedang membuka-buka lemari dapur dan memeriksa semua persediaan makanan mereka.

“Aku ingin membuat coklat hangat. Bukankah meminum coklat hangat di tengah hujan salju seperti ini adalah komposisi yang sangat tepat?”

Kyuhyun hanya mendengus kecil saat mendengar ucapan Nara. “Kau berkata seperti itu seakan-akan dorm ini adalah rumahmu sendiri. Kalau kau ingin minum coklat hangat di tengah hujan salju seperti ini, buat saja di rumahmu sendiri. Memangnya dorm ini rumahmu dan kami ini pembantu yang harus menyediakan segala keinginanmu, hah?”

Tiba-tiba saja ekspresi wajah Nara terlihat membeku. Kyuhyun sama sekali tidak memperhatikan perubahan wajah Nara dan malah mengacak-acak isi lemari dapurnya, “tapi daripada coklat hangat, bagaimana jika kita membuat teh saj..”

BRAK!

Hanya suara pintu yang ditutup dengan agak kencang itulah yang terdengar setelah Kyuhyun mengatakan hal itu. “Oh, hyung? Kau sudah pulang?”, ucap Kyuhyun tanpa menolehkan pandangannya dari lemari dapur. Namun alih-alih mendengar jawaban dari keempat membernya yang lain, ia hanya mendengar keheningan yang tiba-tiba melanda di dormnya itu.

Kyuhyun langsung menengokkan kepala ke sekitarnya dan tak menemukan sosok Nara di sampingnya. “Oh? Kemana dia?” tanya Kyuhyun, lebih kepada dirinya sendiri. Dia mengecek coat hanger, mantel berwarna coklat milik Nara masih tergantung dengan rapi. Itu berarti dia masih ada di dorm, karena tidak mungkin gadis itu keluar dari dorm di tengah hujan salju tanpa mengenakan mantelnya. Itu sama saja cari mati, bukan?

Berpikir bahwa Nara hanya pergi ke WC, akhirnya Kyuhyun duduk dengan santai di sofa dan menonton TV. Namun setelah beberapa saat, ia baru menyadari bahwa ada yang aneh. Biasanya gadis itu selalu meletakkan tasnya di atas sofa tapi kenapa sekarang ia tak melihat benda apapun di sampingnya?

Merasa ada yang tidak beres, ia mengecek ke pintu masuk dan benar saja, di sana hanya ada sepatu miliknya saja. Tidak ada sepatu gadis itu atau milik member lainnya. Berarti suara pintu yang tertutup tadi..

“Sial!” , rutuk Kyuhyun sambil bergegas menuju kamarnya dan mengambil kunci mobil serta mengambil tiga buah mantel tebal miliknya. Setelah membawa mantel milik Nara yang masih tergantung di coat hanger, ia segera berlari menuju basement dengan langkah tergesa. Tangannya masih sibuk menekan dial call nomor 1, nomor yang ia khususkan bagi Nara. Tapi sama sekali tidak ada jawaban biarpun telefon itu tersambung kepada sang pemiliknya.

Tanpa mengatakan apapun, Kyuhyun langsung menyalakan mobilnya dan mengendarainya di tengah derasnya guyuran hujan salju. “Gadis gila! Dia pergi di tengah hujan salju seperti ini?”

Setelah mengendarai agak jauh, akhirnya Kyuhyun melihat sosok gadis itu tengah berdiri di sebuah halte bus dengan lengan terlipat di depan dada. Rambutnya yang panjang kini terkibas bebas terkena oleh angin dingin. Kyuhyun dapat melihat wajah pucat gadis itu karena dia dengan bodohnya berada di tengah cuaca buruk seperti ini dengan hanya mengenakan kaus t-shirt, tanpa mantel yang menutupi tubuhnya.

“Ya!!” Kyuhyun meminggirkan mobilnya dengan sembarangan dan segera menyambar semua mantel yang dibawanya tadi. Dia segera berlari menghampiri Nara dan menyampirkan semua mantelnya itu ke tubuh kekasihnya. “Ya! Kau tidak apa-apa? Cepat masuk ke dalam mobil! Kau bisa mati membeku disini!”

“Maaf,” hanya satu kata itu yang meluncur keluar dari bibir Nara yang terlihat gemetar karena cuaca yang benar-benar menusuk tulang itu. “Aku benar-benar..minta maaf.”

“Eh?” Kyuhyun mengangkat alisnya dengan heran. “Kenapa kau yang minta maa..”

Semua ucapan Kyuhyun terhenti saat melihat sebulir air mata mengalir dari ujung pelupuk mata Nara. Gadis itu..menangis? Kenapa? Bukankah Kyuhyun yang bersalah dalam hal ini? Tapi kenapa malah dia yang meminta maaf dan malah menangis seperti ini?

“Kenap..”

“Aku sama sekali tidak bermaksud memperlakukan kalian seperti pelayan atau apapun yang kau bilang tadi. Maaf. Maaf kalau selama ini kau merasa seperti itu,” jelas Nara dengan suara lirih yang bergetar hebat. “Aku yang bersalah.”

Kyuhyun benar-benar tidak bisa mengatakan apapun. Gadis ini selalu saja melakukan sesuatu yang diluar perkiraannya sehingga membuatnya tidak bisa mengatakan apapun. Gadis ini terlalu bodoh, terlalu gegabah dalam melakukan setiap hal apapun, tapi..

.. Kyuhyun tidak pernah bisa mengubah setiap perasaannya kepada gadis itu. Entah karena apa.

“Maaf. Maa..”

Semua ucapan Nara langsung terhenti saat Kyuhyun merengkuh tubuh mungil itu kedalam pelukannya. Pada saat seperti ini, Kyuhyun baru menyadari bahwa tubuh gadis ini sangatlah mungil. Pada saat seperti ini, Kyuhyun baru menyadaru bahwa posisi yang paling tepat untuk gadis itu adalah dengan berada di dalam pelukannya.

Tidak ada lagi tempat yang paling pantas untuk gadis itu selain di dalam pelukannya.

“Permintaan maafmu diterima bahkan sebelum kau mengucapkannya,” ucap Kyuhyun sambil mengelus kepala Nara dengan lembut. “Jadi hentikan tangisanmu, hm?”

Nara mengangguk kecil di dalam pelukan Kyuhyun. Kyuhyun tahu bahwa anggukannya itu sama sekali tidak menunjukkan jawaban apapun karena ia masih merasakan kini kausnya terasa basah, dan ia yakin itu semua karena air mata gadis itu.

Mulai saat ini, Kyuhyun berjanji bahwa saat gadis itu datang ke dormnya, benda itu harus selalu tersedia.

Hot chocolate.

‘Please, Oh please

Just watch over me a bit more

At the end of my efforts and your trust, there’s only happiness’

Kyuhyun mengerjapkan matanya dengan perlahan dan langsung merasa silau saat lampu terang berwarna putih itu menyapu pandangannya. “Ah..”, erangnya pelan sambil berusaha menutup matanya kembali. Namun saat Kyuhyun tengah berniat menghalangi sinar lampu itu dengan tangannya sendiri, ia baru menyadari bahwa tangan kanannya kini terasa berat. Entah karena apa.

Ia mengalihkan pandangannya dan matanya langsung membelalak lebar saat itu juga. “Kenapa..”

Nara tengah tertidur di sampingnya, dengan kepala yang terkulai di ujung ranjangnya. Tangannya kini menggenggam tangan Kyuhyun dengan erat, seakan enggan melepaskannya untuk alasan apapun.

Dengan masih merasa heran, Kyuhyun kini merasakan ada benda lain yang ada di keningnya. Ia meraih benda itu dan semakin mengernyit heran saat mendapati sebuah handuk berukuran kecil itu ada di keningnya. Selain itu, ada juga sebuah baskom berukuran sedang yang ada di atas mejanya. “Ige mwoya?” tanyanya heran.

“Hmmm~” Nara mengerang pelan dalam tidurnya sehingga membuat Kyuhyun segera pura-pura tidur lagi. Namun ternyata Nara hanya mengubah sedikit posisi tidurnya tanpa terbangun sama sekali. Kini posisi kepala Nara benar-benar menghadap ke arah Kyuhyun yang sedang berbaring di kasurnya, sehingga kini Kyuhyun bisa dengan leluasa melihat wajah kekasihnya itu.

Selalu saja senyum Kyuhyun tanpa sadar terkembang saat melihat wajah kekasihnya itu.

Selalu saja seperti itu.

Selalu saja..

“Cho Kyuhyun..” Nara mengigau dalam tidurnya dan membuat Kyuhyun segera memasang telinganya tajam-tajam saat mendengar namanya disebut oleh kekasihnya tadi. “Kalau kau sakit hanya karena membelikanku coklat ini..”

“Seumur hidupku, aku akan benar-benar membenci coklat.”

Kyuhyun kontan terkekeh pelan saat mendengar ucapan gadis itu. Ia langsung mengelus rambut Nara dan mengusap pipinya pelan. “Maaf,” ucap Kyuhyun pelan.

“Mulai saat ini, aku akan melakukan yang terbaik,” lanjutnya lirih sambil mengelus rambut Nara yang tengah tertidur pulas. Senyum tipis lagi-lagi terkembang di bibirnya setiap kali ia mendengar helaan nafas gadis itu di dekatnya. “Kenapa?”

“Karena aku tak akan pernah mau melepaskan sesuatu yang memang sudah seharusnya berada di tempatnya berada..”

“..yaitu kau. Di pelukanku.”

‘twinkling, twinkling a land of stars

In my eyes, you are a queen

Your charms, that i knew about

After this night was almost over

In a edge of your locked heart,

I slightly light a fire

Your sweet voice

Long, straight hair like jasmine’

Yaiyyy! Hahaha, akhirnya Icha kembali ke peradaban! x3

Makasih banyak ya buat semua reader yang udah setia nunggu KyuNara (biarpun mungkin ga ada yang nunggu) haha. Ehm, sebagai comeback..kita bikin yang manis dulu deh. nanti kesananya KyuNara yang anarkis bakal balik lagii hehe.

Nah, Icha mohon maaf kalau cerita ini berkesan gaje, soalnya..bikinnya kilat. masih ada banyak kekurangan disana sini soalnya masih sibuk juga sama masalah kampus. Hing~ TT_TT makasih banyak buat semua readers + staff MP ( Mute, Mya, Orin, Ichel, i love youuu :*)

As usual, comment and like are always welcome <333



Miracle Perfection : Satu.

$
0
0

SATU

“Yong Junhyung!”

Teriakan kencang itu seakan mengiringi pandangan mata Junhyung yang semakin kabur. Sekarang, semua yang ia lihat menjadi serba buram. Tidak hanya itu, kepalanya terasa sakit bukan kepalang dan hidungnya pun dapat mencium bau amis darah yang ia rasa mengalir dari berbagai sudut wajahnya.

Ia tahu itu. Sangat tahu.

“YA! Yong Junhyung! Kau tidak apa-apa? Jawab aku!” pria yang sejak tadi meneriakan nama Junhyung itu kini tengah berlari menghampiri posisi di mana Junhyung berada. Pria itu langsung mengguncangkan bahu Junhyung pelan, memastikan bahwa Junhyung masih hidup dan memiliki kesadaran, biarpun itu hanya sedikit.

“Junhyung-ah! Aku Kyuhyun! Cho Kyuhyun!” pria itu mengucapkan namanya lagi dan lagi karena Junhyung tak kunjung menjawab apapun. “Ya! Kau masih hidup, kan?”

Kyuhyun melihat Junhyung membuka matanya sekilas lalu menutupnya kembali. Setelah itu, terdengar erangan pelan dari mulut Junhyung yang terus menerus mengalirkan darah segar. Sudut bibirnya yang sobek itu membuat Kyuhyun agak ngilu melihatnya. Ia bahkan dapat melihat aliran darah segar mengalir dengan jelas walaupun suasana di gang ini tampak remang-remang karena tidak memiliki penerangan yang cukup.

Sayup-sayup, telinga Kyuhyun bisa mendengar bunyi sirine mobil polisi yang datang mendekat ke tempat mereka berada. Kyuhyun langsung merasakan bulu kuduknya meremang hebat. Ini adalah hal terburuk yang selalu ingin ia jauhi sejauh mungkin. Dan jika ia masih diam disini, Kyuhyun yakin hal terburuk itu akan menjadi sebuah kenyataan yang akan menghancurkan segalanya. As soon as possible.

“Aish! Kyuhyun merutuk pelan dan langsung meraih pundak Junhyung dengan sentakan yang agak kasar, tidak memedulikan tubuh sahabatnya yang sudah babak belur. Tanpa menunggu lama, Kyuhyun segera menggendong Junhyung di pundaknya dan meninggalkan gang itu secepat yang ia bisa.

“Kau.. tidak bisa.. lebih lembut, hah?”

Kyuhyun hanya bisa berdecak pelan mendengar lirihan suara Junhyung yang berbisik dari balik punggungnya itu. Kini Kyuhyun sedang berlari-lari kecil di pinggir trotoar yang sepi, dan hal tersebut membuat tubuh Junhyung yang tengah kesakitan itu menjadi semakin parah akibat goncangan dari langkah Kyuhyun.

“Rasanya.. tanganku patah.”

Kali ini Kyuhyun mendengus kecil saat mendengar roommate-nya itu kembali meringis kesakitan. “Aku menyesal,” ucapnya singkat dan membuat Junhyung menjadi sedikit penasaran, “aku menyesal kenapa sekelompok orang yang menghajarmu itu malah mematahkan tanganmu, bukannya mulutmu.”

“Kau ini berisik sekali,” lanjut Kyuhyun ringan dan membuat Junhyung membelalakkan matanya dengan kesal. Namun apa daya, ia tidak bisa membalas apapun karena semua tubuhnya sudah terasa remuk dan hancur. Tak bersisa.

“Masih untung aku tak membiarkanmu ditangkap oleh para polisi itu dan mengurungmu di penjara. Sudahlah, sekarang kau diam saja dan nikmati perjalanan ‘Kyuhyun’s Tour Travel’-mu ini,” sambung Kyuhyun lagi dan menghela napas panjang.

Junhyung hanya bisa diam memikirkan ucapan pria ini. Dia benar, jika polisi menangkapnya maka semuanya akan percuma. Semua hal yang sudah mereka bangun dan susun sedari awal akan menjadi percuma. Sama sekali tak berarti.

Arasseo,” jawab Junhyung singkat dengan suara beratnya.

Kyuhyun hanya tersenyum sekilas saat mendengar jawaban pria yang tangah digendongnya itu. Namun sekejap berikutnya, Kyuhyun langsung merinding hebat. “Ya, tidakah kau merasa kalau suasana ini terlalu romantis? Kenapa rasanya kita seperti sepasang kekasih, sih?”

Junhyung diam untuk sesaat. Namun saat akhirnya membuka mulut —bukannya menolak dan ikut merasa merinding ngeri— Junhyung malah semakin mendekatkan dagunya ke pundak Kyuhyun dan menggumam manis. “Kyuhyun oppa.

“Yucks.”

Setelah ini, Kyuhyun yakin akan meminta dekan untuk mengganti roommate-nya dengan mahasiswa lain.

Pria ini adalah bencana.

Dan ia serius.

***

“Ouch!”

Junhyung mengaduh pelan saat seorang pria berkulit agak kecoklatan itu kembali menempelkan perekat luka bergambar Pororo ke wajahnya yang penuh dengan luka. Seakan tidak memedulikan tatapan tajam yang diberikan oleh Junhyung kepadanya, ia malah fokus menempelkan perekat luka lain ke pipi Junhyung –kali ini yang bergambar Doraemon.

“Ya! Kim Jonghyun! Kau bisa kan melakukannya dengan lebih lembut?”

Pria yang dipanggil Kim Jonghyun itu hanya mengangkat bahunya ringan. “Kelembutanku hanya berlaku untuk wanita, Hyeong. Memangnya kau mau kuanggap sebagai wanita?” tanggapnya santai sambil menaik-turunkan alis dan hal tersebut sukses membuat Junhyung melayangkan pukulan manis untuknya.

Sementara itu, ada seorang pria lain yang memerhatikan mereka berdua dengan tawa kecil di wajah. Ia tengah duduk di bangku yang ada di depan meja belajar dengan sebuah gitar kayu coklat di tangannya. Jemarinya yang lentik bergerak lihai diatas senar gitar, seakan memang sudah dilahirkan untuk memainkannya.

“Myungsoo-ya.”

Panggilan dari arah kamar mandi itu segera membuat si pria menolehkan wajahnya ke arah sumber suara. Di depan pintu kamar mandi, kini terjulur sebuah tangan tanpa menunjukkan wajah si pemiliknya. “Sabun!” lanjut si pemilik suara —yang bisa diintifikasikan sebagai suara Kyuhyun– dengan nada tak sabar.

“Kami belum beli, Hyeong,” jawab Myungsoo ringan dan kembali fokus untuk menyetel nada senar gitarnya, “mianhaeyo.”

Aish!” Kyuhyun mengutuk pelan dan kembali menarik uluran tangannya ke dalam.

Tak lama berselang, Kyuhyun keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai kaus dalam berwarna putih, dan tentu saja hal ini membuat susunan otot miliknya yang baru saja terbentuk menjadi sedikit terekspos. Titik-titik air jatuh dari rambut Kyuhyun yang kini tengah dikeringkan oleh tangan kananya. Dan sebuah pemandangan sedikit mengerikan terlihat dari jemari kiri Kyuhyun yang menjinjing kaus biru penuh darah akibat kejadian yang dialami Junhyung tadi.

“Menjijikkan,” ucap Kyuhyun sambil menatap ke arah kaus di tangannya itu dengan pandangan jijik. Myungsoo yang juga melihat keadaan mengenaskan dari kaus Kyuhyun hanya bisa memberikan pandangan yang tak jauh berbeda.

“Selesai!” seru Jonghyun sambil bertepuk tangan dengan semangat dan menatap wajah Junhyung puas, “tanganku memang selalu menghasilkan hasil karya yang menakjubkan!”

Kyuhyun dan Myungsoo yang penasaran dengan pekikan Jonghyun  langsung menghampiri ke arah mereka berdua. Sedetik kemudian, tawa Kyuhyun dan Myungsoo langsung meledak hebat saat melihat wajah Junhyung yang kini terlihat seperti parade kartun manhwa yang ada di televisi.

Hello Kitty?” tawa Kyuhyun semakin membludak saat melihat perekat luka berwarna merah muda dengan gambar kucing manis telah menempel paten di dahi Junhyung.

Sementara itu, Myungsoo hanya bisa tertawa kecil dan menatap Jonghyun –roommate-nya itu– dengan tatapan kagum. “Ya, darimana kau bisa mendapatkan perekat luka dengan motif seperti ini?”

Jonghyun yang menganggap perkataan Myungsoo adalah sebuah pujian, langsung membusungkan dadanya bangga. Perekat-perekat imut seperti ini tidak usah dibahas darimana asalnya, yang penting dia bisa mengobati sedikit luka-luka Junhyung, kan?

Junhyung yang sejak awal sudah merasa bahwa wajahnya akan menjadi bahan ejekan oleh rekan-rekannya ini hanya bisa diam dan mengelus pipinya pelan. “Gomabda, Jonghyun-ah.” Biarpun adik tingkatnya itu membuat wajahnya terlihat konyol, tapi ia tetap harus berterima kasih karena dialah yang membantu mengobati lukanya.

No problem, Hyeong,” jawab Jonghyun ringan dan membuang bungkusan perekat luka itu ke dalam tempat sampah yang ada di sebelahnya. “Itu kan gunanya tema—”

TOK. TOK. TOK.

Suara ketukan di pintu kamar itu seakan membuat keempat pria yang ada di dalam langsung diam membeku di tempatnya masing-masing. Suara ketukan dengan ritme yang khas itu hanya dimiliki oleh satu orang di kampus ini.

Yah, lebih tepatnya orang yang merupakan mimpi buruk bagi mereka.

“Gitar! Gitar! Sembunyikan gitarnya!” bisik Kyuhyun dengan nada panik kepada Myungsoo yang seperti kebingungan harus melakukan apa. Dalam sekejap, Myungsoo langsung membuka lemari baju dan menaruh gitarnya di sana. Di sisi lain, Jonghyun langsung melipat meja keyboard-nya dengan tergesa dan menyembunyikannya di bawah kasur. Sebuah kotak kosong pun ditambahkan Jonghyun untuk menutupi benda tersebut agar kamuflasenya yang ia buat terlihat sempurna.

“Buku! Buku! Buku! Bawa buku kalian!” seru Kyuhyun panik. Myungsoo segera mengambil buku super tebal miliknya sedangkan Jonghyun langsung mengambil penggaris ukur dan juga pensilnya.

“Ya!” suara Junhyung kini menyadarkan ketiga pria yang tengah panik itu. Wajahnya benar-benar pucat pasi dan terlihat jelas bahwa ia takut dengan sebuah kejadian yang mungkin akan terjadi beberapa saat ke depan. “Bagaimana aku bisa menyembunyikan luka-luka ini?!” tanyanya sambil menunjuk semua perekat luka yang menempel di wajahnya.

Kyuhyun semakin panik. Sungguh, ia sangat menyesalkan usianya yang memang paling tua di antara ketiga temannya ini. Hal itu selalu saja menjadi harga mati bagi mereka untuk selalu mengandalkan Kyuhyun di saat apapun.

“Ya! Kau.. kau…,” Kyuhyun menoleh kesana kemari, berharap ada benda yang bisa menyelamatkan hidup mereka berempat.

TOK. TOK. TOK.

“Tidur saja!” putus Kyuhyun cepat dan segera menyelimuti tubuh Junhyung dengan selimut yang ada di kasur milik Myungsoo. Otaknya sudah terlalu pusing dan penuh sekarang, ditambah lagi rasa panik yang sewaktu-waktu bisa membuat Kyuhyun terkena serangan jantung mendadak. Kini yang ada di pikirannya hanya satu: jangan sampai wajah Junhyung terlihat!

“Jangan bergerak! Ingat itu!” seru Kyuhyun dan Junhyung hanya mengangguk kecil, mau tak mau ia memang harus patuh pada Kyuhyun dalam hal yang satu ini.

Sementara itu, Kyuhyun tak sengaja menyadari bahwa ia masih memakai kaus dalam saja, maka dalam sekejap ia langsung mengambil acak salah satu baju milik Jonghyun yang berada di dekatnya.

“Kim Myungsoo. Kim Jonghyun,” suara bernada berat dan serak itu seakan makin membuat suasana di dalam kamar menjadi horror, “saya tahu kalian ada di dalam.”

Myungsoo dan Jonghyun segera menatap Kyuhyun dengan pandangan memohon. Ini pertama kalinya mereka mengalami ‘kunjungan’ seperti sekarang ini, dan mereka tak tahu harus berbuat apa.

Kyuhyun menghela nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. “Okay, calm down, ucapnya tenang dan memakai kacamata baca miliknya yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi, “serahkan padaku.”

Kyuhyun melangkah menuju pintu kamar dan membuka kenop pintunya secara perlahan. Dan seperti yang sudah ia duga, di balik pintu itu terdapat sosok seorang pria yang berumur lebih dari setengah abad dengan jubah berwarna coklat mewah yang melapisi tubuhnya. Kepalanya yang sudah dipenuhi oleh rambut berwarna putih itu semakin membuat usianya tampak sepuluh tahun lebih tua dan menambah kesan tegas di wajahnya.

“Ya, Lee gyosunim,” ucap Kyuhyun dengan penuh nada hormat sekaligus segan. Ia bisa menangkap ekspresi heran yang ada di wajah pria itu, namun ia berusaha tak memedulikannya dan tetap fokus dengan aktingnya. “Ada yang bisa kami bantu?”

Lee gyosunim menatap Kyuhyun tepat di matanya, berusaha mencari jawaban dan alasan dari keberadaan pria itu di kamar para adik tingkatnya. “Kenapa anda ada disini, Cho Kyuhyun-ssi? Ini bukan waktunya untuk bermain-main.”

Kyuhyun hanya mengerjapkan matanya sekali dan sama sekali tidak mencoba untuk menghindari pandangan mata Lee gyosunim. Ia tahu, jika ia membuang muka maka itu adalah akhir dunia dari mereka berempat. Oleh karena itu, ia hanya mengerjapkan matanya sekali dan mencoba untuk menahan semua rasa takut dan gugupnya saat berhadapan dengan pria paruh baya ini.

“Saya…,” Kyuhyun menoleh ke belakang dan melirik ke arah Jonghyun dan Myungsoo yang kini terlihat sibuk dengan ‘tugasnya’ masing-masing, “sedang membantu mereka belajar.”

“Oh, ya?” tanya Lee gyosunim dengan nada lambat-lambat. Dia menjulurkan kepalanya melewati pundak Kyuhyun sehingga kini ia bisa melihat keadaan di dalam kamar. Myungsoo tengah serius membaca buku Pendidikan Hukum Ekonomi Internasional miliknya sedangkan Jonghyun memilih untuk melanjutkan proyek studi arsitekturnya. Lee gyosunim mangangkat alis –ini semua terlalu tepat seperti ucapan Kyuhyun barusan.

Tapi ada satu sosok lain yang tidak ditangkap oleh mata Lee gyosunim. “Yong Junhyung,” pernyataan itu seakan memberikan kejutan listrik sebanyak ribuan volt terhadap keempat pria itu, “di mana dia?”

“Junhyung-ie,” Kyuhyun menggaruk pipinya yang tidak gatal, kebingungan mencari jawaban.

ZZZZ. ZZZZ. ZZZZ,” tiba-tiba saja terdengar suara dengkuran yang sangat keras dan membuat otak Kyuhyun seakan berputar cepat.

“Dia tidur!” jawab Kyuhyun dengan kecepatan kata 100 km/jam, “mungkin kelelahan.”

Lee gyosunim maju melangkahi Kyuhyun pelan. “Atau mungkin…”

Derap langkah kaki tegas itu seakan membuat atmosfir di dalam ruangan tampak semakin muram. Myungsoo dan Jonghyun dengan ragu-ragu menghentikan kamuflase yang baru saja dilakukan. Lee gyosunim tiba-tiba menyeringai ke arah Kyuhyun, “kalian menyembunyikan sesuatu dari saya.”

“Eh?” tanya Kyuhyun pura-pura bingung. “Hal apa yang perlu disembunyikan, Gyosunim?”

“Hal itu…”

Lee gyosunim membuka keranjang pakaian kotor milik Jonghyun dan Myungsoo kemudian segera mengambil baju yang ada di tumpukan paling atas. Saat pria paruh baya itu mengangkatnya, Kyuhyun, Myungsoo, dan Jonghyun seakan lupa dengan aktifitas bernapasnya. Mata mereka bertiga terbelalak lebar saat pria paruh baya itu mengangkat baju Kyuhyun yang berlumuran darah.

“Mungkin saja hal seperti ini kan?”

Junhyung merasakan kehidupannya berakhir saat ia mendengar langkah kaki berat perlahan datang menghampiri kasur. Dari balik selimut, Junhyung tak berhenti mengucapkan ribuan doanya. “Tuhan, Buddha, Yesus, Allah, Bunda Maria, Dewa, tolong aku. Tolong aku. Tolong—”

Namun semua doa Junhyung langsung terputus saat selimutnya terangkat tinggi dan sosok yang baginya lebih menyeramkan dari Hulk itu tengah menatapnya dengan tatapan puas. “Tidurmu nyenyak, Yong Junhyung-ssi?”

                Lee gyosunim dapat melihat banyak perekat luka yang menempel di wajah mahasiswanya itu. Lantas ia beralih menatap Kyuhyun, Jonghyun dan Myungsoo yang hanya bisa diam di tempatnya semula. Sama sekali tak berniat untuk kabur karena mereka tahu semuanya akan percuma, pada akhirnya mereka pasti akan kembali kesini lagi.

                “Jadi…,” Lee gyosunim menurunkan kembali selimutnya dan mengalihkan perhatiannya pada ketiga pria lain, “siapa yang bertanggung jawab dalam hal ini?”

                Selama beberapa detik, tak ada satupun dari mereka yang membuka mulut. Tak ada niat untuk mengelabui Lee gyosunim yang tengah mendelik ke arah mereka, karena mereka tahu, apabila mereka bersusaha menutupi fakta, sebuah neraka akan menghampiri mereka dengan perlahan.

                “Saya, Gyosunim.”

                Jonghyun dan Myungsoo melirik Kyuhyun tak percaya. “Saya yang membawa Junhyung kesini. Kedua anak ini…,” jeda Kyuhyun sambil menatap ke arah dua hoobae-nya itu, “tidak ada sangkut pautnya sama sekali.”

                “Baiklah,” ucap Lee gyosunim, terdengar tak begitu peduli. “Untuk dua orang yang merasa bertanggung jawab atas hal ini, temui saya di ruang dekan, besok pagi.”

                Tepat setelah mengatakan hal itu, Lee gyosunim segera membalikkan tubuhnya menuju pintu kamar. Tetapi saat kakinya akan melangkah keluar dari batas pintu kamar, tiba-tiba langkahnya berhenti dan matanya menatap lemari milik Myungsoo.

                “Jangan periksa. Jangan periksa. Jangan periksa,” bisik Myungsoo lirih, mengingat gitarnya yang ia simpan di dalam lemarinya itu, “cepat pergi. Cepat!”

                “Kim Myungsoo-ssi,” panggil Lee gyosunim pelan. Tangannya terangkat dan jari telunjuknya langsung menunjuk ke arah lemari Myungsoo. “Lemarimu…”

                Baik Kyuhyun, Junhyung, Jonghyun dan Myungsoo langsung menahan nafasnya secara serempak. Jika saat ini semuanya terbongkar, maka sekarang adalah akhir dunia bagi mereka berempat.

                Ne, Gyosunim?” sahut Myungsoo dengan suara yang sangat lirih.

                “Lemarimu…” ulang Lee gyosunim dan kali ini membuat semua pria itu meneguk ludah secara bersamaan. Baik, inilah waktu penentuan dari berakhirnya masa kuliah mereka. Inilah saat terakhir itu.

                “Belum terkunci.”

                “Hah?”

Keempat pria tersebut mengucapkan kata keheranan itu secara bersamaan seakan tak yakin bahwa kalimat itulah yang baru saja dikatakan oleh Lee gyosunim. “Lemari saya… apa?” tanya Myungsoo sekali lagi.

Kini jari telunjuk Lee gyosunim menunjuk lebih tepat ke arah lemari Myungsoo yang berwarna coklat mengkilat. Salah satu pintu dari lemari itu masih mengayun bebas tanda belum terkunci. “Belum terkunci.” ulang Lee gyosunim dan segera membuat Myungsoo melangkah menuju lemarinya kemudian mengunci pintunya rapat-rapat.

“Terima kasih, Gyosunim.” ucap Myungsoo sambil tersenyum kaku. Lee gyosunim hanya mengangguk kecil dan kembali menatap Kyuhyun yang terlihat lega bukan kepalang. “Cho Kyuhyun-ssi, Yong Junhyung-ssi. Jika urusan kalian sudah selesai, cepat kembali ke kamar kalian masing-masing.”

Ne, Gyosunim,” jawab Kyuhyun dan Junhyung cepat.

“Dan jangan lupa temui saya besok di ruang dekan,” tambah Lee gyosunim dan kembali dibalas oleh anggukan kedua pria itu. Pria paruh baya itu mengangguk-angguk puas sebelum akhirnya ia benar-benar melangkahkan kakinya untuk meninggalkan kamar.

Kyuhyun menyembulkan kepalanya sedikit ke arah lorong asrama. Setelah yakin bahwa bayangan tubuh Lee gyosunim sudah menghilang di balik tikungan tembok, Kyuhyun langsung mengunci pintu kamar itu rapat-rapat dan menghela nafas lega. “Syukurlah! Tak ada yang ketahuan.”

Ucapan Kyuhyun itu segera diiyakan oleh anggukan dari ketiga temannya yang lain. “Aku tak tahu apa jadinya jika ia benar-benar membuka lemari dan menemukan gitarku,” ucap Myungsoo penuh dengan rasa lega.

Junhyung yang sedari tadi hanya diam, kini langsung mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Jonghyun yang melihat aksi Junhyung itu segera menahan tangannya. “Hyeong! Tubuhmu itu masih sakit semua, jangan berlaku kasar seperti itu.”

“Tempat ini tak ubahnya seperti neraka,” bisik Junhyung kesal, “tak ada musik. Tak ada kebebasan berekspresi. Kampus macam apa ini?”

“Dan tak ada wanita,” lanjutan kalimat yang ditambahkan oleh Jonghyun itu seakan membuat suasan tegang yang tadi terbangun menjadi kembali hancur berkeping-keping. Jonghyun yang merasa tak ada masalah dengan ucapannya, hanya bisa memandang ketiga temannya itu dengan heran. “Mwo? Kenapa kalian menatapku seperti itu? Kampus khusus pria! Apalagi yang lebih parah dari itu, hah?”

Kyuhyun menggaruk pipinya dengan speechless, tak tahu harus mengatakan apa. Sebenarnya ia sependapat dengan kedua temannya itu tapi jika ia ikut-ikutan menambah pendapat, itu sama saja seperti memancing di air keruh, semuanya percuma saja.

Semua aspek ‘penyiksaan’ yang ada di kampus ini tak akan pernah berubah. Tidak akan pernah selama Lee gyosunim yang menjadi dekan kampus mereka ini.

“Ya sudahlah,” ucap Kyuhyun pasrah dan kini bangkit dari duduknya. “Ayo pulang, Junhyung-ah,” ucap Kyuhyun dengan agak lemas. Efek sehabis menggendong roommate-nya ini memang cukup besar, hingga ia merasa semua sendinya terasa pegal. Ditambah lagi sidak tiba-tiba yang baru saja dilewati berdampak besar pada kesehatan jantungnya.

“Pulang kemana?” tanya Junhyung tanpa ekspresi.

Kyuhyun memutarkan bola matanya dengan kesal. Kebodohan temannya ini memang selalu datang di saat yang tidak tepat. “Ke neraka,” jawab Kyuhyun asal.

Junhyung mengangguk-angguk tak peduli dan kini bergerak menuju pinggiran kasur. Namun hingga setelah Kyuhyun menunggu beberapa saat di batas pintu, Junhyung masih tak juga bergerak dari ujung kasur.

“Kenapa diam disitu? Ayo, cepat!”

Junhyung tak menjawab apapun. Ia hanya melirik ke arah kakinya yang benar-benar terlihat lemas dan terdapat banyak bengkak di sana-sini. “Kau pikir aku bisa berjalan dengan kondisi kaki seperti ini?”

Kyuhyun ikut melirik ke arah kakinya dan langsung mendengus kesal. “Sudahlah,” Kyuhyun kehabisan kesabarannya dan beranjak meninggalkan kamar Jonghyun dan Myungsoo tanpa menunggu Junhyung. “Pulang saja sendiri.”

“Ya! Cho Kyuhyun!” Junhyung berseru tak percaya saat Kyuhyun benar-benar meninggalkannya lebih dulu. Namun sebanyak apapun Junhyung memanggilnya, langkah kaki Kyuhyun semakin berderap menjauh dan tak memedulikan Junhyung lagi.

Mati satu tumbuh seribu, pepatah itulah yang selalu Junhyung terapkan di dalam kehidupannya. Jadi bila Kyuhyun memang meninggalkannya maka…

“Myungsoo-ya, Jonghyun-ah”, panggilan itu segera membuat Jonghyun dan Myungsoo menghembuskan nafas kesal secara bersamaan.

“Ayo, antarkan aku ke kamar.”

***

b e r s a m b u n g .

Pengumuman! 집중, 집중!

$
0
0

집중! 집중! 👋

Halo, semuanya!

Apa kabar? Semoga kesehatan selalu menyertai siapapun yang secara nggak sengaja mampir dan baca tulisan ini, ya? : ) Halo! Ini Icha ♡ Udah lama banget kayaknya nggak bersua dengan semua yang di sini, hehehe. Kalian semua apa kabar? Yang dulu masih SMP, apa sekarang lagi sibuk-sibuknya ngerjain tugas kuliah atau malah lagi skripsi? Yang dulu mampir ke sini pas SMA, apa sekarang udah mulai kerja dan memahami sebagaimana kerasnya hidup? Yang dulu mampir ke sini pas kuliah, apa lagi sibuk ngurus anak? 헤헤헤헤 ♡

Aku pun sama, kok. Sekarang lagi sibuk cari uang ㅜ ㅜ Alhamdulilah sekarang kerja di salah satu perusahaan berbasis Korea sebagai penerjemah bahasa Korea – Indonesia, Indonesia-Korea dan yaaaaiy! Aku berhasil menguasai bahasa Korea secara (lumayan) fasih!

Haiiyaa── kok malah ceritain tentang aku, sih? Tujuan aku bikin postingan ini karena kangen dengan temen-temen semua ♡ Sempet muter-muterin akun ini dan kangen dengan semua interaksi dengan temen-temen, huhu.

Oh, iya! Aku rencananya mau balik buat cerita, tapi pemeran utamanya bukan Kyuhyun lagi ㅜ ㅜ Huhu, maafkan aku, Kyuhyun 오뽱. Bukannya lupa, tapi gimana dong── si aku lagi tergila-gila sama grup yang mampir ke acara RUN.WAV mu beberapa waktu lalu.

X1! 🥳🥳🥳🥳

Rencananya mau bikin cerita dengan cast mereka. Ada yang suka dengan si sebelas adek-adek lucu ini, ‘kah? 헤헤헤. Nah. Rencananya pun, si aku nggak akan melakukan update di wordpress tapi di apps yang memang lagi banyak digandrungi, wattpad.

Huhu. Baru rencana, sih. Semoga beneran terlaksana. Bagi yang mau mampir dan tau akun wattpadnya Icha yang mana, dimohon lampirkan balasan di bawah sini, ya ♡

아직 보여 드릴 게 많으니까 집중집중! ♡

Sayang semua!

Semoga harinya lancar, ya! : )

{NamSoo} Only You

$
0
0

OY

Monday, 27thDecember 2011, 14:00 PM KST.

Somewhere in Seoul.

Bang Namgyu merapihkan file-file tugas miliknya yang akhirnya selesai setelah ia berkutat di dalam perpustakaan kota dari pagi yang ditemani oleh tumpukan buku-buku tebal dan tua penuh debu. Gadis berambut cokelat gelap itu mendorong pintu perpustakaan dan ia langsung disambut dengan keramaian kota Seoul di siang hari. Dengan cepat ia mengeluarkan ponsel berwarna hitam dari dalam saku jaket cokelat miliknya.

Setelah mengetik password, layar ponselnya menampilkan foto Mr. Huffish yang sedang tertidur ketika menunggu INFINITE perform. Seulas senyum terukir diwajah gadis tersebut. Beberapa detik setelah memandangi wallpaper ponselnya, telunjuknya menyentuh icon memopad.

“Hmm. Jam 14:25, berkunjung ke lokasi syuting Mr. Huffish,” ucap Namgyu yang masih terus menatap ponselnya.

Namgyu menghembuskan nafas pelan lalu berjalan menuju lokasi syuting drama Myungsoo yang kebetulan dekat dari perpustakaan. Lagi-lagi Namgyu menghela nafas berat.

Psh. Pria itu tidak mengerti kalau sebentar lagi akan ada ujian nasional. Ia malah menyuruhku menjadi asisten pribadi nya. That jerk,” gumam Namgyu. Sebenarnya ia bisa saja menolak perintah Kim Myungsoo namun ia sudah berjanji untuk tetap menjadi personal assistant Myungsoo.

Ketika ia sampai di lokasi, ia tidak menemukan Myungsoo. Biasanya tugas Namgyu hanya membawakan makanan atau minuman untuk Myungsoo atau sekedar menemani nya walaupun sudah ada manager oppa yang datang bersama pria itu. Merasa tidak menemukan pria yang ia cari, Namgyu memutuskan untuk pergi ke cafe yang kebetulan dekat dengan lokasi syuting.

Belum sempat ia memasuki cafe tersebut, ia menangkap sosok figur yang ia kenal. Itu adalah Kim Myungsoo namun ia tidak sendiri, ia ditemani oleh seorang gadis dengan rambut panjang berwarna cokelat terang. Namgyu ingat siapa gadis itu, bahkan ia sangat ingat. Gadis itu Seo Minjung. Apa yang sedang mereka bicarakan ?

Walaupun dari jauh, Namgyu dapat melihat mata Seo Minjung berkerlip setiap Myungsoo berkata sesuatu, menggambarkan seolah-olah dapat berbicara dengan Myungsoo adalah hal yang sangat menyenangkan baginya. Sedangkan Myungsoo tidak menunjukkan rasa tertarik sedikit pun walaupun kadang-kadang Namgyu dapat menangkap pria itu diam-diam memperhatikan gadis yang ada di hadapan nya ketika perhatian Seo Minjung tidak padanya.

Sedih ? Kecewa ? Marah ? Entah apa yang Namgyu seharusnya rasakan. Namun yang ia yakin akan satu hal yaitu ia tidak suka dengan pemandangan yang ia lihat saat ini. Mungkin ia sudah terlalu lama berdiri di sebelah cafe itu sambil menatap kedua pasang itu sampai ia tidak menyadari seseorang telah berdiri disampingnya.

“Hm. Lebih baik kau hampiri Myungsoo dan sapa dia. Aku yakin ia akan senang melihat kau datang kesini,” ucap sebuah suara dengan satoori yang khas dari arah sebelahnya.

Otomatis, Namgyu segera menoleh dan terhenyak ketika mendapati seseorang yang ia kenal. “Kim Minseok-ssi!” Bisiknya kaget pada pria bertubuh kecil yang dikenal sebagai Seo Kyungjong di drama ‘Shut up! Flower Boyband’ yang berperan sebagai teman satu band Myungsoo.

Kim Minseok tertawa pelan melihat reaksi kaget dari Namgyu. “Pergilah kesana,” ulangnya lagi.

Namgyu memiringkan kepala nya dengan heran. Minseok menoleh kearah dua pasang yang masih berbincang tanpa menyadari dua orang tengah memandangi mereka. “Apa maksudmu ? Aku tidak ingin menganggu pembicaraan mereka.”

“Kau suka dengan Myungsoo ‘kan ? Makanya kau melihat mereka dengan tatapan seperti itu,” ucap Minseok dengan yakin. “Jadi, hampiri dia dan alihkan perhatian Myungsoo dari gadis itu!”

Gadis berambut cokelat itu segera menggelengkan kepala nya dengan cepat. “Aniyo! Aku.. Aku tidak suka pada Myungsoo,” bantah nya.

Minseok mengangkat bahu nya ringan. “Well, okay. Tapi, aku sering melihat Myungsoo menatapmu dengan tatapan yang bisa membuat semua gadis meleleh. Yaah, mungkin kau tidak menyadari nya, tapi aku yang melihatnya menyadari hal itu.”

Namgyu menghembuskan nafas pelan entah untuk keberapa kali nya di hari ini. Ia memasukkan kedua tangan nya kedalam saku jaketnya untuk menghindari dingin nya udara musim dingin saat ini. Ia menoleh kearah pria dihadapan nya sedangkan Minseok terlihat bingung. Namgyu tersenyum tipis lalu mengalihkan pandangan nya kearah Myungsoo dan Minjung.

“Kim Myungsoo. Pria itu.. Masih belum bisa melupakan gadis itu seutuhnya. Aku.. Aku tidak mau membuatnya tambah bingung dengan perasaan nya.”

….

Friday, 31stDecember 2011, 14:00 PM KST.

Seoul of Performing Arts High School.

 “Jadi kau masih menjadi asisten pribadi L oppa ?” Tanya gadis dengan rambut cokelat terang sebahu. Ia sibuk mengunyah bibimbap tanpa mempedulikan pandangan aneh dari sahabatnya.

Bang Namgyu memandang sahabatnya dengan aneh lalu menunjuk sahabatnya dengan sumpit nya. “Kim Hyunjae! Habiskan makanan mu dulu baru bicara! Aish. Jorok sekali kau ini,” omel Namgyu sambil mengibas rambut nya.

Alih-alih meminta maaf atau menuruti ucapan sahabatnya, Hyunjae malah mejulurkan lidahnya -berusaha meledek Namgyu. Melihat kelakuan kekanak-kanakan nya Hyunjae, Namgyu mendecak kesal lalu kembali fokus memakan makan siangnya.

“Ah, bagaimana dengan bias baru mu itu, hah ? Byun.. Baekhyun ?”

Mendengar nama Baekhyun, mata Hyunjae langsung bercahaya dan tersenyum lebar, saking lebarnya sampai-sampai Namgyu bergidik melihatnya.

“Aaah! Jinjja! Byun Baekhyun! Namja itu sangaaaaat menganggumkan. Marvelous!” Ucap Hyunjae dengan nada fangirl nya.

Namgyu memijat pelipis nya ketika mendengar sahabatnya kembali spazzing tentang Byun Baekhyun. “Hyunjae’s fangirl side. Mode: On. Bad timing.”

Belum sempat Namgyu berteriak untuk menghentikan sahabatnya yang masih terus memuja pria bernama Byun Baekhyun tanpa henti, salah satu teman sekelas nya menghampiri mereka. Gadis berambut cokelat gelap itu mendongakkan kepalanya dengan pandangan penuh tanya.

Waegeurae Kyungmi-ah ?”

“Namgyu-ah, ada seorang pria yang sedang mencarimu!”

Nugu ?”

Molla~ Sebaiknya kau temui saja sepulang sekolah. Ia bilang ia akan menunggumu.”

Namgyu memiringkan kepala nya sambil berpikir siapa pria yang dimaksud Kyungmi. Ia mengalihkan pandangan nya kearah jam tangan putih yang melingkar di pergelangan tangan nya. Pukul 2 siang, ia sebenarnya masih ada kegiatan club yang kemungkinan ia akan pulang sore. Apa orang itu mau menunggu selama itu ? Dengan perasaan heran ia melanjutkan makan siang nya sambil berusaha menghiraukan ocehan sahabatnya.

Pukul 2 lewat 20 menit. Namgyu berjalan bersama Hyunjae di koridor menuju ruangan club mereka. Teringat dengan ucapan Kyungmi sebelumnya, Namgyu menghentikan langkahnya dan berpikir sejenak. Sahabatnya ikut berhenti dan menatapnya heran.

Apa orang itu masih menungguku ? Bagaimana kalau ini hal penting ?

Setelah berpikir cukup lama, ia akhirnya memutuskan pilihan nya. Ia segera menoleh kearah Hyunjae yang masih menatapnya heran. Namgyu tersenyum sekilas sebelum ia menepuk pundak gadis yang ada dihadapan nya.

“Hyunjae-ya! Aku harus pulang dulu, tolong bilang pada ketua aku tidak bisa datang. Gomawo!

Dengan itu ia segera berlari keluar area sekolah. Samar-samar ia dapat mendengar seseorang berteriak padanya.

Rule #12, jangan berlari di koridor!”

Namgyu menoleh sebentar dan mendapati Ricky yang tersenyum puas.

“YOO CHANGHYUN!”

Rule #15, dilarang berteriak di koridor!”

What the– Sejak kapan ia ingat peraturan sekolah ?!

Setelah sampai di gerbang utama sekolahnya, Namgyu menemukan seseorang yang ia kenal tengah bersandar di dinding dengan mata tertutup. Ia menyadari sesuatu yang berbeda dari pria itu. Sejak kapan ia mengubah warna rambutnya menjadi biru ?

“Choi Jinseok!”

Pria yang dipanggil membuka matanya lalu tersenyum dan melambaikan tangan nya. Namgyu yang tidak dapat mengendalikan dirinya ketika berlari, hampir saja menabrak pria tersebut. Untung saja Jinseok refleks menghentikan gadis itu dengan menggenggam kedua lengan gadis itu.

tumblr_mczxaodzw91qaeqimo1_500

Be careful,” tutur pria tersebut.

Opps. Sorry!”

Mereka berdua mulai berjalan keluar dari area sekolah. Namgyu menyentuh rambut biru Jinseok yang tampak bersinar dibawah terik matahari.

“Sejak kapan rambutmu jadi biru ?” Tanya Namgyu memulai pembicaraan.

Jinseok menyentuh rambutnya ketika Namgyu menurunkan tangan nya dari rambutnya. “Ah. Beberapa jam yang lalu.”

Namgyu mengangkat kedua alisnya. “Jadi, kau datang kesekolahku hanya untuk menunjukkan rambut baru mu ini, hah ?” Ucap Namgyu tidak percaya. “Aku kira ada hal yang penting.”

“Hei! Setidaknya berikan sebuah pujian untukku dan rambut baruku,” cibir Jinseok yang kelihatan sedikit tidak terima karena Namgyu menganggap rambut barunya adalah hal yang tidak penting.

Ah. Arraseo. Uwaaah~ Kau semakin tampak tampan, Seokkie~”

Eish. Kau sama sekali tidak tulus mengatakan nya.”

“Yang penting aku sudah mengatakan nya. Kau tau, rambutmu jadi seperti ice cream.”

“Terserahmu saja.”

Beberapa menit mereka berjalan dengan tidak ada salah satu dari mereka yang berminat untuk memecahkan keheningan. Bagi mereka ini bukan suasana yang canggung melainkan terasa nyaman. Jinseok menoleh kearah gadis yang ada disebelahnya.

“Oh. Tujuanku datang ke sekolahmu itu bukan untuk menunjukkan rambut baruku.”

“Jadi ?”

“Aku ingin mengajakmu keliling Seoul. Tenang saja, aku yang traktir! Bagaimana ?”

Ah~ Jadi kau mau mengajakku date ‘kan, Seokkie ?”

“E-Eh ? A-Apa kau sudah gila ?!”

Eii. Akui saja kalau kau sedang mengajak gadis cantik disebelahmu ini untuk date.”

“Bang Namgyu, kau ini berisik sekali ya.”

Aigoo~ Uri Seokkie tersipu malu~”

….

INFINITE’s Dance Practice Room.

I’m doom, Sungyeol-ah,” Myungsoo menundukkan kepala lemah, aura  disekitarnya berubah menjadi gelap dan berat.

Pria bertubuh tinggi berjalan menghampirinya lalu duduk disebelah Myungsoo. Ia meneguk sebotol air mineral yang ada di tangan nya sampai habis. Pria tersebut mendecak heran ketika melihat sahabatnya masih terlihat murung.

“Sebenarnya apa yang terjadi ?” Tanya Sungyeol yang setidaknya berusaha membantu meringankan beban Myungsoo.

Myungsoo mendongakkan kepalanya kearah Sungyeol dengan mata berbinar. “Namgyu melihat aku sedang berbicara dengan Minjung. Bagaimana ini ?”

Raut wajah Sungyeol berubah menjadi tidak senang. “Seo Minjung ? Kau masih berhubungan dengan gadis itu?”

Melihat Myungsoo hanya menganggukan kepalanya, Sungyeol mendesis kesal. Semenjak gadis itu memutuskan Myungsoo dengan alasan yang tidak masuk akal, Sungyeol menjadi sangat tidak suka dengan gadis itu. Ia membenci gadis itu karena sempat mengubah sahabatnya menjadi pria yang murung, terlalu sensitif dan mudah marah.

“Dasar bodoh,” gumam Sungyeol.

“Mau bagaimana lagi, ia sendiri yang mengatakan bahwa ia ingin bertemu denganku.”

“Kenapa tidak kau tolak saja ?”

“…”

“Aku tahu, kau tidak tega menolaknya ‘kan ?”

“Bukan begitu..”

“Jangan bilang kau masih menyukai nya. Aigoo.”

Myungsoo dengan cepat menggelengkan kepalanya. “Aku sudah tidak memiliki perasaan apa-apa lagi untuk Seo Minjung. Sekarang, aku hanya menyukai Bang Namgyu, hanya dia. Tidak ada yang lain.”

Sungyeol menatap sahabatnya dengan tatapan cukup terkesan. “Woah. Aku tidak menyangka bahwa kau bisa begini frontal soal perasaanmu.”

Sang visual terkekeh pelan, namun raut wajahnya kembali cemberut.

“Tapi, aku khawatir, dengan Namgyu melihat aku berbicara dengan Minjung waktu itu, kemungkinan untuk ia menerima perasaanku akan semakin menurun menjadi 0,0001%”

….

Game Centre, Seoul.

“Wohooo! Score-ku lebih besar darimu. Aku menang~” Namgyu menjulurkan lidahnya sambil tersenyum puas melihat pria yang ada dihadapan nya terlihat kesal.

Jinseok mendecak heran sambil menggelengkan kepalanya. “Itu semua karena tadi aku tidak terlalu fokus memperhatikan layar nya,” balas Jinseok membela diri.

Namgyu menganggukan kepalanya, tidak peduli dengan alasan yang dibuat Jinseok. Ia melihat sekeliling nya sambil tersenyum lebar.

“Yongguk oppa dan yang lain nya pasti akan senang jika datang kesini,” gumamnya pelan, membayangkan reaksi setiap para member B.A.P yang tidak sabar ingin bermain. Apalagi Zelo dan Jongup, mereka pasti akan sangat senang.

Tiba-tiba saja ia merasa seseorang menjitak kepalanya dengan pelan. Matanya menangkap Jinseok yang menatapnya dengan pura-pura terlihat marah. Ia mendecak pelan lalu menggembungkan pipinya kesal.

“Sekarang kau sedang denganku, jadi jangan pikirkan pria lain.”

“Ah! Jadi uri Seokkie ini jealous, hah ? Aigoo. Sudah kuduga. Kau itu memang sudah jatuh pada pesonaku ini.”

“Bang Namgyu, kau ini memang sangat berisik ya.”

“Ah. Aku lapar. Kau yang traktir ‘kan ?”

“Ya, ya, ya. Semuanya terserahmu, Namgyu-nim.”

“…dan sekarang kau memperlakukanku seperti aku adalah majikanmu.”

“Nammie~ Berhenti membuatku kesal!”

Setelah beberapa menit berdebat tanpa henti, akhirnya kedua pasang itu menghentikannya ketika makanan mereka tiba. Namgyu dan Jinseok menatap Jajangmyun yang kini ada dihadapan mereka. Sebelum Namgyu sempat meraih sumpit untuk segera melahap makanan itu, Jinseok menghentikan nya.

“Nammie-ah, bagaimana kalau kita bermain game ?” Usul Jinseok dengan senyuman khasnya.

Gadis berambut cokelat gelap itu terlihat sedikit kesal karena di ganggu. Namun, ia juga sedikit tertarik setelah mendengar kata game dari Jinseok. “Game ?”

“Yup! Siapa yang bisa menghabiskan Jajangmyun paling banyak, dialah pemenangnya.”

Call! Call! Yang kalah akan mendapatkan ttakbam, bagaimana ?” Namgyu mengangkat kedua alisnya.

Jinseok menganggukkan kepalanya dengan mantap. “Baiklah! Nammie-ah, bersiaplah menerima ttakbam milikku yang sangat kuat!”

….

3 mangkuk..

5 mangkuk..

7 mangkuk..

Jinseok mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan jika yang terjadi dihadapannya adalah nyata. Beberapa pelayan cafe disitu juga ikut menatap gadis yang tengah asik menyantap suapan terakhir miliknya dengan lahap. Namgyu meletakkan sumpit nya lalu tersenyum manis.

Ah~ I’m full!”

Daebak! Nammie-ah, kau menghabiskan 7 mangkuk Jajangmyun tanpa masalah. Aku saja hanya sanggup 5 mangkuk,” gumam Jinseok yang masih terheran-heran.

Gadis yang dipuji tersenyum dengan bangga. “Tentu saja! Kalau begitu aku yang menang ‘kan ?”

“Tapi monster memang biasanya makan banyak sih,” bisik Jinseok pelan yang sayangnya ditangkap dengan jelas oleh pendengaran Namgyu yang cukup tajam.

Alih-alih menyerang pria tersebut seperti yang biasanya ia lakukan, Namgyu hanya menatapnya sinis. Ia setidaknya harus bersikap sedikit baik karena bagaimanapun juga Jinseok yang akan membayar makanan nya ini.

Setelah Jinseok membayar semua pesanan mereka, kedua pasang tersebut berjalan keluar dari cafe tersebut. Namgyu menggenggam lengan Jinseok secara tiba-iba, membuat pria tersebut sedikit terkejut.

Waegeurae ?”

“Kau belum menerima ttakbam dariku!”

Jinseok mendesah karena ternyata gadis itu masih mengingat perjanjian game yang ia buat. Ia tidak menyangka bahwa gadis tersebut dapat mengalahkan nya dalam hal makan. Benar-benar aneh.

Aish. Yasudah, cepatlah,” protes Jinseok sedangkan Namgyu terkekeh puas dan bersiap untuk menyentil kening pria tersebut. Jinseok menutup matanya rapat-rapat, menunggu rasa sakit yang akan ia terima.

‘TAK’

Jinseok segera mengusap keningnya yang sakit luar biasa sambil meringis sedangkan Namgyu tertawa puas.

YA! KENAPA KAU MEMUKULKU SANGAT KUAT ?!”

“Karena aku melakukannya dengan penuh cinta ?”

“Bang Namgyu! Berhenti bercanda!”

 ….

Jinseok dan Namgyu berhenti melangkah ketika mereka tiba di depan dorm B.A.P. Awalnya, ketika Namgyu mengatakan bahwa ia harus menemui oppa nya dan Jinseok menawarkan diri untuk mengantarnya yang tentu saja Namgyu menolaknya karena tidak mau merepotkan. Gadis itu mengira pria tersebut akan menurutinya. Namun, tak disangka justru Jinseok tetap  ingin mengantarnya dengan alasan ‘Ini sudah malam, tidak baik seorang gadis berjalan sendirian.’ Namgyu sedikit heran. Sejak kapan Choi Jinseok menjadi seorang gentleman ?

Namgyu memiringkan kepalanya dengan heran ketika ia melihat sosok figur yang ia kenal dengan seorang gadis. “Seokkie, bukankah itu Daehyun ?”

Yang ditanyai justru sibuk memainkan rambut cokelat Namgyu, ia menoleh sekilas sebelum kembali pada kegiatan nya yang Namgyu tidak pedulikan sama sekali.

Eo. Siapa yeoja disebelahnya ya ? Kekasihnya ?”

“Itu dia! Aku tidak tau, apakah kita mengganggu jika menghampiri mereka ?”

Jinseok berhenti memainkan rambut Namgyu. “Well, gadis nya sudah pergi,” ucap Jinseok.

Mereka pun berjalan menghampiri Daehyun yang masih belum menyadari kehadiran mereka. Namgyu diam-diam menyelinap di belakang pria tersebut dan dalam hitungan detik –setelah mendapat sinyal ‘OK’ dari Jinseok, ia menyentuh pundak Daehyun dengan kuat, membuat pria tersebut terlonjak kaget.

Goma agashi!”

Alih-alih mendengarkan ocehan Daehyun, kedua pasang itu tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi Daehyun yang terlihat sangat lucu ketika terkejut.

Setelah beberapa detik, akhirnya tawa mereka reda. Namgyu mengatupkan kedua tangan nya didepan wajahnya dengan senyuman jahilnya.

“Maaf Matokki!”

“Yup. Kami hanya bercanda, Daehyun-ah.”

Pria yang menjadi korban kejahilan kedua makhluk itu hanya dapat pasrah dan menerima permintaan maaf mereka.

“Kalau begitu, aku pulang dulu, Nammie-ah. ‘Kan sudah ada Daehyun yang menemanimu,” pamit Jinseok sambil mengacak-acak tatanan rambut Namgyu yang tadi ia mainkan.

Namgyu menggembungkan pipi nya kesal. “Seokkie, kau ini memang mempunyai hobi merusak rambutku, hah ?”

Jinseok hanya tertawa sebagai balasan, ia pun menoleh kearah Daehyun yang juga menatapnya. “Daehyun-ah, jaga Namgyu ya,” tutur Jinseok dengan santai yang langsung disambut dengan ocehan Namgyu lagi.

“Hei! Memangnya aku ini anak kecil apa, harus dijaga segala.”

“Tenang saja, Jinseok-ah.”

Dengan itu Jinseok berbalik badan dan berlari menjauh.

Seolah sesuatu membisikkan hal yang dilupakan nya, Namgyu segera menoleh kearah Daehyun yang kini sudah berjalan duluan. Namgyu berlari mengejarnya dan berjalan disamping pria tersebut. Daehyun yang  seolah merasakan gadis yang disebelahnya ingin mengatakan sesuatu, menoleh dengan senyuman khasnya yang mampu membuat para gadis tergila-gila padanya.

“Ada apa ? Kau ingin mengatakan sesuatu ‘kan ?”

Namgyu mengerjapkan matanya berkali-kali lalu tersenyum samar. “Iya, bagaimana kau bisa tau ?”

Daripada menjawab pertanyaan tersebut, Daehyun malah tersenyum lagi.

“Ah! Tadi itu siapa ? Yeoja yang bersamamu tadi ? Kekasihmu ?”

Mendengar pertanyaan Namgyu, warna wajah Daehyun berubah memerah membuat Namgyu semakin yakin dengan tebakan nya. Gadis itu terkekeh pelan, puas dengan reaksi pria disebelahnya. Mereka pun berhenti ketika sampai didepan pintu dorm. Daehyun membuka pintu yang langsung disambut oleh sang visual. Himchan berlari dan segera memeluk Namgyu.

Baby doll! Akhirnya kau datang juga. Aku sangaaaat merindukanmu~ Kau tau tidak, aku selalu memikirkanmu.”

Zelo muncul dari belakang Himchan dengan semangkuk popcorn dipelukan nya. “Himchan hyung bohong, noona. Baru saja tadi ia memuja-muja girl group yang muncul di music show.”

Himchan segera melepaskan pelukan nya dari Namgyu dan menyorotkan tatapan tajam pada maknae yang tengah tersenyum kaku padanya.

“CHOI JUNHONG!”

Battery dead!”

Dengan itu, Zelo segera berlari yang langsung di ikuti dengan Himchan yang terlihat sangat kesal.

Namgyu hanya mendecak heran sambil memasuki dorm yang di ikuti dengan Daehyun setelah menutup pintu. Pandangan Namgyu segera menangkap sosok Youngjae yang tengah berdiri sambil melipat kedua tangan nya di depan dada. Pria itu menatapnya dengan senyuman menyindir. That jerk. Selalu bertingkah high and mighty.

“Yo, servant. Lama tidak bertemu.”

Aish. Sudah kubilang, aku ini bukan budakmu, Yoo Youngjae!”

“Ah, dwasseo. Kenapa kau telat datang ? Habis darimana ?”

Belum sempat Namgyu menjawab pertanyaan dari Youngjae, Daehyun memotongnya, “tadi sepertinya ia habis date sama Jinseok.”

Youngjae mengangkat salah satu alisnya dengan pandangan tidak percaya. “Jadi kalian… ?”

Namgyu buru-buru melambaikan kedua tangan nya sebagai jawaban. “Tidak, tadi kebetulan ia sedang ingin mengajakku jalan-jalan,” jawab Namgyu sedikit tidak yakin. Sebenarnya ia juga heran kenapa Jinseok tiba-tiba menjemputnya ke sekolah dan mau menunggu lama. Yang ia tahu, Jinseok itu benci menunggu.

Youngjae yang sepertinya tidak merasakan ketidakpastian didalam suara Namgyu, hanya menganggukan kepalanya dan berbalik untuk kembali menonton TV.

“Oh, sudah kuduga. Maksudku, Jinseok yang flower boy itu tidak mungkin tertarik pada gadis sepertimu.”

Mendengar hal itu, Namgyu segera berlari menghampiri Youngjae yang masih tidak sadar bahwa dirinya akan diserang oleh seekor singa yang mengamuk.

“YOO YOUNGJAE! TARIK UCAPANMU KEMBALI!”

“AWW! SAKIT! YA! BANG NAMGYU LEPASKAN TANGANMU DARI RAMBUTKU SEKARANG JUGA!”

“TIDAK AKAN SEBELUM KAU MENARIK UCAPANMU KEMBALI!”

‘BRAK’

Pintu kamar Yongguk terbuka dengan hentakan cukup kuat sehingga membuat Namgyu dan Youngjae yang ingin saling membunuh satu sama lain, Himchan yang masih terus mengejar Zelo dengan Jongup sibuk memperhatikan kedua pertengkaran hebat dihadapan nya ditemani semangkuk popcorn milik Zelo sebelumnya atau Daehyun yang berusaha melerai pertengkaran Youngjae dan Namgyu, langsung menghentikan kegiatan mereka.

“Kenapa berisik sekali sih ?!” Tanya Yongguk dengan nada yang sangat kesal karena tidur nya diganggu.

Namgyu menunjuk Youngjae dengan kesal. “Yongguk oppa! Youngjae mengataiku gadis yang bahkan tidak pantas disukai oleh Jinseok yang menurutnya flower boy itu. Tentu saja aku kesal!”

“Hey! Aku tidak bilang seperti itu!” Ucap Youngjae tidak terima.

“Setidaknya itu memiliki arti yang sama!”

Yongguk menghela nafas berat. “YOO YOUNGJAE! BERANI NYA KAU MENGHINA ADIK PEREMPUANKU SATU-SATUNYA!”

Dengan itu, keributan di dorm tersebut kembali terjadi seperti yang terjadi pada hari-hari sebelumnya. Daehyun menggelengkan kepalanya lalu berjalan kearah kamarnya, tidak ingin ikut campur dalam pertempuran yang terjadi dihadapan nya.

….

Monday, 23rdJanuary 2012, 06:15 PM KST.

Bang’s residence, Seoul.

“AAAAH! OPPA, AKU BENCI KAU!”

Namgyu menuruni tangga sambil berteriak kesal, ia sudah tampak rapi dengan seragam lengkap. Kemeja putih dengan kerah berwarna biru tua, sebuah pita berwarna senada bercorak bintang berwarna kuning melingkar dilehernya, ditambah lagi dengan sweater berlengan panjang berwarna kuning dengan lambang SOPA di dada sebelah kiri dan dilengkapi dengan rok pendek sedikit di atas lutut berwarna biru tua terlihat sangat cocok pada gadis itu.

Ia segera menggantungkan jas berwarna kuning serta ransel putih nya di kursi yang ia duduki. Ia melahap sarapan nya dengan kesal sambil menatap sinis pada pria yang ada dihadapan nya. Pria yang ditatap tidak memedulikan nya dan tetap sibuk meniup black coffee dihadapan nya.

tumblr_m5xf7zH3pK1rz7z7ho1_400

“Kenapa pagi-pagi sudah berisik ?” Tanya suara halus milik sang Eomma tercinta, Cho Nami.

Namgyu meneguk segelas susu putih hangat kesukaan nya lalu menatap Nami sambil mencibir.

“Yongnam oppa! Ia mengubah waktu jam weker-ku menjadi 30 menit lebih cepat. Aku pikir aku akan telat!”

Bang Yongnam adalah oppa Namgyu selain Yongguk, ia dan Yongguk adalah saudara kembar dengan wajah yang hampir sangat mirip. Well, mereka benar-benar sangat mirip, dari kejahilan mereka sampai sikap over-protective mereka terhadap Namgyu. Satu hal yang dapat membedakan mereka adalah hal yang mereka suka. Yongguk menyukai hip hop sedangkan Yongnam lebih menyukai genre rock, Yongguk seorang underground rapper sedangkan Yongnam seorang penyanyi rock.

Yongnam mengalihkan pandangan nya dari secangkir black coffee yang sedari tadi sibuk ia tiupi. “Well, aku hanya tidak ingin adik perempuan kesayanganku ini telat dihari kau leakukan ujian nasional,” ucapnya tanpa beban yang kembali fokus pada secangkir minuman dihadapan nya.

“Tapi tidak usah segitu nya! Oppa ‘kan bisa membangunkan ku saja!” Protes Namgyu yang masih belum bisa menghilngkan rasa kesal nya.

“Dan mendapatkan timpukan-timpukan bantal darimu ? Aku tidak mau membangunkan singa yang sedang tertidur,” jawab Yongnam tanpa mengalihan pandangan nya.

Dan dengan itulah, perdebatan di keluarga Bang yang terjadi setiap pagi dimulai.

Bang Yonghae, Appa tercinta mereka melipat koran yang sedari tadi ia baca. “Mereka mulai lagi,” komentar Yonghae dengan senyuman samar.

Nami ikut tersenyum. “Kalau ada Yongguk, pasti akan lebih berisik dari ini,” balasnya sedikit memikirkan putra nya yang sudah tidak tinggal bersama mereka lagi.

Sebenarnya kedua orang tua mereka tidak pernah suka jika anaknya tertarik pada hal berhubungan dengan musik. Namun, mau bagaimana lagi, kedua putra mereka sangat tertarik dengan musik dan juga putri mereka satu-satunya juga tertarik dengan musik dan akting.

Setelah menikmati sarapan yang diselingin dengan kebiasan berdebat dengan oppa nya, Namgyu mengenakan jaket berwarna kuning dengan lambang SOPA yang lalu di lapisi lagi dengan jaket lain nya berwarna hitam. Ia kemudian menyandangkan ranselnya setelah selesai memakai sepatu.

“Namgyu berangkat sekolah dulu!”

Setelah berpamitan dengan kedua orang tua nya dan Yongnam, Namgyu keluar dan menutup pintu pagar rumah dengan pelan. Udara masih terasa dingin. Ia terhenyak untuk sesaat lalu kemudian mengerjapkan matanya berkali-kali.

Sedang apa pria itu disini ? Apakah aku sedang berimajinasi ?

Kini, dihadapan gadis itu tengah berdiri seorang pria yang sangat ia kenal, walaupun hampir seluruh wajah nya ditutupi oleh syal hitam yang ia pakai dan beanie hitam.

Mr. Huffish!”

Namgyu berjalan mendekati pria yang masih berdiri bersandar disamping pagar rumah keluarga Bang. Myungsoo menatap Namgyu dengan senyuman manisnya. Ia meraih jaket yang dipakai oleh Namgyu dan membenarkan posisinya serta memastikan apakah Namgyu terasa hangat dan nyaman.

“Kenapa kau ada disini ? Dan sepagi ini..”

“Aku ingin mengatakan semangat dalam mengerjakan ujian nasional mu nanti.”

“…”

“Kenapa ? Hari ini kau akan ujian nasional ‘kan ?” Myungsoo memiringkan kepalanya heran ketika tidak mendapat respon dari Namgyu.

Namgyu menganggukkan kepalanya pelan. “Iya, tapi kau datang kesini hanya untuk mengatakan itu ? Kau ‘kan bisa mengatakan nya lewat sms atau telepon.”

“Ah, itu..” Myungsoo mengusap kedua tangan nya dengan senyuman sedikit malu. “Aku ingin mengantarmu ke sekolah,” lanjut Myungsoo dengan mantap yang langsung dtanggapi dengan tatapan kaget dari Namgyu.

Myungsoo meraih tangan Namgyu lalu menggenggam nya dengan erat dan membawa nya pergi, sedangkan Namgyu tidak berusaha melepaskan genggaman tangan Myungsoo yang terasa hangat dan nyaman. Ia sangat suka ketika Myungsoo menggenggam tangan nya.

“Tapi, apa tidak apa-apa kau mengantarku ke sekolah ? Maksudku, bagaimana dengan schedule mu ?” Tanya Namgyu sedikit khawatir menganggu waktu Myungsoo.

Myungsoo mengalihkan pandangan nya pada Namgyu sambil tersenyum kecil. “Aku akan selalu ada waktu jika itu berarti aku bisa menghabiskan waktu itu bersama mu, Wonsungi,” jawab Myungsoo dengan senyuman manisnya.

Mendengar perkataan Myungsoo, wajah Namgyu seketika memerah. Sial, sejak kapan Myungsoo menjadi sweet talker begini ? Apa Woohyun yang mengajari nya ?

“Jangan bercanda,” ucap Namgyu pelan namun Myungsoo hanya tersenyum.

Namgyu hanya berdeham lalu mengalihkan pandangan nya ke arah lain dengan gugup. Di sisi lain, Myungsoo terlihat sangat tenang, ia mengalihkan pandangan nya ke depan dengan senyuman khas nya menghiasi wajah tampan nya lalu mengeratkan genggaman nya.

Akhirnya mereka tiba di gerbang SOPA, beberapa murid sudah tiba disekolah. Namgyu menoleh pada Myungsoo dengan senyuman khas nya yang menunjukkan eye-smile miliknya.

Gomawo sudah mau meluangkan waktu untuk mengantarku kesini, Mr. Huffish.”

Myungsoo terkekeh pelan. “Sudah kubilang, aku akan selalu ada waktu untukmu, Wonsungi. I’ll cherish every moment I had with you.”

Namgyu menggembungkan pipinya sebal. “Ya! Mr. Huffish. Bisakah kau berhenti bersikap ‘too romantic’ ?”

Myungsoo tertawa melihat ekspresi sebal gadis yang ada dihadapan nya sambil menepuk-nepuk puncak kepala gadis itu dengan lembut. Ia mencondong tubuhnya agar menyamai tinggi nya dengan gadis tersebut. Namgyu menatap Myungsoo heran –tidak mengerti apa yang ingin Myungsoo lakukan. Yang pria tersebut lakukan selanjutnya justru membuat seakan jantung Namgyu berhenti detik itu juga. Myungsoo mengecup kening Namgyu dengan lembut lalu ia tersenyum.

“Semangat, kau pasti bisa, Bang Namgyu.”

Dengan itu, ia berbalik badan dan meninggalkan Namgyu yang masih diam terpaku di tempat ia berdiri. Perlahan jemarinya menyentuh tempat dimana Myungsoo mengceup nya. Namgyu menggelengkan kepala nya –berusaha untuk menjernihkan pikiran nya. Ini sudah kedua kali nya Myungsoo melakukan hal ini dan ia selalu berakhir tidak dapat berkata apa-apa.

“Ah! Apa yang aku pikirkan ? Bang Namgyu kau masih ada tes yang sangat penting!”

Ketika ia berjalan menelusuri koridor menuju kelas nya, seseorang menepuk pundak nya. Ia tidak perlu menoleh lagi karena ia tau siapa orang itu. Kim Hyunjae, sahabat setia nya itu.

“Namgyu-ah, tadi aku melihat kau bersama seorang namja di depan gerbang sekolah. Siapa dia ? Kekasihmu ?” Tanya Hyunjae penuh dengan rasa penasaran.

Namgyu segera membantahnya.

Eiii. Jangan bohong~ Aku melihat dia mencium keningmu. Waah. So sweet~” Ucap Hyunjae dengan menggoda.

Aish. Diam kau.”

“Ah! Namgyu-ah, kau tidak gugup ? Sebentar lagi kita ‘kan akan tes.”

“Tentu saja aku sangat gugup! Aku khawatir nilaiku sangat buruk.”

Eiii. School president, sejak kapan kau jadi sepesimis ini ? Semangat!”

Tiba-tiba saja ia ingat dengan ucapan Myungsoo tadi.

‘Semangat, kau pasti bisa, Bang Namgyu.’

Namgyu menganggukkan kepala nya dengan mantap sambil tersenyum penuh dengan keyakinan. Yup! Kau pasti bisa, Bang Namgyu!

….

After school.

Namgyu berjalan gontai dengan kepala ditundukkan, ia sudah berusaha sebisa nya dalam tes penting hari ini. Namun, tetap saja ia tidak yakin dengan hasil akhir nya. Ia tidak pernah sepesimis ini seperti yang di katakan oleh Hyunjae tadi pagi. Namgyu sudah berusaha untuk tetap fokus dan berpikir positif namun ia masih merasa terbebani dengan bayangan keluarganya –terutama kedua orang tua nya, kecewa dengan nilai nya yang tidak memuaskan dan terlalu berharap banyak pada diri nya.

Poritive thinking. Harus,” gumam gadis itu pada diri nya sendiri.

Dengan itu, ia kemudian berjalan dengan lebih percaya diri. Namun, ia menghentikan langkah nya ketika ia mendengar seseorang memanggil nama nya.

“Bang Namgyu ?”

Seorang gadis kini tengah berdiri dihadapan nya, ia kenal siapa gadis itu. Rambut cokelat nya yang panjang di kepang satu ke samping tidak terlalu rapih. Ia mengenakan kemeja putih berlengan panjang dengan skinny jean berwarna krem dan sebuah tas cokelat di genggaman nya. Ia tampak cantik walaupun dengan style yang sederhana.

tumblr_m7mjgrLdwI1rahjuto1_500_large

“Ah. Seo Minjung.”

Minjung tersenyum kecil. “Apakah kau keberatan jika kita berbicara sebentar ?”

….

Cafe in Seoul.

Hening.

Kedua yeoja yang tengah duduk di sebuah cafe yang cozy dan hangat, sama sekali tidak berniat untuk memecahkan suasana canggung disekitar mereka. Well, bagi Namgyu susasana ini sangat canggung. Ia tidak mengerti kenapa Seo Minjung ingin berbicara dengan nya. Apa yang ingin ia bicarakan ? Apa mengenai Mr. Huffish ?

Perlahan, Namgyu menyeruput Caramel Machiatto milik nya dengan kedua mata nya sibuk menerawang langit-langit cafe tersebut.

Akhirnya Minjung membuka mulutnya untuk memulai pembicaraan. “Aku mengajakmu kesini untuk meminta maaf karena aku terkesan kasar di hari pertama kita bertemu. Seharusnya aku tidak bersikap seperti itu,” ucap Minjung sambil menatap Namgyu.

Namgyu segera menggelengkan kepala nya. “Ah, tidak apa-apa! Aku sama sekali tidak terganggu dengan sikap mu.”

Sebuah senyuman tulus muncul di wajah cantik Seo Minjung, ia menghembuskan nafas pelan. “Baguslah kalau kau tidak marah karena sikap ku. “

Kedua yeoja tersebut saling tersenyum. Namgyu mulai berpikir, mungkin Seo Minjung tidak seburuk yang pernah ia bayangkan. Ia memang tidak boleh menilai seseorang dari pertama kali bertemu.

“Oh iya, aku dengar kau menolak Myungsoo saat ia menyatakan cinta nya padamu,” tutur Minjung, tertarik dengan jawaban dari gadis yang ada dihadapan nya.

Mendengar ucapan Minjung, Namgyu segera menutup wajah nya karena malu.

“K-Kau tau darimana ?”

“Myungsoo. Ia sendiri yang mengatakan nya padaku.”

“EH ?! Ia mengatakan hal itu padamu ?!”

Minjung terkekeh pelan melihat reaksi kaget dari Namgyu lalu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

“Setelah mendengar cerita dari nya, wajar sih jika kau menolaknya. Lagipula, ia ingin menyatakan cinta pada seorang gadis dengan cara seperti itu, sama sekali tidak romantis. Dasar pria bodoh,” gumam Minjung dengan tidak setuju.

Namgyu masih heran, kenapa Myungsoo menceritakan hal itu pada Minjung ? Bukankah Minjung datang kembali karena ingin bersama dengan Myungsoo lagi ?

Seolah Minjung membaca pikiran Namgyu, ia tertawa kecil. “Tenang saja, aku tidak akan merebut Myungsoo darimu,” ucap nya dengan santai.

Wajah Namgyu bersemu merah karena malu. “E-Eh ? Aku tidak berpikiran seperti itu kok!”

Lagi-lagi Minjung tertawa melihat reaksi Namgyu yang menurutnya lucu. “Myungsoo. Kini, dimata nya hanya ada kau, Bang Namgyu. Only you.”

….

TBC

uwaaah! akhirnya bisa update namsoo juga setelah seabad ga update /oke, lebay/ hehe

maaaaaf banget karena udah lama banget ga update ini couple, soalnya aku lagi sibuk sama sekolah walopun baru kelas 2. kadang suka ga ada waktu tapi sekali nya ada waktu ga punya ide >.< sudah ber bulan2 aku terserang penyakit writer block, sama sekali buntu ide untuk buat chapter baru. tapi untunglah feel namsoo nya balik lagi setelah mandangin foto myungsoo 7 hari 7 malem /lebay/ hahaha :D

oh iya! Semoga kalian suka sama chapter ini ya :D

komen, kritik dan saran are love ~

Viewing all 18 articles
Browse latest View live